Struktur Ketenagakerjaan Struktur Pendapatan Rumahtangga dan Ketenagakerjaan

Pertumbuhan ekonomi tidaklah cukup untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Oleh karena itu, disamping terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi juga perlu diimbangi dengan intervensi kebijakan yang terarah dan efektif. Implikasinya, pemerintah perlu membuat suatu kebijakan anti kemiskinan yang bersifat bottom-up, menyeluruh dan konsisten diantaranya dengan cara memperluas kesempatan kerja melalui pengembangan sektor – sektor berbasis perdesaan dan mampu menyerap tenaga kerja besar. Berdasarkan uraian di atas, maka terkait dengan tujuan penelitian ini terdapat permasalahan yang ingin dijawab yaitu seberapa besar pertumbuhan atau peningkatan output sektor-sektor berbasis kehutanan berdampak terhadap peningkatan pendapatan rumahtangga pada berbagai golongan pendapatan, sehingga dapat diketahui peranan sektor-sektor berbasis kehutanan terhadap permasalahan kesenjangan distribusi pendapatan rumahtangga di Indonesia.

6.1.2. Struktur Ketenagakerjaan

Menurut Yudhoyono dan Boediono 2009, permasalahan utama dalam pasar kerja Indonesia yang hingga saat ini belum dapat ditangani sepenuhnya antara lain 1 persentase sektor informal yang relatif tinggi, 2 adanya kesenjangan upah antara sektor formal dengan sektor informal, 3 adanya kecenderungan peningkatan pengangguran terbuka pada kelompok usia muda dan 4 penurunan produktivitas tenaga kerja, terutama di sektor manufaktur. Upaya mengatasi masalah tersebut bukanlah hal yang mudah mengingat kompleksitas permasalahan ketenagakerjaan terkait dengan banyak aspek. Dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian nasional saat ini yang baru berangsur pulih akibat dampak krisis ekonomi global, maka dalam jangka pendek setidaknya pemerintah harus memprioritaskan penanganan masalah pengangguran yang cenderung meningkat dengan menciptakan lapangan kerja baru. Upaya tersebut harus dilakukan melalui integrasi kebijakan makro-mikro, diantaranya melalui perbaikan iklim investasi di pusat maupun di daerah sehingga kesempatan kerja baru dapat tercipta serta pemihakan kepada perbaikan kesempatan berusaha untuk sektor usaha kecil dan menengah sebagai tiang penyerap tenaga kerja Indonesia selama ini. Tabel 11. Jumlah Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Golongan Pendapatan dan Wilayah di Indonesia Tahun 2008 ribu orang Sektor Pendapatan Rendah Pendapatan Sedang Pendapatan Tinggi Kota Desa Kota Desa Kota Desa Pertanian 4 616 26 452 1 390 8 919 333 979 Pertambangan dan Penggalian 57 257 134 290 195 129 Industri Pengolahan 2 575 1 969 4 486 1 904 1 308 199 Listrik, Gas, Air Bersih 26 14 56 29 64 19 Bangunan 625 747 1 407 1 491 300 164 Perdagangan, Hotel, Restoran 5 399 2 268 8 343 2 056 2 416 203 Angkutan dan Komunikasi 929 771 1 856 1 036 1 129 294 Keuangan dan Jasa Perusahaan 161 61 463 148 541 65 Jasa-Jasa 2 879 1 689 2 629 1 260 3 089 1 232 Total 17 267 34 228 20 762 17 133 9 376 3 283 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008a Pada Tabel 11, secara sektoral terlihat jumlah pekerja di Indonesia pada tahun 2008 sebagian besar bekerja di sektor pertanian, perdagangan dan industri pengolahan. Pada sektor pertanian, jumlah tenaga yang terserap pada tahun 2008 sejumlah 42.7 juta orang dari 102 juta orang atau sekitar 41.8 persen. Sementara di sektor perdagangan, jumlah tenaga kerja yang terserap sejumlah 20.7 juta orang atau sekitar 20.1 persen. Sedangkan di sektor industri pengolahan, jumlah tenaga kerja yang terserap sejumlah 12.4 juta orang atau sekitar 12.2 persen. Berdasarkan data tersebut nampak jelas bahwa sektor pertanian sebagian besar merupakan sektor informal dengan skala usaha kecil dan menengah dan berada sebagian besar di wilayah perdesaan. Sama halnya pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, khususnya sektor perdagangan dan restoran sebagian besar juga merupakan sektor informal dengan skala usaha kecil dan menengah yang tersebar luas di wilayah perkotaan. Sementara pada sektor industri pengolahan, seperti industri kayu gergajian, industri meubel dan kerajinan, juga merupakan kelompok industri yang sebagian besar berskala kecil dan menengah dan bersifat informal. Sektor-sektor penyerap tenaga kerja besar tersebut harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah untuk terus dikembangkan khususnya dalam rangka mengatasi masalah pengangguran. Terkait dengan pemikiran tersebut, maka dalam penelitian ini mencoba menganalisis bagaimana peranan sektor-sektor berbasis kehutanan terhadap penyerapan tenaga kerja dalam rangka mengatasi masalah pengangguran di Indonesia apabila terjadi pertumbuhan atau peningkatan output pada sektor- sektor berbasis kehutanan.

6.2. Dampak Peningkatan Output Sektor Berbasis Kehutanan Terhadap