II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persediaan Tenagakerja
Daerah
Sumberdaya manusia atau human resources mengandung dua pengertian, pertama, sumberdaya manusia SDM mengandung pengertian usaha kerja atau
jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu
untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian yang mengandung aspek kuantitas dan kualitas. Ekonomi sumberdaya manusia juga menerangkan
bagaimana memanfaatkan SDM sebaik-baiknya agar dapat menghasilkan barang atau jasa sebanyak mungkin sesuai kebutuhan masyarakat. Faktor-faktor yang
dibicarakan dalam ekonomi sumberdaya manusia, faktor yang mempengaruhi penyediaan tenagakerja, permintaan tenagakerja, pasar kerja dimana terjadi proses
mempertemukan lowongan kerja dan pencari kerja Arfida, 2003. Pembangunan bidang ketenagakerjaan masih menghadapi berbagai
permasalahan antara lain tingginya tingkat pengangguran, terbatasnya penciptaan dan perluasan kesempatan kerja, rendahnya produktivitas pekerja buruh. Upaya
untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu perencanaan tenagakerja secara optimal, produktif guna mendukung pembangunan ekonomi atau sosial
secara nasional, daerah, maupun sektoral sehingga dapat membuka kesempatan kerja seluas-luasnya, meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan
kesejahteraan pekerja buruh. Persediaan tenagakerja adalah angkatan kerja yang tersedia dengan berbagai karakteristiknya Depnakertrans, 2010.
Menurut Rusli 1995 Angkatan kerja labour force merupakan konsep yang memperlihatkan economically active population, sedangkan bukan angkatan
kerja adalah mereka yang tergolong non economically active population. Konsep manpower
juga menunjuk pada labour force ini berbeda dengan penduduk usia kerja, karena tak semua penduduk usia kerja tergolong dalam angkatan kerja.
Ukuran angkatan kerja L tergantung pada ukuran jumlah penduduk yang berusia layak kerja age-eligible population, yaitu P, dan keseluruhan tingkat
partisipasi angkatan kerja LP, persentase penduduk yang berusia layak kerja yang memilih untuk ikut dalam angkatan kerja Bellante and Jackson, 1983 :
L = P LP Penduduk yang berusia layak kerja dirumuskan sebagai semua individu
secara tidak dilembagakan berusia 16 tahun atau lebih tua. Tidak dilembagakan artinya individu-individu itu tidak berada dalam penjara atau lembaga perawatan
mental, atau menurut cara lainnya yang bertentangan dengan pelembagaan. Usia 16 tahun sampai batas tertentu memang bersifat arbitrer. Sampai 1967 usia
minimun adalah 14 tahun. Akan tetapi bagian dari penduduk yang berusia 16 tahun atau lebih itulah yang kebanyakan cendrung melakukan pilihan dalam status
angkatan kerja Bellante dan Jackson, 1983. Individu-individu berpartisipasi angkatan kerja bersifat terputus-putus
dikenal dengan istilah pekerja sekunder secondary workers. Sebagai lawannya, sejumlah individu seperti halnya kaum laki-laki dan kaum wanita sebagai kepala
rumah tangga serta banyak kaum laki-laki dan kaum wanita secara tunggal sebagai individu cenderung untuk tetap tinggal dalam angkatan kerja, baik sebagai
tenagakerja yang digunakan maupun sebagai tenagakerja yang menganggur, tanpa pandang bulu terhadap upah dan kondisi pasar kerja lainnya. Individu yang
partisipasi angkatan kerjanya tidak mengikuti kecendrungan perubahan karena upah dan lain-lain perubahan kondisi pasar, dikenal dengan sebutan pekerja
primer primary workers Bellante dan Jackson, 1983. Secara umum reit partisipasi angkatan kerja dapat dinyatakan sebagai
jumlah penduduk yang tergolong angkatan kerja per 100 penduduk usia kerja. Jika penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk 10-64 tahun, maka
Rusli, 1995 : Reit Partisipasi
Angkatan kerja RPAK
= Jumlah Angkatan Kerja
X 100 Penduduk 10-64 tahun
Dengan cara yang sama reit partisipasi angkatan kerja dapat dihitung untuk tiap golongan umur dan jenis kelamin, misalnya untuk penduduk laki-laki
golongan umur 15-19 tahun.
RPAK
m
15-19 =
Angkatan kerja laki-laki 15-19 tahun X 100
Penduduk laki-laki 15-19 tahun
Selain untuk tiap golongan umur dan jenis kelamin, reit partisipasi angkatan kerja dapat pula dihitung untuk lain-lain karakteristik penduduk seperti daerah
tempat tinggal perdesaan-perkotaan, status perkawinan, dan tingkat pendidikan. Reit partispasi angkatan kerja umumnya rendah atau agak rendah pada usia muda
dan tua. Sebagian mereka yang berusia muda masih bersekolah, sedangkan pada usia tua telah tidak bekerja ataupun mencari pekerjaan Rusli, 1995.
Konsep angkatan kerja yang paling luas ialah angkatan kerja menyeluruh atau total labor force, yang dirumuskan sebagai keseluruhan angkatan kerja dari
semua individu yang tidak dilembagakan berusia 16 tahun atau lebih tua dalam satu minggu yang mana saja, termasuk angkatan militer, baik yang tenaganya
digunakan maupun tidak digunakan. Angkatan kerja sipil dirumuskan dengan cara yang sama, yang di dalam dikecualikan tenagakerja militer. Maka angkatan kerja
sipil tiada lain adalah jumlah yang terdiri dari dua komponen mereka yang tenaganya digunakan maupun yang tidak digunakan. Bellante dan Jackson,
1983.
2.2 Kebutuhan Tenagakerja Daerah