Hubungan Karakteristik Sumberdaya Individu dengan Tingkat

67 dagangan berupa makanan ringan, namun setelah mendapatkan pinjaman, Ibu A dapat menambahkan barang dagangan berupa mainan anak-anak dan sejumlah barang dagangan lainnya. Namun demikian, tidak semua peserta dapat merasakan manfaat stimulan PNPM MP, khususnya Peserta SPKP dalam kaitannya dengan perkembangan usaha, seperti yang ditunjukkan pada tabel di atas. Terdapat sekitar 26 persen Peserta SPKP yang tergolong kategori rendah dalam hal Tingkat Perkembangan Usaha, adalah mereka yang tidak menggunakan dana pinjaman untuk mengembangkan usaha ataupun membuat usaha baru melainkan digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Data pada tabel di atas diperkuat dengan hasil uji statistik Lampiran 5 yakni terdapat hubungan negatif antara Tingkat Pendidikan Formal dengan Tingkat Perkembangan Usaha pada kedua kategori peserta dengan nilai r s =-0,437 pada taraf α=0,05 untuk Peserta Sosial Dasar, sementara pada Peserta SPKP diperoleh r s =-0,246 pada taraf α=0,10. Adapun pada variabel Status Bekerja, menunjukkan perbedaan antara kedua kategori peserta dimana hubungan negatif hanya ditemukan pada Peserta Sosial Dasar dengan nilai r s =0,083 pada taraf α=0,3, berbeda dengan Peserta SPKP dengan nilai r s =0,255 pada taraf α=0,2. Namun demikian, merujuk pada Purnaningsih 2006 hubungan nyata hanya ditemukan pada Tingkat Pendidikan Formal dengan Tingkat Perkembangan Usaha Peserta Sosial Dasar.

8.4 Hubungan Karakteristik Sumberdaya Individu dengan Tingkat

Pendapatan Usaha Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP Analisis manfaat PNPM MP berikutnya dapat dilihat dari Tingkat Pendapatan Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP Y5 yang diduga dipengaruhi oleh Tingkat Pendidikan Formal X4 dan Status Bekerja X5. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, sebagian besar peserta PNPM MP mengaku kegiatan usahanya semakin berkembang. Sehubungan dengan hal itu, diduga hal ini akan berdampak pada peningkatan pendapatan peserta. Berikut ini data berkenaan Tingkat Pendapatan Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP menurut Tingkat Pendidikan Formal dan Status Bekerja yang disajikan ke dalam Tabel 16. 68 Tabel 16 Hubungan Karakteristik Sumberdaya Individu dengan Tingkat Pendapatan Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP di Desa Kemang, Tahun 2011 dalam persen Karakteristik Sumberdaya Individu Tingkat Pendapatan Peserta Sosial Dasar Y5 Tingkat Pendapatan Peserta SPKP Y5 Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total 1. Tingkat Pendidikan Formal X4 Rendah 13,79 13,79 51,72 79,31 6,67 23,33 56,67 86,67 Sedang 0,00 0,00 13,79 13,79 0,00 0,00 13,33 13,33 Tinggi 0,00 0,00 6,90 6,90 0,00 0,00 0,00 0,00 Total 13,79 13,79 72,41 100,00 6,67 23,33 70,00 100,00 2. Status Bekerja X5 Rendah 0,00 0,00 0,00 0,00 6,67 16,67 46,67 70,00 Sedang 13,79 10,34 65,52 89,66 0,00 6,67 23,33 30,00 Tinggi 0,00 3,45 6,90 10,34 0,00 0,00 0,00 0,00 Total 13,79 13,79 72,41 100,00 6,67 23,33 70,00 100,00 Berdasarkan data pada Tabel 16, diketahui bahwa mayoritas Tingkat Pendapatan Peserta PNPM MP tergolong kategori tinggi, yakni sekitar 70 persen. Pada tabel terlihat pula bahwa terdapat kecenderungan dimana mayoritas Peserta PNPM MP pada kedua kategori stimulan yang Tingkat Pendidikan Formalnya tergolong kategori rendah ternyata menunjukkan Tingkat Pendapatan yang tergolong tinggi. Hal tersebut dimungkinkan karena sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa sekitar 47 persen dari total kedua kategori peserta memiliki lahan pertanian yang tergolong luas lebih dari 0,5 hektar lahan. Di pihak lain, pengelola PNPM lebih mengutamakan syarat peserta yang memiliki usaha, tidak mempertimbangkan aspek pendidikan mereka. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan formal tidak menentukan besarnya tingkat pendapatan Peserta PNPM MP. Hal tersebut didukung data hasil uji korelasi rank Spearman Lampiran 5 dimana Tingkat Pendidikan Formal berhubungan negatif dengan Tingkat Pendapatan Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP denga nilai r s berturut-turut -0,296 dan -0,254 pada taraf α masing-masing 0,1. Sementara pada Status Bekerja, diperoleh r s berturut-turut -0,017 dan 0,131 pada taraf α 0,4 dan 0,2. Dengan demikian, merujuk pada Purnaningsih 2006, tidak ditemukan adanya hubungan nyata antara Tingkat Pendidikan Formal dan Status Bekerja dengan Tingkat Pendapatan kedua kategori peserta. 69

8.5 Hubungan Antara Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga dengan

Dokumen yang terkait

“Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM –MP) Di Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru

1 83 111

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

4 59 100

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 50 136

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir

4 65 98

Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Pengembangan Sosio-Ekonomi Dan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir

0 50 160

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

1 39 106

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (Studi Pada Simpan Pinjam Perempuan/SPP di Desa Napagaluh, Kec. Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil)

4 34 146

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76