-20.0 0.0
20.0 40.0
60.0 80.0
100.0 DD
EE
IS IO
Gambar 17. Radar Chart Sumber - Sumber Pertumbuhan Sektor Industri Meubel dan Kerajinan Tahun 2005 – 2008
Sumber pertumbuhan gross output lainnya yaitu faktor exsport exspansion, import substitution dan technological change kurang memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan gross output. Hal ini disebabkan ketatnya persaingan di pasar internasional untuk produk mebel dan kerajinan, terutama produk-produk
yang berasal dari China yang memiliki harga yang relatif lebih murah. Bahkan impor untuk produk meubel dan kerajinan cenderung meningkat selama beberapa
tahun terakhir. Selain itu industri mebel dan kerajinan dalam negeri banyak yang merupakan home industry dengan penggunaan teknologi yang sederhana,
sehingga efisiensi produksinya rendah.
5.3. Strategi
Peningkatan Pertumbuhan Output
Sektor Berbasis
Kehutanan di Indonesia
Berdasarkan hasil analisis terhadap sumber-sumber pertumbuhan gross output terhadap sektor-sektor berbasis kehutanan, diperoleh gambaran bahwa
pertumbuhan sektor berbasis kehutanan perlu terus ditingkatkan guna menciptakan nilai tambah yang lebih besar terutama pada faktor yang menjadi
sumber pertumbuhan dan mengatasi faktor yang kurang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan gross output.
Upaya tersebut sangat diperlukan mengingat pertumbuhan output sektor- sektor berbasis kehutanan selama satu dekade terakhir terus mengalami penurunan
yang tercermin dari penurunan kontribusi sektor berbasis kehutanan terhadap PDB nasional. Oleh karena itu, untuk memulihkan kondisi sektor-sektor berbasis
kehutanan yang mengalami kelesuan diperlukan suatu upaya yang komprehensif dan sistematis, tidak hanya di sektor hulu penanaman dan produksi hasil hutan
kayu, tetapi juga sektor hilir industri dan pemasaran secara terarah dan terintegrasi.
Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan gross- output sektor-sektor berbasis kehutanan antara lain :
1. Meningkatkan investasi di HTI. Investasi diperlukan dalam rangka
meningkatkan output sektor kehutanan terutama kayu dan untuk memenuhi kekurangan pasokan bagi industri kayu olahan. Hal ini dapat
dilakukan dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif seperti pemberian insentif fiskal dengan mengurangi jumlah jenis pungutan yang
selama ini menjadi keluhan investor yang menanamkan modalnya di usaha kehutanan.
2. Mempercepat pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
IUPHHK baik hutan industri IUPHHK-HI, hutan alam IUPHHK-HA dan hutan tanaman rakyat IUPHHK-HTR khusus pada areal-areal yang
saat ini tidak ada pengelolaannya.
3. Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan dalam rangka pemulihan
lahan kritis dan pembenihan tanaman hutan. 4.
Pengendalian operasi industri kayu lapis dan pulp untuk mengatasi masalah kapasitas industri yang terlalu besar, sehingga tingkat produksi
sejalan dengan pasokan bahan baku lestari sekaligus mengurangi praktek illegal logging.
5. Meningkatkan daya saing produk kayu olahan di pasar ekspor. Hal ini
dapat dilakukan melalui pengaktifan kembali revitalisasi badan pemasaran bersama, kebijakan promosi ekspor dan melakukan
diversifikasi produk dalam rangka meningkatkan nilai tambah. Untuk produk mebel dan kerajinan, diversifikasi produk diarahkan dengan
memproduksi produk-produk unik, khas dan bernuansa etnis. 6.
Pemanfaatan jasa lingkungan hutan seperti nilai manfaat tata air melalui mekanisme Payment Environmental Services PES yang mempunyai
potensi besar dalam meningkatkan output sektor kehutanan. Menurut Nurrochmat, et al 2010, nilai jasa lingkungan tata air ini dapat
direalisasikan dengan memberikan kompensasi kepada daerah penghasil atau daerah yang melakukan konservasi tata air hulu oleh daerah
penerima manfaat hilir. Nilai jasa lingkungan tata air ini berpotensi meningkatkan output sektor kehutanan jauh lebih besar dibandingkan jasa
lingkungan hutan dengan mekanisme perdagangan karbon.
VI. DAMPAK PENINGKATAN OUTPUT SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN
RUMAHTANGGA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA
6.1. Struktur Pendapatan Rumahtangga dan Ketenagakerjaan
Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara, salah satunya dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi yang positif, dimana pertumbuhan
ekonomi tersebut merupakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang mampu menciptakan pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat serta
terbukanya kesempatan kerja yang luas bagi masyarakat. Menurut Hess dan Ross 2000, pertumbuhan ekonomi yang tidak berkualitas merupakan bentuk dari
growth without development. Lebih jauh Todaro 2000 menyatakan bahwa pertumbuhan yang tidak berkualitas hanya menciptakan kesenjangan pendapatan
antar golongan pendapatan masyarakat, akibatnya kemiskinan yang menjadi faktor penghambat pembangunan sulit untuk dituntaskan.
Berdasarkan landasan pemikiran tersebut, maka pemerintah sudah seharusnya memberikan perhatian lebih terhadap sektor-sektor yang tidak hanya
memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi yang jauh lebih penting sektor tersebut dapat meciptakan lapangan pekerjaan yang
luas bagi masyarakat dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama masyarakat golongan pendapatan rendah.
Pada pembahasan ini akan diuraikan bagaimana struktur pendapatan rumahtangga menurut golongan pendapatan dan wilayah
serta struktur ketenagakerjaan di Indonesia berdasarkan tabel input - output Miyazawa Tahun
2008.