Definisi Operasional PENDEKATAN TEORETIS

18

2.4 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tingkat Akses peserta PNPM MP Laki-laki dan Perempuan selanjutnya ditulis Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP terhadap komponen PNPM MP Y1 adalah jumlah total skor akses yang diperoleh mereka dalam mengikuti semua aktivitas pada kegiatan persiapan dan pelaksanaan PNPM MP; dibedakan ke dalam tiga kategori, yakni rendah, sedang, dan tinggi berturut-turut dengan total skor antara skor 45-60, 61-76, dan 77-92.

2. Tingkat Kontrol Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP Y2 adalah jumlah

total skor yang diperoleh mereka pada proses pengambilan keputusan berkenaan semua aktivitas pada kegiatan persiapan dan pelaksanaan PNPM MP. Selanjutnya, berdasar jawaban atas semua kegiatan dalam persiapan dan pelaksanaan PNPM MP, Tingkat Kontrol Peserta Sosial Dasar dan PEserta SPKP dibedakan ke dalam tiga kategori, yakni rendah, sedang, dan tinggi berturut-turut dengan total skor antara skor 45-60, 61-76, dan 77-92.

3. Tingkat Partisipasi Peserta Sosial Dasar dan SPKP Y3 diukur dari jumlah

total skor atas keikutsertaan mereka dalam kelembagaan PNPM MP tingkat Desa, khususnya pada tiga kelembagaan yang ada di tingkat desa, yaitu Tim Pengelola Kegiatan TPK, Tim Penulis Usulan TPU, dan Kelompok SPKP. Mengingat pada setiap lembaga terdapat status ketua, sekretaris, bendahara dan anggota, kepada setiap jabatan tersebut diberi skor berturut-turut: skor tiga, dua, dan satu. Selanjutnya skor yang diperoleh mereka, dibedakan ke dalam tiga kategori, yakni a rendah, jika skor nya 3-4, b sedang, jika skornya 5-6 c tinggi, jika skor nya 7-9.

4. Tingkat Perkembangan Usaha Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP Y4

adalah peningkatan kesempatan usaha yang dikelola oleh mereka setelah memperoleh dana bergulir dari PNPM MP, yang dibedakan ke dalam tiga kategori: a rendah skor satu, jika dana bergulir tidak digunakan untuk menciptakan kesempatan usaha, b sedang skor dua, jika dana bergulir digunakan untuk menciptakan kesempatan usaha baru, dan c tinggi skor 19 tiga, jika dana bergulir digunakan untuk mengembangkan usaha yang telah mereka miliki.

5. Tingkat Pendapatan Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP Y5 adalah

jumlah rupiah yang diperoleh mereka dari usaha yang dikembangkan dengan menggunakan dana yang diperoleh dari PNPM MP; dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu: a rendah, jika total rupiah yang diperoleh dari suatu siklus usaha antara Rp 425.000,- sampai dengan Rp 1.418.500,- b sedang, jika total rupiah yang diperoleh antara Rp 1.418.500,- sampai dengan Rp 2.794.100,- c tinggi jika Rp 2.794.100,- sampai dengan Rp 4.170.000,-.

6. Tingkat Bantuan Dana Bantuan Langsung Masyarakat BLM X1 adalah

jumlah bantuan rupiah yang diberikan kepada anggota kelompok SPKP sebagai tambahan modal usaha. Adapun tingkat bantuan dana BLM yang diberikan kepada Peserta SPKP dikategorikan: a rendah, jika dana yang diperoleh kurang dari Rp1.000.000-, b sedang, jika dana yang diperoleh anggota sama dengan Rp1.000.000,- c tinggi, jika dana yang diperoleh lebih dari Rp1.000.000,-. 7. Tingkat Kemudahan Sistem Alokasi dan Pengembalian Dana Simpan-pinjam untuk Kelompok Perempuan X2 adalah tingkat kemudahan sistem alokasi dana serta penilaian mudah tidaknya persyaratan yang harus dipenuhi oleh anggota SPKP untuk memperoleh dana bantuan dan pengembaliannya, dibedakan ke dalam kategori: a rendah, jika anggota SPKP hanya dapat memenuhi satu syarat administrasi anggota RTMKKKTP dan b sedang, jika dua syarat administrasi dapat dipenuhi, c tinggi, jika semua syarat administrasi anggota RTM, KK, dan KTP dapat terpenuhi.

