Hubungan Karakteristik Sumberdaya Individu dengan

65 masing kelembagaan tersebut merupakan laki-laki, adapun sekretaris dan bendaharanya adalah perempuan. Berdasar data pada Tabel 14, terlihat pula bahwa pada Peserta Sosial Dasar terdapat kecenderungan dimana mayoritas diantara mereka berpendidikan rendah, maka mayoritas mereka juga rendah dalam hal Tingkat Partisipasinya dalam PNPM MP. Dengan perkataan lain, ada kecenderungan hubungan positif antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi Peserta Sosial Dasar. Hal ini didukung oleh hasil uji statistik Lampiran 5, dengan nilai r s = 0,339 pada taraf α=0,05. Fakta bahwa status bekerja mayoritas Peserta Sosial Dasar tergolong sedang namun mayoritas Tingkat Partisipasinya dalam PNPM MP tergolong rendah; menjadikan hasil uji statistik hubungan kedua variabel tersebut tidak nyata r s =-62 pada taraf 0,373. Pada Peserta SPKP, juga terdapat kecenderungan dimana karena mayoritas mereka berpendidikan formal dan berstatus bekerja rendah maka Tingkat Partisipasinya dalam PNPM MP juga rendah. Namun demikian, kecenderungan tersebut berbeda dengan hasil uji statistik, sebagaimana terlihat pada Lampiran 5, pada Peserta SPKP tersebut berturut-turut sebesar r s= 0,038 pada taraf α=0,420 dan r s 0,125 pada taraf 0,3 untuk hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal dan Status Bekerja dengan Tingkat Partisipasi mereka dalam PNPM MP. Berdasar penjelasan di atas dan merujuk pada pendapat Purnaningsih 2006, hanya Tingkat Pendidikan Formal yang berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi dalam PNPM MP, itupun hanya di kalangan Peserta Sosial Dasar. Sementara Status Bekerja tidak berhubungan nyata dengan Tingkat Partisipasi, baik pada Peserta Sosial Dasar maupun Peserta SPKP.

8.3 Hubungan Karakteristik Sumberdaya Individu dengan

Tingkat Perkembangan Usaha Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP Salah satu indikator analisis manfaat yang diperoleh peserta dari PNPM MP dapat dilihat dari Tingkat Perkembangan Usaha mereka. Merujuk pada hipotesis, sebagaimana dikemukakan sebelumnya, diduga terdapat hubungan positif antara Tingkat Pendidikan Formal X4 dan Status Bekerja X5 dengan Tingkat Perkembangan Usaha Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP Y4. 66 Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tersebut, dilakukan analisis terhadap data yang disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Hubungan Karakteristik Sumberdaya Individu dengan Tingkat Perkembangan Usaha Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP di Desa Kemang, Tahun 2011 dalam persen Karakteristik Sumberdaya Individu Tingkat Perkembangan Usaha Peserta Sosial Dasar Y4 Tingkat Perkembangan Usaha Peserta SPKP Y4 Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total 1. Tingkat Pendidikan Formal X4 Rendah 6,67 6,67 66,67 80,00 23,33 0,00 63,33 86,67 Sedang 3,33 6,67 3,33 13,33 3,33 6,67 3,33 13,33 Tinggi 3,33 0,00 3,33 6,67 0,00 0,00 0,00 0,00 Total 13,33 13,33 73,33 100,00 26,67 6,67 66,67 100,00 2. Status Bekerja X5 Rendah 0,00 0,00 0,00 0,00 23,33 3,33 43,33 70,00 Sedang 10,00 13,33 66,67 90,00 3,33 3,33 23,33 30,00 Tinggi 3,33 0,00 6,67 10,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Total 13,33 13,33 73,33 100,00 26,67 6,67 66,67 100,00 Sebagian besar Peserta PNPM MP mengaku, bahwa usaha yang mereka kelola semakin berkembang setelah menerima stimulan PNPM MP, khususnya pembangunan infrastruktur jalan dan SPKP. Sebagaimana terlihat pada Tabel 20 di atas, bahwa mayoritas Tingkat Perkembangan Usaha Peserta Sosial dasar dan Peserta SPKP mayoritas tergolong kategori tinggi, yakni berturut-turut 73 persen dan 66 persen. Terdapat kecenderungan pada kedua kategori peserta dimana meski mayoritas Tingkat Pendidikan Formalnya tergolong kategori rendah namun mayoritas tergolong tinggi dalam hal Tingkat Perkembangan Usaha kedua kategori peserta. Hal ini berhubungan dengan fakta sebagaimana telah dikemukakan pada Bab Profil Rumahtangga bahwa mayoritas Peserta PNPM MP bekerja di sektor pertanian 55 persen dimana pekerjaan tersebut bukan pekerjaan yang mensyaratkan tingkat pendidikan yang tinggi. Jenis usaha lain yang berkembang di desa ini adalah usaha warung yang sebagian besar dikelola oleh Peserta SPKP. Sebagian besar Peserta SPKP merasa terbantu oleh adanya bantuan dana berupa tambahan modal dari SPKP, seperti pada usaha warung yang dikelola oleh Ibu A. Pada awalnya Ibu A hanya menjual 67 dagangan berupa makanan ringan, namun setelah mendapatkan pinjaman, Ibu A dapat menambahkan barang dagangan berupa mainan anak-anak dan sejumlah barang dagangan lainnya. Namun demikian, tidak semua peserta dapat merasakan manfaat stimulan PNPM MP, khususnya Peserta SPKP dalam kaitannya dengan perkembangan usaha, seperti yang ditunjukkan pada tabel di atas. Terdapat sekitar 26 persen Peserta SPKP yang tergolong kategori rendah dalam hal Tingkat Perkembangan Usaha, adalah mereka yang tidak menggunakan dana pinjaman untuk mengembangkan usaha ataupun membuat usaha baru melainkan digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Data pada tabel di atas diperkuat dengan hasil uji statistik Lampiran 5 yakni terdapat hubungan negatif antara Tingkat Pendidikan Formal dengan Tingkat Perkembangan Usaha pada kedua kategori peserta dengan nilai r s =-0,437 pada taraf α=0,05 untuk Peserta Sosial Dasar, sementara pada Peserta SPKP diperoleh r s =-0,246 pada taraf α=0,10. Adapun pada variabel Status Bekerja, menunjukkan perbedaan antara kedua kategori peserta dimana hubungan negatif hanya ditemukan pada Peserta Sosial Dasar dengan nilai r s =0,083 pada taraf α=0,3, berbeda dengan Peserta SPKP dengan nilai r s =0,255 pada taraf α=0,2. Namun demikian, merujuk pada Purnaningsih 2006 hubungan nyata hanya ditemukan pada Tingkat Pendidikan Formal dengan Tingkat Perkembangan Usaha Peserta Sosial Dasar.

8.4 Hubungan Karakteristik Sumberdaya Individu dengan Tingkat

Dokumen yang terkait

“Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM –MP) Di Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru

1 83 111

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

4 59 100

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 50 136

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir

4 65 98

Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Pengembangan Sosio-Ekonomi Dan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir

0 50 160

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

1 39 106

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (Studi Pada Simpan Pinjam Perempuan/SPP di Desa Napagaluh, Kec. Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil)

4 34 146

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76