Strategi WO Turn-Arround Strategies

kedua Daerah tersebut dalam mengantisipasi pembangunan Mega Proyek terbesar di dunia ini dalam hal menyediakan sarana dan prasarana dan kebutuhan akan tenagakerja.

6.2.3 Strategi WT Defensive Strategies

Defensive strategies merupakan strategi yang bernuansa bertahan terhadap serangan dari luar sekaligus menutupi kelemahan yang dimiliki. Terdapat satu strategi defensif ini didasarkan pada empat kelemahan dan tiga ancaman. 1 Peningkatan Perlindungan kesejahteraan tenagakerja. Perlindungan dan peningkatan kesejahteraan tenagakerja adalah merupakan hal penting bagi terciptanya suasana hubungan kerja yang harmonis antara pelaku produksi. Peningkatan pelaksanaan hubungan industrial yang merupakan sarana untuk mempertemukan aspirasi pekerja dengan pemberi kerja. Pekerja harus duduk sejajar dengan pemberi kerja dalam memperjuangkan hak-haknya. Peningkatan perlindungan kesejahteraan pekerja melalui pelaksanaan upah yang wajar dan pemberian jaminan sosial ketenagakerjaan melalui pendanaan jamsostek Jaminan Sosial Tenagakerja.

6.2.4 Strategi WO Turn-Arround Strategies

Turn Around Strategies merupakan strategi yang berusaha memanfaatkan peluang guna mengurangi kelemahan yang dimiliki. Berdasarkan empat jenis kelemahan dan enam peluang, dapat dikembangkan tiga jenis strategi. 1 Peningkatan Penyerapan Tenagakerja Pengurangan jumlah penganggur dan setengah penganggur hanya bisa berhasil jika dilakukan melalui penyiapan tenagakerja yang berkualitas, produktif, unggul, dan berdaya saing global. Jadi, ketersediaan angkatan kerja yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan dalam mengatasi permasalahan ketenagakerjaan. Untuk itu, upaya peningkatan kualitas angkatan kerja atau sumberdaya manusia di Kabupaten Natuna dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan daerah Kabupaten Natuna. Peningkatan kualitas angkatan kerja dilakukan melalui pendidikan formal, pelatihan kerja dan pengembangan ditempat kerja sebagai satu kesatuan sistem pengembangan SDM yang komprehensif dan terpadu. 2 Revitalisasi Balai Latihan Kerja Revitalisasi balai latihan kerja yang dilaksanakan meliputi semua aspek dalam rangka mempersiapkan tenagakerja profesional melalui pelatihan kerja berbasis kompetensi, dan dilaksanakan secara proaktif dan bertahap. Langkah- langkah proses revitalisasi ini dapat membawa balai latihan kerja mencapai visi yang dicita-citakan yaitu menjadikan balai latihan kerja yang mampu mempersiapkan tenagakerja yang profesional dalam bekerja atau berusaha mandiri. Menyikapi hal ini dan dalam menghadapi era globalisasi dimana tingkat kompetensi dari tenagakerja yang paling diutamakan. Sehingga nantinya balai latihan kerja dapat bersaing sebagai suatu institusi pelatihan yang handal, juga dapat memberi manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan. 3 Peningkatan Kerjasama Perguruan Tinggi dan Daerah Lembaga Perguruan Tinggi LPT mengembankan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri dari pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Peningkatan kemampuan lembaga institutional capacity building, sumberdaya manusia, perumusan kebijakan publik public policy, revitalisasi fungsi DPRD, pengawasan publik, konservasi dan pendayagunaan sumberdaya alam merupakan sebahagian tema lingkup pemerintah daerah yang dapat digunakan sebagai wilayah kegiatan UPT, baik dalam konteks pendidikan, penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat. Kerjasama sama perguruan tinggi dan pemerintah daerah sangat diperlukan guna membantu mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah daerah atau wilayahnya. Perguruan tinggi dengan pengalaman akademisnya dengan wawasan yang luas diharapkan juga dapat membantu pemerintah dalam memprediksi keadaan yang akan dihadapi oleh suatu daerah dan wilayahnya pada masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan membantu menyususn rencana dan program jangka panjang, menengah maupun pendek. Perguruan tinggi dapat membantu pemerintah daerah dalam menyusun program-program strategis untuk pembangunan di suatu daerah. 4 Peningkatan Kerjasama LKS Tripartit Kabupaten Tripartit merupakan istilah dalam hubungan ketenagakerjaan sebuah LKS Lembaga Kerja Sama yang terdiri dari unsur pemerintah, serikat pekerja dan organisasi pengusaha. Menurut UU no. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, pasal 107 menyatakan bahwa LKS Tripartit memberikan pertimbangan, saran, dan pendapat kepada pemerintah dan pihak terkait dalam menyusun kebijakan dana pemecahan ketenagakerjaan. Keberadaan LKS Tripartit dibutuhkan untuk menyamakan persepsi dan membangun kepercayaan dalam kedudukan seimbang dan proporsional demi memperjuangkan kepentingan bersama antara pekerja buruh, pengusaha dan pemerintah. LKS Tripartit perlu memberdayakan kelembagaan membangun komunikasi untuk memperoleh masukan pengembangan hubungan industrial dan pemecahan permasalahan dibidang ketenagakerjaan. Tantangan yang dihadapi saat ini adalah perubahan iklim ketenagakerjaan yang dipengaruhi oleh globalisasi.

6.3 Road Map Strategy Pengembangan Kesempatan Kerja