Pertumbuhan Struktural Sektor Industri Pulp

produsen kayu lapis dunia seperti Malaysia. Tidak adanya kepastian pasokan bahan baku selama ini menjadi hambatan pemenuhan permintaan pasar ekspor kayu lapis, akibatnya berdampak terhadap beralihnya konsumen luar negeri ke negara-negara lain. Dibubarkannya Badan Pemasaran Bersama Joint Market Bodies- APKINDO dalam butir kesepakatan atau Letter of Intent LoI antara pemerintah Indonesia dengan Badan Moneter Internasional IMF saat krisis ekonomi pada tahun 1998, turut menjadi pemicu turunnya daya saing produk kayu lapis Indonesia. Dibubarkannya Badan Pemasaran Bersama tersebut, posisi tawar kayu lapis Indonesia menjadi lemah dan tidak adanya pengendalian produksi dan harga. Sementara itu, faktor import substitution dan technological change menjadi faktor penting dalam pertumbuhan gross output industri kayu lapis nasional. Kurangnya pasokan bahan baku untuk memproduksi kayu lapis, maka pemenuhan kebutuhan kayu lapis dalam negeri harus dipenuhi melalui impor dari negara lain seperti China, Malaysia dan Jepang. Faktor teknologi turut mendorong terjadinya produktifitas, sehingga mendorong pertumbuhan output kayu lapis. Departemen Kehutanan 2007b menyebutkan bahwa perusahaan yang bergerak di sektor industri kayu lapis umumnya adalah perusahaan berskala besar yang sudah menggunakan teknologi modern, meskipun banyak industri yang masih menggunakan mesin-mesin yang sudah tua.

5.2.4. Pertumbuhan Struktural Sektor Industri Pulp

Sektor industri kehutanan mendapat perhatian cukup besar dalam pembangunan ekonomi nasional, karena dapat berperan sebagai dinamisator yang akan membawa sektor perekonomian pada tingkat laju pertumbuhan yang lebih tinggi. Diantara berbagai jenis industri kehutanan yang ada, industri pulp merupakan salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi nasional terutama sebagai penghasil devisa. Hasil analisis pertumbuhan struktural diperoleh informasi bahwa faktor exsport expansion merupakan faktor utama pendorong pertumbuhan gross output industri pulp selama periode 2005 – 2008 seperti yang terlihat pada Gambar 16. Exsport expansion memberikan kontribusi sekitar 35.4 persen terhadap pertumbuhan gross output industri pulp. 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 DD EE IS IO Gambar 16. Radar Chart Sumber - Sumber Pertumbuhan Sektor Industri Pulp Tahun 2005 – 2008 Pada tahun 2008, pulp merupakan penyumbang ekspor terbesar di sektor industri kehutanan menggeser kayu lapis yang selama ini memiliki kontribusi terbesar terhadap ekspor industri kehutanan. Ekspor pulp pada tahun 2005 sebesar US 934 juta meningkat menjadi US 1 065 juta tahun 2007 dan menjadi US 1 425 juta pada tahun 2008 Badan Pusat Statistik, 2009a. Besarnya kapasitas terpasang menjadikan Indonesia sebagai produsen utama pulp dunia. Menurut Departemen Kehutanan 2007b, sekitar 73 persen dari pertumbuhan kapasitas industri pulp dunia merupakan kontribusi dari tiga negara saja yaitu Brazil, Indonesia dan China. Kondisi ini menggambarkan bahwa faktor teknologi berperan penting dalam pertumbuhan output sektor industri pulp di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan kontribusi technological change terhadap pertumbuhan output pulp sebesar 29.1 persen. Faktor lain yang menjadi sumber pertumbuhan gross output industri pulp adalah domestic demand dan import substitution yang masing-masing berkontribusi sebesar 21.8 persen dan 13.7 persen. Permintaan pulp dalam negeri dan pengadaan impor pulp sebagian besar untuk memenuhi konsumsi industri kertas. Impor disebabkan kurangnya pasokan pulp dari industri pulp dalam negeri untuk industri kertas. Sejak tahun 2005 – 2008, rata-rata impor pulp Indonesia sebesar US 500 juta. Impor pulp sebagian besar berasal dari Kanada, Brazil, Afrika Selatan dan Jepang Departemen Kehutanan, 2008c.

5.2.5. Pertumbuhan Struktural Sektor Industri Mebel dan Kerajinan Kayu-Rotan