6 Pengembangan Ekonomi Lokal
Pengembangan ekonomi lokal merupakan proses penjalinan kepentingan antara sektor pemerintah, swasta, produsen dan masyarakat dengan
mengoptimalkan sumberdaya lokal manusia, alam dan sosial, di dalam sebuah komunitas dengan tujuan menciptakan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan
kerja. Perhatian khusus diberikana pada dampak pertumbuhan ekonomi rumah tangga miskin dan usaha kecil Boulle et al, 2002. Sedangkan Dendi et al 2004
bahwa penekanan pembangunan ekonomi lokal terletak pada kewenangan lokal dalam menggunakan sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan kelembagaan.
Kemitraan pengembangan ekonomi lokal mengintegrasikan upaya mobilisasi para pelaku, organisasi dan sumberdaya, serta pengembangan kelembagaan baru
melalui dialog dan kegiatan-kegiatan strategik. Pengembangan ekonomi lokal merupakan sebuah pendekatan yang
menghubungkan daerah perdesaan atau daerah terbelakang dengan sistem ekonomi pasar guna memacu kegiatan ekonomi daerah tersebut. Pengembangan
dan integrasi tersebut dicapai dengan berfokus pada klaster yang memberikan kesempatan bagi kaum miskin untuk menaikan peranan penting dalam kegiatan
ekonomi. Implementasi pengembangan ekonomi lokal akan meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan dan kesempatan, serta memunculkan strategi untuk
menjaga agar sebahagian besar kesempatan memperoleh pendapatan bertahan di daerah bersangkutan. Daerah akan memberikan manfaat berupa peningkatan
kegiatan ekonomi sebagai akibat dari peningkatan pendapatan rumah tangga, disamping memproleh pendapatan langsung Boulle et al, 2002.
6.1.4 Identifikasi Ancaman Threats
1 Globalisasi Tenagakerja
Globalisasi merupakan sebuah istilah
yang memiliki hubungan dengan
peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer,
dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias. Di sisi lain, ada
yang melihat globalisasi sebagai sebuah
proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang
memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir.
Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing.
Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.
Globalisasi tenagakerja Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenagakerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf
profesional diambil dari tenagakerja yang
telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh dari negara berkembang.
Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah dan bebas. Dalam kaitannya dengan tenagakerja di Kabupaten Natuna globalisasi tenagakerja
merupakan ancaman bagi kelangsungan mobilitas tenagakerja, karena kondisi tenagakerja Kabupaten Natuna pada umumnya tidak memiliki pendidikan dan
keterampilan yang memadai, dampak globalisasi tenagakerja menimbulkan arus migrasi tenagakerja dari negara negara lain ke Indonesia bahkan ke Kabupaten
Natuna untuk bekerja atau memulai usaha perekonomian. Hal demikian akan mematikan usaha tenagakerja masyarakat lokal yang sulit melakukan persaingan
terhadap kompetisi global.
2 Ketidakstabilan Ekonomi
Menurut Ahli ekonomi makro dari Universitas Harvard, Jeffrey Frankel, mengingatkan kemungkinan siklus krisis ekonomi global tiap 15 tahun.
Implikasi krisis ini terutama melanda pasar-pasar bertumbuh pada 2012 nanti. Kajian Frankel tentang krisis ekonomi global akibat aliran modal internasional
terjadi sebanyak tiga kali, pertama pada 1975-1981 saat produksi minyak dunia berujung pada krisis keuangan dunia. Produk akhirnya terjadi pada 1982 berujung
pada generasi yang hilang di Amerika Latin pada 1982-1989. Siklus kedua terjadi akibat ledakan pasar-pasar bertumbuh pada 1990-1996.
Indonesia dan Thailand menderita keguncangan besar politik dan ekonomi akibat krisis moneter yang juga disebabkan kebijakan salah IMF tentang cara
penanganan beban hutang luar negeri Indonesia.
