Pembangunan Ekonomi Lokal Menciptakan Lapangan Kerja Penyerapan Tenagakerja Agroindustri

mungkin kemudian disebut : keaslian, identitas, kehormatan, penghargaan atau kemasyuran. 3. Kebebasan freedom from servitude. Kebebasan disini dipahami sebagai kebebasan yang terkait dengan emansipasi, kepedulian, penderitaan dan nilai- nilai.

2.5 Pembangunan Ekonomi Lokal Menciptakan Lapangan Kerja

Pengembangan Ekonomi Lokal PEL hakekatnya merupakan proses yang mana pemerintah daerah dan atau kelompok berbasis komunitas mengelola sumberdaya yang ada dan masuk kepada penataan kemitraan baru dengan sektor swasta, atau diantara mereka sendiri, untuk menciptakan pekerjaan baru dan merangsang kegiatan ekonomi wilayah. Ciri utama pengembangan ekonomi lokal adalah pada titik beratnya pada kebijakan endogenous development menggunakan potensi sumberdaya manusia, institusional dan fisik setempat. Orientasi ini mengarahkan kepada fokus dalam proses pembangunan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi Blakely, 1994. Pengembangan ekonomi lokal seyogyanya tidak dipandang sebagai suatu yang ekslusif, tetapi sebagai bagian integral dari pembangunan daerah. Arah tujuan dan cakupan inisiatif pengembangan ekonomi lokal menurut perspektif GTZ: Pertama, mendorong ekonomi lokal untuk tumbuh dan menciptakan tambahan lapangan kerja. Kedua, mendayagunakan sumberdaya lokal yang tersedia secara lebih baik. Ketiga, menciptakan ruang dan peluang untuk menyelaraskan suplai dan permintaan. Keempat, mengembangkan peluang- peluang baru bagi bisnis. Apapun bentuk kebijakan yang diambil, PEL mempunyai satu tujuan yaitu meningkatkan jumlah dan variasi lapangan kerja yang tersedia bagi penduduk setempat. Dalam mencapai itu, pemerintah daerah dan kelompok masyarakat stakeholders dituntut untuk mengambil inisiatif dan bukan hanya berperan pasif saja. Setiap kebijakan dan keputusan publik dan sektor usaha, serta keputusan dan tindakan masyarakat, harus pro-PEL, atau sinkron dan mendukung kebijakan pengembangan ekonomi daerah yang telah disepakati bersama.

2.6 Penyerapan Tenagakerja Agroindustri

Pembangunan agroindustri merupakan lanjutan dari pembangunan pertanian. Hal ini telah dibuktikan bahwa agroindustri mampu meningkatkan pendapatan para pelaku agribisnis, mampu menyerap tenagakerja, mampu meningkatkan perolehan devisa dan mampu mendorong munculnya industri yang lain. Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agroindustri pada dasarnya, menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu: menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor pertanian, menciptakan nilai tambah, meningkatkan devisa, menciptakan lapangan kerja dan memperbaiki pembagian pendapatan. Menurut White 1990 agrobased industry mencakup dua jenis industri manufaktur. Pertama, industri penyedia input pertanian, seperti industri pupuk dan pestisida. Kedua, industri pengolahan hasil pertanian. Konsep agroindustri yang digunakan disini adalah agroindustri dalam arti luas, yaitu selain mencakup industri pengolahan hasil pertanian dan industri penyedia input bagi pertanian, juga termasuk seluruh sub sektor dalam sektor pertanian, yang meliputi tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Soekartawi 2000 menyebutkan bahwa agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian dan karena itu agroindustri merupakan bagian enam subsistem agribisnis yang disepakati selama ini yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usaha tani, pengolahan hasil agroindustri, pemasaran, dan pembinaan. Dari penelaahan diatas, maka agroindustri dapat diartikan sebagai industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian. Agroindustri pada konteks ini adalah menekankan pada food processing management dalam suatu perusahaan produk olahan yang bahan baku utamanya adalah pertanian. Menurut FAO Hicks, 1996 suatu industri yang menggunakan bahan baku dari pertanian dengan jumlah minimal 20 persen dari jumlah bahan baku yang digunakan adalah disebut agroindustri.

2.7 Wisata Bahari Pendekatan Partisipatif Masyarakat Pesisir