Sektor Industri Kayu Lapis

di sektor itu sendiri maupun di sektor usaha lainnya. Pada Tabel 15 terlihat bahwa lapangan kerja baru yang akan tercipta apabila terjadi peningkatan output di sektor industri kayu gergajian sebesar Rp 1 Miliar adalah sejumlah 24 orang di sektor itu sendiri atau 43 orang di seluruh sektor perekonomian. Adanya peningkatan output tersebut juga berdampak terhadap penciptaan lapangan kerja baru di sektor lainnya terutama sektor kehutanan sebagai sektor hulunya, sektor tanaman bahan makanan yang banyak menggunakan kayu gergajian untuk kegiatan produksinya serta sektor perdagangan dan angkutan yang berperan dalam pemasaran dan transportasi produk kayu gergajian. Berdasarkan informasi tersebut, jelas bahwa sektor industri kayu gergajian memiliki potensi dan peran besar dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional ke depan, khsusunya terhadap peningkatan pendapatan masyarakat berpendapatan rendah di perdesaan dan penciptaan lapangan kerja baru. Tabel 15. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Kayu Gergajian Sebesar Rp 1 Miliar Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja No Sektor Penciptaan Lapangan Kerja orang 1 Sektor Industri Kayu Gergajian 24 2 Sektor Kehutanan 6 3 Sektor Tanaman Bahan Makanan 5 4 Sektor Perdagangan 3 5 Sektor Angkutan 1 6 Total Perekonomian 43 Sumber : Tabel Input – Output Indonesia Tahun 2008 diolah

6.2.3. Sektor Industri Kayu Lapis

Kayu lapis merupakan produk industri kehutanan yang menghasilkan devisa non-migas bagi negara yang utama sampai saat ini. Kenyataan yang ada sejak tahun 1980-an menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah dibidang industri kehutanan sangat mendorong berkembangnya industri kayu lapis, sehingga industri ini berkembang pesat dibandingkan industri kehutanan lainnya. Meskipun pada beberapa tahun terakhir, industri kayu lapis mengalami fase dekonstruktif dengan terus menurunnya ekspor yang diakibatkan kurangnya pasokan bahan baku kayu dan munculnya pemain baru kayu lapis dunia. Berkembangnya industri kayu lapis tidak hanya membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat, tetapi juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang berkerja di sektor tersebut. Hasil analisis dengan menggunakan tabel I-O Miyazawa Tahun 2008 menunjukan bahwa peningkatan output di sektor industri kayu lapis sebesar Rp 1 Miliar mampu meningkatkan pendapatan masyarakat terutama rumahtangga pendapatan rendah di wilayah perdesaan dan rumahtangga pendapatan sedang di wilayah perkotaan seperti yang terlihat pada Tabel 16. Tabel 16. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Kayu Lapis Sebesar Rp 1 Miliar Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga No. Golongan Pendapatan Rumahtangga Peningkatan Pendapatan Rp Miliar 1 Pendapatan Rendah – Wilayah Perkotaan 1.29 2 Pendapatan Sedang – Wilayah Perkotaan 1.45 3 Pendapatan Tinggi – Wilayah Perkotaan 0.68 4 Pendapatan Rendah – Wilayah Perdesaan 1.46 5 Pendapatan Sedang – Wilayah Perdesaan 0.78 6 Pendapatan Tinggi – Wilayah Perdesaan 0.19 Sumber : Tabel Input – Output Miyazawa 2008 diolah Industri kayu lapis merupakan industri berskala besar yang terintegrasi antara hulu-hilir dimana perusahaan-perusahaan kayu lapis mengoperasikan usahanya berada di sekitar kawasan hutan perdesaan dan sebagian besar pabrik pengolahannya berada di wilayah perkotaan. Keberadaan lokasi industri inilah banyak memperkerjakan tenaga kerja di perdesaan sebagai buruh dengan pendapatan rendah dan tenaga kerja di perkotaan dengan pendapatan sedang. Menurut data Statistik Struktur Upah tahun 2007 BPS, 2007, upah pekerja pada industri kayu olahan seperti industri kayu lapis dan sejenisnya di wilayah perkotaan rata-rata sekitar Rp 1.09 juta per bulan yang merupakan kelompok pendapatan sedang. Pemain utama industri kayu lapis Indonesia antara lain PT. Kayu Lapis Indonesia KLI yang berlokasi di Jawa Tengah dengan kapasitas terpasang sebesar 504 000 m 3 dan PT. Henrison Iriana yang beroperasi di Papua dengan kapasitas terpasang 264 000 m 3 . Kedua perusahaan ini menguasai hampir 10 persen kapasitas produksi kayu lapis Indonesia Greenpeace Southeast Asia Jakarta, 2006. Keberadaan industri kayu lapis juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis, jika terjadi peningkatan output sebesar Rp 1 Miliar di sektor industri kayu lapis mampu menciptakan lapangan kerja baru di sektor itu sendiri sejumlah 11 orang atau sejumlah 30 lapangan pekerjaan baru tercipta di seluruh perekonomian seperti yang tersaji pada Tabel 17. Terjadinya peningkatan output di sektor industri kayu lapis juga berdampak terhadap penciptaan lapangan kerja baru di sektor perekonomian lainnya, terutama di sektor kehutanan, tanaman bahan makanan, perdagangan dan angkutan. Sektor kehutanan adalah pemasok bahan baku industri kayu lapis, sehingga peningkatan output industri kayu lapis mendorong permintaan bahan baku kayu yang berarti membutuhkan tenaga kerja baru di sektor kehutanan. Hal yang sama juga terjadi untuk sektor tanaman bahan makanan yang menggunakan kayu lapis untuk aktivitas produksinya, sektor perdagangan dan angkutan untuk kegiatan pemasaran dan transportasi produk atau bahan baku kayu lapis. Tabel 17. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Kayu Lapis Sebesar Rp 1 Miliar Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja No Sektor Penciptaan Lapangan Kerja orang 1 Sektor Industri Kayu Lapis 11 2 Sektor Kehutanan 4 3 Sektor Tanaman Bahan Makanan 4 4 Sektor Perdagangan 3 5 Sektor Angkutan 2 6 Total Perekonomian 30 Sumber : Tabel Input – Output Indonesia Tahun 2008 diolah

6.2.4. Sektor Industri Pulp