75
terjadi pada rumahtangga peserta dimana suami bekerja sebagai petani dan isteri bekerja mengelola warung. Secara umum, diketahui bahwa Jumlah ART yang
Bekerja dan Status Kategori Rumahtangga tidak berhubungan dengan Tingkat Pendapatan Peserta PNPM MP di Desa Kemang. Hal ini diduga berhubungan
dengan data pada Peserta PNPM MP yang cenderung homogen yakni Jumlah ART yang Bekerja mayoritas ada pada kategori sedang sementara Tingkat
Pendapatan Peserta Mayoritas tergolong tinggi. Hal ini didukung pula oleh data hasil uji korelasi rank Spearman dimana tidak terdapat hubungan antara Jumlah
ART yang Bekerja dengan Tingkat Pendapatan Peserta PNPM MP. Tidak demikian halnya pada variabel Status Kategori rumahtangga yang
berhubungan negatif dengan Tingkat Pendapatan Peserta Sosial Dasar maupun Peserta SPKP. Sebagaimana ditunjukkan dalam data hasil uji korelasi rank
Spearman Lampiran 5, pada Peserta Sosial Dasar diperoleh r
s=
-0,304 pada taraf α=0,05, sementara pada Peserta SPKP diperoleh r
s
= -0,136 pada taraf α=0,2. Merujuk pada Purnaningsih 2006, hal ini berarti hubungan nyata ditemukan
hanya pada Peserta Sosial Dasar yakni antara Status Kategori rumahtangga dengan Tingkat Pendapatan Peserta Sosial Dasar.
9.9 Pemenuhan Kebutuhan Gender
Merujuk pada pendapat Moser 1993 tentang konsep peranan kebijakan pembangunan dalam pemenuhan kebutuhan gender, aspek pengaruh PNPM MP
juga diukur melalui variabel Tipe Pemenuhan Kebutuhan Gender yang meliputi pemenuhan kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis gender.
Analisis kebutuhan praktis gender dalam penelitian ini dilihat dari aspek manfaat yang diperoleh peserta PNPM MP khususnya peserta SPKP dalam
kaitannya dengan perkembangan usaha dan pendapatan peserta. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar Peserta PNPM MP tergolong
tinggi dalam hal Tingkat Perkembangan Usaha baik pada Peserta Sosial Dasar maupun Peserta SPKP. Setelah adanya stimulan berupa perbaikan infrastruktur
jalan, kegiatan ekonomi di Desa Kemang dirasakan semakin berkembang khususnya bagi Peserta Sosial Dasar. Manfaat yang dirasakan Peserta Sosial
Dasar dari adanya perbaikan infrastruktur jalan ini diantaranya, bagi Peserta
76
Sosial Dasar yang bekerja di sektor pertanian, perbaikan infrastruktur jalan ini secara langsung telah memudahkan akses transportasi sehingga dapat menghemat
waktu dan biaya transportasi. Seperti pada petani daun yang sebelumnya bergantung pada ‘kuli panggul’, selain membutuhkan waktu yang lebih lama,
kondisi jalan yang rusak juga membutuhkan kehati-hatian bagi ‘kuli panggul’ agar daun yang dibawanya tidak rusak yang dapat berakibat pada menurunnya harga
jual. Setelah adanya perbaikan infrastruktur jalan, kini petani daun dapat menjual daunnya secara langsung kepada pengumpul ataupun dengan memanfaatkan jasa
ojeg yang tersedia di Desa Kemang. Sehubungan dengan itu, adanya perbaikan infrastruktur jalan ini menjadikan harga produk pertanian cenderung stabil.
Adapun manfaat adanya stimulan dana bergulir yang dirasakan Peserta SPKP antara lain, Peserta SPKP menggunakan dana pinjaman sebagai tambahan
modal untuk menambah jumlah dan macam barang dagangan. Adapun sebagian peserta lainnya menggunakan dana pinjaman untuk membuka usaha baru. Dengan
perkataan lain, adanya stimulan SPKP di Desa Kemang telah mendukung kegiatan usaha yang dijalankan peserta SPKP, hal tersebut akhirnya berdampak pula pada
peningkatan pendapatan Peserta SPKP. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya dimana Tingkat Pendapatan Peserta khususnya Peserta SPKP
sebagian besar tergolong kategori tinggi. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa PNPM MP telah
mampu meningkatkan Perkembangan Usaha dan Tingkat Kontribusi Pendapatan Peserta PNPM MP sehingga dianggap mampu mewujudkan Pemenuhan
Kebutuhan Praktis Gender. Pemenuhan Kebutuhan Strategis Gender, dalam penelitian ini dilihat dari
kontrol peserta baik dalam hal pengambilan keputusan maupun partisipasinya dalam kelembagaan PNPM MP. Seperti hal nya Peserta Sosial Dasar, Peserta
SPKP juga memiliki kewenangan untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan dalam setiap tahapan PNPM MP termasuk di dalam menentukan jenis usaha yang
dijalankan. Namun demikian, fakta bahwa relatif tingginya proporsi perempuan yang berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan program yang tidak
diikuti oleh tingginya akses dan kontrol mereka atas sumberdaya PNPM MP di satu pihak, sebaliknya pada peserta laki-laki; mencerminkan bahwa prinsip KKG
77
yang melandasi perencanaan dan pelaksanaan PNPM MP di Desa Kemang belum berhasil memenuhi kebutuhan strategis gender
9.10 Ikhtisar