Model Kepuasan Konsumen Pengukuran Kepuasan Konsumen

42 5. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan. Dimensi Emphaty ini merupakan penggabungan dari dimensi : a. Akses access, meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan perusahaan. b. Komunikasi communication, merupakan kemampuan melakukan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari pelanggan. c. Pemahaman pola pelanggan Understanding the customer, meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.

3.1.7. Kepuasan Konsumen

Kepuasan konsumen didefinisikan sebagai keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang atau jasa setelah mereka memperoleh dan menggunakannya Mowen Minor 2002. Menurut Sumarwan 2004 kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut. Dari aspek manajerial, mempertahankan dan meningkatkan kepuasan pelanggan adalah hal sangat penting. Pelanggan yang merasa puas secara positif mempengaruhi arus kas masa depan perusahaan. Oleh karena itu, pengusaha harus memandang program-program yang dapat meningkatkan kepuasan pelanggan sebagai investasi Mowen Minor 2002.

3.1.7.1. Model Kepuasan Konsumen

Menurut Mowen dan Minor 2002 model kepuasan konsumen digunakan untuk memahami dan mempengaruhi kepuasan atau ketidakpuasan konsumen. Salah satu model tersebut adalah model diskonfirmasi ekspektansi, yang mendefinisikan kepuasan atau ketidakpuasan sebagai evaluasi yang dilakukan bahwa pengalaman setidak-tidaknya sama baiknya sebagaimana yang seharusnya. Model diskonfirmasi ekspektansi dimulai dengan penggunaan merek- merek lain dalam golongan produk serta penggunaan merek yang bersangkutan. 43 Melalui perilaku penggunaan ini dan komunikasi dari perusahaan serta orang lain, konsumen mengembangkan ekspektansi mengenai bagaimana merek “seharusnya” bekerja. Pada tahap berikutnya konsumen membandingkan harapan kinerja mereka dengan kinerja aktual produk. Bila kualitas jauh di bawah harapan, maka mereka akan mengalami ketidakpuasan emosional. Bila kinerja melebihi harapan, maka mereka akan merasakan kepuasan emosional. Bila kinerja dianggap sama dengan harapan, konsumen mengalami konfirmasi ekspektansi. Jadi, ekspektansi konfirmasi harapan merupakan suatu keadaan yang positif, namun hal itu seringkali tidak menghasilkan perasaan kepuasan yang kuat. Kepuasan yang kuat hanya akan dialami bila kinerja aktual melebihi kinerja yang diharapkan. Model dikonfirmasi ekspektansi dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Model Diskonfirmasi Ekspektansi Sumber: Mowen dan Minor, 2002

3.1.7.2. Pengukuran Kepuasan Konsumen

Pengukuran terhadap kepuasan pelanggan menjadi sangat penting bagi setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan langkah tersebut dapat memberikan umpan balik dan masukan bagi keperluan pengembangan dan implementasi strategi 44 peningkatan kepuasan pelanggan Tjiptono 2008. Kotler 2005 mengidentifikasi empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu: 1. Sistem keluhan dan saran Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan perlu memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka. Metode yang digunakan bisa berupa kotak saran yang diletakkan di tempat-tempat strategis, kartu komentar, saluran telepon khusus bebas pulsa, dan lain-lain. Informasi-informasi yang diperoleh melalui metode ini dapat memberikan ide-ide baru dan masukan berharga kepada perusahaan, sehingga memungkinnya untuk bereaksi dengan tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul. Akan tetapi, metode ini bersifat pasif sehingga sulit mendapatkan gambaran lengkap mengenai kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan. 2. Ghost shopping Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan mempekerjakan beberapa orang ghost shopper untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan atau pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing. Para ghost shopper kemudian melaporkan temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing. 3. Lost customer analysis Perusahaan menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan atau penyempurnaan selanjutnya. Peningkatan customer loss rate menunjukkan kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggannya. 4. Survei kepuasan pelanggan Survei kepuasan pelanggan dapat dilakukan melalui pos, telepon, maupun wawancara pribadi. Melalui survei perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik feedback secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan tanda positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap 45 pelanggannya. Menurut Tjiptono 2008 metode survei kepuasan pelanggan dapat dilakukan dalam beberapa cara, antara lain: a Directly reported satisfaction Pengukuran ini dapat dilakukan dengan cara menanyakan secara langsung tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan. b Derived dissatisfaction Responden diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka mengharapkan suatu atibut tertentu dan seberapa besar yang mereka rasakan. c Problem analysis Responden diminta untuk menuliskan masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan juga diminta untuk menuliskan perbaikan-perbaikan yang mereka sarankan. d Importance performance analysis Dalam metode ini responden diminta untuk meranking berbagai elemen atribut dari penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen. 3.1.8. Loyalitas Konsumen 3.1.8.1. Konsep Loyalitas Konsumen