Penyediaan Lapangan Kerja Dalam Pembangunan Daerah

menjadi beberapa kelompok yaitu angkatan kerja yang telah dimanfaatkan secara ekonomi dan mereka yang kurang dimanfaatkan. Berdasarkan pendekatan jumlah jam kerja apabila seseorang bekerja kurang dari sejumlah jam kerja normal, akan menghasilkan pekerja yang kurang dimanfaatkan. Sedangkan berdasarkan aspek pendidikan, akan diperoleh apakah jenis pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan pendidikan yang ditamatkan. Secara garis besar dapat tersaji pada Gambar 2. Sumber : Afrida, 2003 Gambar 2. Konsep Pengangguran

2.4 Penyediaan Lapangan Kerja Dalam Pembangunan Daerah

Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan yang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan negara yang lain. Penting bagi kita untuk dapat memiliki definisi yang sama dalam mengartikan pembangunan. Secara tradisional, pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Gross Domestic Product atau Produk ANGKATAN KERJA Penganggur Pencari Kerja Bekerja Setengah Penganggur Bekerja Penuh Tidak Kentara Bekerja 15 ≤ a 35 jam Kentara Bekerja 15 Jam Produktivitas Rendah Penghasilan Rendah Domestik Bruto suatu negara. Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto suatu provinsi, kabupaten, atau kota. Namun, muncul kemudian sebuah alternatif definisi pembangunan ekonomi yang lebih luas menekankan pada peningkatan pendapatan per kapita. Definisi ini menekankan pada kemampuan suatu negara untuk meningkatkan output yang dapat melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. Definisi pembangunan tradisional sering dikaitkan dengan sebuah strategi mengubah struktur suatu negara atau sering kita kenal dengan industrialisasi. Kontribusi pertanian mulai digantikan dengan kontribusi industri. Definisi yang cenderung melihat kuantitatif dari pembangunan ini dipandang perlu melihat indikator-indikator sosial yang ada Kuncoro, 2004. Menurut Widodo 2006 proses pembangunan berdasar atas pandangan tradisional ini masih menyisakan berbagai permasalahan seperti pengangguran, kesenjangan pendapatan dan ketidakpastian perbaikan pendapatan riil sebagian besar penduduknya. Dilatarbelakangi permasalahan yang belum dapat diatasi oleh pembangunan yang demikian, muncul istilah sudut pandang yang kedua mengenai pengertian pembangunan yang kemudian dikenal dengan istilah pembangunan modern. Pada sudut pandang ini, pembangunan dilihat sebagai upaya pembangunan yang tidak lagi menitikberatkan pada pertumbuhan PDB sebagai tujuan akhir, melainkan pengurangan atau dalam bentuk ekstrimnya penghapusan tingkat kemiskinan yang terjadi, penanggulangan ketimpangan pendapatan serta penyediaan lapangan kerja yang mampu menyerap angkatan kerja produktif. Dari dua definisi pembangunan di atas, baik dari pandangan tradisional maupun dari pandangan modern, proses pembangunan yang dilakukan haruslah memiliki tiga nilai inti dan tiga tujuan pembangunan Todaro, 2000 adalah: 1. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar sustenance. Semua individu memiliki kebutuhan dasar yang menyebabkan dia bertahan hidup. Kebutuhan dasar meliputi pangan, sandang, kesehatan dan proteksi. 2. Manusia terhormat self-esteem. Salah satu komponen universal hidup adalah harga diri. Semua orang dan masyarakat mencari bentuk dasar harga diri yang mungkin kemudian disebut : keaslian, identitas, kehormatan, penghargaan atau kemasyuran. 3. Kebebasan freedom from servitude. Kebebasan disini dipahami sebagai kebebasan yang terkait dengan emansipasi, kepedulian, penderitaan dan nilai- nilai.

2.5 Pembangunan Ekonomi Lokal Menciptakan Lapangan Kerja