sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM Kabupaten Natuna Tahun 2006-2011, maka ditempuh kebijakan sebagai berikut:
a Perbaikan iklim investasi melalui regulasi pemerintah daerah dengan memberikan insentif terhadap investor yang diarahkan pada sektor pertambangan
dan pertanian yang menjadi basis perekonomian daerah, b Mengarahkan investasi pada program produktif yang dapat memacu perluasan lapangan
pekerjaan. Khususnya sektor perkebunan, usaha penangkapan dan budidaya perikanan, c Mengatasi persoalan pengangguran yang tinggi dengan
mengarahkan pada peningkatan keterampilan pada pengangguran usia 30 tahun dan kelompok laki-laki yang memberikan kontribusi pengangguran terbesar,
d Perbaikan sektor pendidikan yang diarahkan pada persiapan output pendidikan yang akan masuk pasar kerja.
6.1.2 Identifikasi Kelemahan Weaknesses
1 Rendahnya kualitas tenagakerja
Penduduk usia 10 tahun ke atas menurut pendidikan yang ditamatkan menggambarkan bahwa masih meningkatnya jumlah penduduk yang menamatkan
pada sekolah dasar pada tahun 2012 mencapai 53.711 orang atau sebesar 67,00 persen meningkat ke tahun berikutnya menjadi 54.712 orang atau sebesar 66,33
persen, hingga pada tahun 2015 mencapai 56.716 orang. Seiring dengan semakin menurunnya penduduk berpendidikan SMTA maka penduduk yang
berpendidikan diploma mengalami peningkatan dari tahun ke tahun relatif signifikan pada tahun 2012 sebesar 3.452 orang atau sebesar 51,34 persen
meningkat terus dari tahun ke tahun hingga pada tahun 2015 sebesar 4.575 orang atau sebesar 67,82 persen. Tenagakerja intelektual yakni berpendidikan sarjana
yang diharapkan terus mengalami peningkatan justeru mengalami penurunan menurut perhitungan proyeksi.
2 Kecilnya penyerapan tenagakerja di sektor keuangan
Menurut analisis shift share kesempatan kerja nyata di Kabupaten Natuna bahwa lapangan usaha ini menempati urutan ke kedelapan dari delapan lapangan
usaha yang tersedia dengan menyerap tenagakerja sebanyak 35 orang di akhir
tahun 2009. Usaha keuangan dan perbankan terhadap pembentukan PDB menjadi relatif kecil. Tetapi posisinya bagi pembangunan lapangan usaha lain dalam sektor
riil karena merupakan sumber pembiayaan diseluruh sektor kegiatan ekonomi. Tanpa jasa lembaga keuangan dan perbankan sektor ekonomi dan stagflasi.
Sampai dengan akhir tahun 2008, sektor perbankan di Kabupaten Natuna belum menunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti, baik dari segi kuantitas
maupun aktivitasnya. Hal ini terbukti dari masih minimnya jumlah bank di Kabupaten Natuna baru sebanyak empat unit bank, diantara Bank Pembangunan
Daerah Riau, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia dan Bank Mandiri Syariah. Pengalaman masa krisis memperlihatkan masalah keuangan dan perbankan
dapat menyebabkan perubahan struktural dalam bidang ketenagkerjaan, karena banyak perusahaan yang bangkrut akibat tidak mampu membayar bunga dan
angsuran kredit. Lapangan usaha ini sangat penting karena efektivitasnya memfasilitasi kegiatan lapangan usaha lain. Lapangan usaha keuangan dan
perbankan dapat memberikan sumbangan secara langsung bagi penciptaan kesempatan kerja, dengan cara mendorong pertumbuhan lapangan usaha jasa
keuangan bank dan non bank. Lembaga keuangan non bank mencakup bidang kegiatan yang sangat luas termasuk pasar modal, asuransi, dana pensiun, dan
usaha jasa pembiayaan.