8. Frekuensi Kunjungan Pendampingan oleh Fasilitator X3 adalah total jumlah

kunjungan yang dilakukan oleh fasilitator Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa KPMD, Tim Pendamping Lokal dan Fasilitator Teknik-Kecamatan kepada Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP. Frekuensi kunjungan tersebut dibedakan ke dalam: rendah, sedang dan tinggi, berturut-turut jika total skor kunjungan kepada peserta PNPM MP, 1-5 kunjungan, 6-10 kunjungan dan 11- 15 kunjungan. 20

9. Tingkat Pendidikan Formal Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP X4

adalah jenjang pendidikan tertinggi yang diikuti Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP di bangku sekolah; dibedakan ke dalam tiga kategori: a rendah, jika tidak lulus SD atau tamat SD, b sedang, jika tamat SMP dan SMA, dan c tinggi, jika tamat akademiperguruan tinggi.

10. Status Bekerja Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP X5 adalah kondisi

bekerja yang dialami individu dalam hubungannya dengan ada tidak adanya dukungan tenaga kerja lainnya, dibedakan ke dalam: 1 bekerjaberusaha sendiri, 2 Berusaha dibantu dengan buruh tidak tetap, 3 berusaha dibantu dengan buruh tetap, 4 buruh karyawanpekerja yang dibayar tenaga upahan, dan 5 pekerja tidak dibayar pekerja keluarga. Berdasar hal ini, selanjutnya status bekerja dikategorikan menjadi: a rendah, jika berstatus sebagai pekerja keluarga, b sedang, jika bekerja selaku buruh tidak tetap atau berusaha sendiri tanpa bantuan orang lainpekerja keluarga, dan c tinggi, jika bekerja sebagai karyawan PNSswasta dengan gaji tetap danatau berusaha sendiri dengan bantuan pekerja upahan. 11. Jumlah Anggota Rumahtangga ART Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP yang Bekerja danatau Berusaha X6 adalah banyaknya anggota rumahtangga yang bekerja untuk membantu perekonomian keluarga, diukur dengan banyaknya anggota keluarga yang bekerja, dibedakan ke dalam: a rendah, jika hanya kepala keluarga yang bekerja, b sedang, jika kepala keluarga dan istrisuami yang bekerja, dan c tinggi, jika seluruh anggota keluarga yang tergolong usia kerja.

12. Status Kategori Rumahtangga Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP X7

adalah kondisi rumahtangga mereka berdasarkan kriteria rumahtangga miskin menurut kriteria lokal sebagaimana ditetapkan dalam PTO PNPM MP; dibedakan ke dalam tiga kategori: a rendah, jika rumahtangga tergolong tidak miskin, b sedang, rumahtangga tergolong miskin, dan c tinggi, rumahtangga tergolong sangat miskin.

13. Pemenuhan Kebutuhan Gender Y6 adalah dampak yang berhasil dicapai dari

pelaksanaan PNPM MP, yang dibedakan kedalam dua kategori, yakni: a Pemenuhan Kebutuhan Praktis Gender jika stimulan PNPM MP mampu 21 meningkatkan Perkembangan Usaha Y3 dan Tingkat Kontribusi Pendapatan Y4 Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP , dan b Pemenuhan Kebutuhan Strategis Gender jika mampu meningkatkan partisipasi Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP dalam kelembagaan PNPM MP di tingkat desa TPK, TPU dan KSPKP. 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Strategi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi hasil sumatif yang menggunakan teknik pengumpulan data secara kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode survei menggunakan kuesioner terstruktur, yang di dalamnya memuat sejumlah pertanyaan danatau pernyataan yang mengukur semua variabel terpengaruh dan yang mempengaruhinya sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1. Adapun pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara mendalam dan observasi, hal ini dilakukan untuk mempelajari berbagai aspek berkenaan perkembangan kelembagaan PNPM MP di tingkat desa. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang mencakup semua variabel terpengaruh dan yang mempengaruhinya, sebagaimana tertulis pada Gambar 1. Selain itu, juga data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan observasi. Adapun data sekunder dalam penelitian ini meliputi semua data dan informasi yang terdapat dalam dokumen tertulis antara lain laporan berkenaan penyelenggaraan PNPM MP di Desa Kemang. Di samping itu, juga mencakup data Monografi Desa Kemang, serta dokumen lainnya yang relevan dalam penelitian ini.

3.2 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kemang, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat Lampiran 1. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa menurut Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur, desa ini merupakan salah satu desa penerima PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Bojongpicung pada tahun 2009 dan 2010. Pertimbangan lainnya, adalah bahwa desa ini merupakan desa lahan kering yang relatif terisolir, sementara mayoritas penduduknya tergolong menguasai lahan sempit dan penggarap lahan Perhutani Mugniesyah 2007 sehingga diharapkan dapat melengkapi sejumlah hasil studi

Dokumen yang terkait

“Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM –MP) Di Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru

1 83 111

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

4 59 100

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 50 136

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir

4 65 98

Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Pengembangan Sosio-Ekonomi Dan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir

0 50 160

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

1 39 106

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (Studi Pada Simpan Pinjam Perempuan/SPP di Desa Napagaluh, Kec. Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil)

4 34 146

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76