Profil Sektor Industri Pulp Profil Sektor Industri Mebel dan Kerajinan Kayu-Rotan

5.1.4. Profil Sektor Industri Pulp

Sektor industri pulp mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah, karena keberadaannya amat terkait dengan sumber bahan baku kayu yang berasal dari hutan alam. Industri pulp merupakan salah satu industri kehutanan yang terus mengalami perkembangan yang sangat pesat. Produksi pulp sejak tahun 2000 – 2008 rata-rata sebesar 4.9 juta ton. Besarnya produksi pulp ini disebabkan kapasitas terpasang industri pulp yang terus meningkat yaitu dari 0.5 juta ton pada tahun 1987 meningkat menjadi 5.2 juta ton pada tahun 2000 dan pada tahun 2008 mencapai 6.4 juta ton. Pemenuhan bahan baku industri pulp bersumber dari HTI dan hutan alam. Ketidakseimbangan ketersediaan bahan baku kayu dengan kapasitas terpasang industri pulp yang besar merupakan masalah utama dalam perkembangan industri pulp di Indonesia saat ini. 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 1996 1998 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2008 P ro d u ks i to n Sumber : 1. Departemen Kehutanan, 2009a 2. Indonesia Pulp and Paper Association, 2005 Gambar 12. Produksi Pulp Indonesia Tahun 1996 - 2008 Berdasarkan data statistik kehutanan 2007, tercatat ada 13 pabrik dengan total kapasitas terpasang 6.5 juta ton dimana 86 persen dari kapasitas terpasang tersebut berlokasi di Sumatera, khususnya Riau. Sementara itu, 53 persen dari pabrik pulp dan kertas merupakan perusahaan swasta PMA Private Company Foreign Investments. Berkembangnya industri pulp di Indonesia ini menjadikan Indonesia sebagai pemain utama pulp dunia bersama-sama dengan China dan Brazil.

5.1.5. Profil Sektor Industri Mebel dan Kerajinan Kayu-Rotan

Industri mebel dan kerajinan kayu-rotan sebagian besar didominasi oleh usaha kecil menengah dengan sistem home industry yang bekerjasama dengan industri-industri besar. Sentra-sentra produksi mebel dan kerajinan terutama di Pulau Jawa seperti Semarang, Jepara, Solo, Yogyakarta, Surabaya dan Cirebon. Badan Pusat Statistik 2009a mencatat bahwa nilai ekspor mebel dan kerajinan dari kayu bambu dan rotan pada tahun 2003 sebesar US 1.53 milyar, meningkat menjadi US 1.74 milyar pada tahun 2005 dan pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi sebesar US 1.46 milyar. Asosiasi Mebel Indonesia ASMINDO, 2008 menyatakan bahwa penurunan ekspor ini disebabkan karena menurunnya permintaan negara-negara importir mebel asal Indonesia seperti Amerika Serikat dan Eropa. Menurut Departemen Kehutanan 2007b, sumber bahan baku industri mebel dan kerajinan sebagian besar berbahan baku kayu danatau rotan. Sementara itu, produksi mebel dan kerajinan sebagian besar untuk memenuhi permintaan domestik disamping untuk memenuhi permintaan ekspor terutama ke beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jepang dan sejumlah negara-negara Eropa seperti Inggris, Belanda dan Perancis.

5.2. Pertumbuhan Struktural Sektor Berbasis Kehutanan