3 Tingginya Angka Pengangguran
Menurut data Pusdatin Depnakertran RI tahun 2010 bahwa tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Natuna mencapai 8,4 persen pada tahun
2009 meningkat signifikan dari 4,3 persen di tahun 2008. Tingkat pengangguran tergolong relatif tinggi bila dibandingkan dengan tingkat pengangguran di
Provinsi Kepri dan Nasional disajikan pada Tabel 2. Tingginya angka pengangguran merupakan salah satu permasalahan perekonomian di daerah ini,
menjadikan salah satu faktor utama rendahnya taraf hidup masyarakat Kabupaten Natuna. Persoalannya adalah terbatasnya penyerapan sumberdaya manusia pada
struktur perekonomian yang tidak efisien dan efektif dalam mengelola sumberdaya yang ada. Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan
kerja 15 tahun sampai 64 tahun yang sedang mencari pekerjaan dan belum
mendapatkannya. Indikator yang biasa untuk mengukur pengangguran adalah Tingkat Pengangguran Terbuka TPT.
4 Balai Latihan Kerja Belum Optimal
Balai latihan kerja adalah unit pelaksana teknis yang berada dibawah lingkungan Departemen Tenagakerja berdasarkan Keputusan Menteri Tenagakerja
No.Kep.181Men1994, menyebutkan bahwa Balai Latihan Kerja memiliki tugas sebagai unit pelatihan penerapan teknik dalam bidang industri, pertanian, tata
niaga, dan berbagai keterampilan, yang pengoperasiannya berada dibawah tanggungjawab kantor wilayah Departemen Tenagakerja dengan petunjuk teknis
dari Direktorat Jendral Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Dirjen Binlatas. Balai Latihan Kerja dalam kegiatannya mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai
unit percontohan pelatihan bagi lembaga pelatihan lainnya, baik pemerintah maupun swasta. Sebagai unit pelaksana pelatihan balai latihan kerja mengemban
fungsi sebagai berikut: a.
Menyelenggara pelatihan dalam berbagai jenis dan tingkat program yang bersifat standar dan non standar.
b. Menyediakan fasilitas praktek bagi sekolah kejuruan dan lembaga
pelatihan swasta yang memerlukan. c.
Melaksanakan uji keterampilan untuk sertifikasi tenagakerja.
Balai Latihan kerja berdasarkan daya tampungnya dibagi dalam tiga tipe yaitu: a. Balai Latihan Kerja Tipe A dengan kapasitas tampung sebanyak 1.200
siswa. b. Balai Latihan Kerja Tipe B dengan kapasitas tampung sebanyak 700 siswa. c. Kapasitas tampung hanya 600 siswa disebut dengan Loka Latihan
Kerja. Penetapan tipe balai latihan kerja atau loka latihan kerja di suatu daerah ditentukan berdasarkan banyaknya kebutuhan masyarakat setempat terhadap
pelatihan dan keterampilan. Khusus di Kabupaten Natuna gedung balai latihan kerja sudah berdiri sejak
tahun 2005 diatas lahan seluas lebih kurang tiga hektar. Gedung terdiri dari lima bangunan dengan rincian satu gedung induk untuk perkantoran dan ruang belajar,
satu gedung diperuntukan untuk asrama siswa yang berjumlah 16 kamar dan tiga
gedung untuk ruang makan dan olah raga, ruang praktek las, mesin pompong, dan ruang praktek mesin bubut. Hingga saat ini status Balai Latihan Kerja Kabupaten
Natuna masih belum tetap atau masih dibawah Dinas Tenagakerja Kabupaten Natuna. Pada tahun 2009 Dinsosnaker pernah mengadakan pelatihan bordir
menjahit, pelatihan bubut dengan bekerja sama dengan Balai Latihan Kerja Provinsi Kepulauan Riau, karena Balai Latihan Kerja Kabupaten Natuna belum
memiliki intstruktur staf pengajar.
6.1.3 Identifikasi Peluang Opportunities