Pada siklus kedua ini, negara Amerika Latin, yaitu Brazil dan Argentina, bersama Turki dan Russia juga mengalami akibat lanjutan krisis moneter pada
1998-2002. Yang terakhir pada 2003-2008 yang menunda krisis keuangan global pasca periode itu, yaitu pada 2008-2009. Siklus ketiga ini bisa dianggap berujung
pada kelahiran siklus keempat pada 2010-2011. Akan tetapi waktu berubah, sekarang banyak negara berkembang yang telah mengungguli perekonomian
negara maju. Pada resesi 2008 – 2009, China, Indonesia, India tetap memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang baik. Terlebih itu posisi tabungan
dana swasta negara-negara pasar bertumbuh juga semakin mantap yang disempurnakan dengan kebijakan fiskal dengan lebih menghindari mekanisme
prosiklik. Kebijakan ekonomi makro yang cendrung kurang memperhatikan perhatian
terhadap usaha pengembangan kesempatan kerja di daerah merupakan ancaman bagi keberlangsungan mobilitas tenagakerja daerah. Kebijakan ekonomi makro
kesenjangan antar kelompok dan antar daerah. Hanya kelompok atau daerah yang memiliki akses terhadap modal, kredit, informasi dan kekuasaan yang dapat
mengambil manfaat dari program-program pembangunan.
3 Persaingan Antar Daerah
Penyerahan wewenang ke daerah pada prinsipnya menimbulkan kemandirian serta menciptakan daya saing bagi daerah. Kompetisi ini akan
mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun disatu sisi bisa menyulut konflik intern dan antar kawasan yang akhirnya mengancam perkembangan
pembangunan pada masing-masing daerah se kawasan. Persaingan antar daerah terlihat ketika adanya rencana pembangunan mega proyek Blok D-Alpha Natuna.
Antara Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Natuna saling mengklaim sebagai daerah tempat pengelolaan minyak dan gas migas
Blok D-Alpha Natuna. Ego daerah bisa menyebabkan akibat yang fatal dan
stabilitas yang kurang kondusif bagi pengembangan kesempatan kerja di kedua daerah tersebut, oleh karena dalam meletakkan perencanaan pengembangan
kesempatan kerja ke dalam konteks ekonomi regional yang lebih luas.
FAKTOR INTERNAL
FAKTOR EKSTERNAL
Kekuatan Strengths Kelemahan
Weaknesses
1. Meningkatnya penduduk
usia produktif. 2.
Banyaknya penyerapan tenagakerja di sektor
pertanian sub sektor perikanan.
3. Meningkatnya jumlah
sektor basis. 4.
Potensi Sumberdaya Alam Kabupaten Natuna.
1. Rendahnya kualitas
tenagakerja. 2.
Kecilnya penyerapan tenagakerja di sektor
keuangan. 3.
Tingginya angka pengangguran.
4. BLK belum optimal
Peluang Opportunities STRATEGI
SO Aggresive Strategies
STRATEGI WO Turn-Around Strategies
1. Pangsa Pasar Asia
2. Pembangunan Base
Camp Blok D-Alpha
3. Kebijakan Otonomi
Daerah. 4.
Perkembangan Perguruan Tinggi
Nasional. 5.
Dukungan Kebijakan Agroindustri.
6. Dukungan Kebijakan
Pembangunan Ekonomi Lokal.
1. Pemberdayaan usia
produktif guna mendukung pembangunan agroindustri
S1,2,3, dan O1,3,5. 2.
Peningkatan Pembangunan Ekonomi lokal berbasis
perikanan dan kelautan. S,2,3, dan O6.
1. Peningkatan Penyerapan
tenagakerja. W1,3,4,5 dan O1,2,3.
2. Revitalisasi Balai
Latihan Kerja W1,2,4 dan O1,2,3.
3. Peningkatan kerjasama
dengan Pemkab dan Perguruan Tinggi W1,
2 dan O4.
Ancaman Threats STRATEGI
ST Dversification Strategies
STRATEGI WT Defensive Strategies
1. Globalisasi Tenagakerja
2. Ketidakstabilan
Ekonomi 3.
Persaingan Antar Daerah
1.Pemberlakuan kebijakan penggunaan tenagakerja
asing yang kondusif S1,2,3,4, dan T1,2,3.
2.Peningkatan kemitraanForum kerjasama
Ketenagakerjaan antar daerah. S1,2, dan T1,2,3
1. Menyelenggarakan
Perlindungan Kesejahteraan Pekerja
W3,4, dan T1,2.
Gambar 7. Matrik SWOT Pengembangan Kesempatan Kerja di Kabupaten Natuna
6.2 Perumusan Strategi