perlu dilakukan adalah menyusun tabel baru atau melakukan up-dating terhadap tabel I-O yang sudah ada sebelumnya.
Menurut BPS 2000, berdasarkan jenis data yang tersedia maka metode penyusunan tabel I-O dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu metode survey,
metode semi survey dan metode non-survey. Metode survey digunakan apabila seluruh data yang diperlukan dikumpulkan secara langsung melalui survey atau
penelitian lapangan. Metode semi survey digunakan apabila sebagian data yang diperlukan dikumpulkan secara langsung melalui survey terutama data pendukung
pembentukan matriks kuadran I. Sementara metode non-survey digunakan apabila seluruh data yang diperlukan diperoleh dari suatu tabel I-O lain yang sudah ada.
4.3.2. Penentuan Jenis Tabel Transaksi
Jenis tabel transaksi yang digunakan dalam penyusunan tabel Input – Output Miyazawa Tahun 2008 adalah tabel transaksi total atas dasar harga
produsen. Nilai transaksi pada tabel ini mencakup nilai dari semua transaksi barangjasa baik impor maupun domestik dengan menggunakan harga produsen.
Oleh karena itu, margin perdagangan dan biaya pengangkutan diperlakukan sebagai input antara yang berasal dari sektor perdagangan dan biaya
pengangkutan. Tabel transaksi total atas dasar harga produsen ini berperan penting dalam
melakukan analisis dengan model yang diturunkan dari tabel I-O karena transaksi pada tabel ini benar-benar mencerminkan kegiatan ekonomi di suatu wilayah,
dalam hal ini perekonomian Indonesia, yang dinilai dengan harga dari sisi produsen.
4.3.3. Penyusunan Matriks Inter-Relational Income Multipliers
Penyusunan tabel I-O Miyazawa Tahun 2008 memerlukan data–data pendukung untuk menyusun matriks inter-relational income multipliers dalam
matriks transaksi input antara. Pada penelitian ini, matriks inter-relational income multipliers pada sisi baris dan kolom terdiri dari baris 31 hingga baris 36. Pada
sisi baris menjelaskan pendapatan rumahtangga pada berbagai golongan pendapatan di perkotaan maupun perdesaan. Sementara itu, sisi kolom
menjelaskan konsumsi rumahtangga pada berbagai golongan pendapatan di perkotaan maupun perdesaan.
Data yang digunakan untuk menyusun matriks inter-relational income multipliers yaitu data Susenas Tahun 2008, data Sakernas Tahun 2008 dan data
statistik lainnya yang diperoleh dari Bagian Konsolidasi Neraca Sosial Ekonomi, Badan Pusat Statistik.
1. Penyusunan Matrik Baris
Menurut Sonis dan Hewings 2000, matriks inter-relational income multipliers sisi baris diperoleh dari pendapatan rumahtangga sebagai balas jasa
atas faktor produksi yang dimilikinya. Pada penelitian ini, klasifikasi penggolongan pendapatan rumahtangga rendah, sedang dan tinggi baik
di perkotaan maupun perdesaan, didasarkan pada data Upah Minimum Provinsi UMP seluruh Indonesia tahun 2008 yang bersumber dari Asosiasi Pengusahan
Indonesia Apindo, 2009 dan komposisi struktur pendapatan rumahtangga dalam Sistem Neraca Sosial Ekonomi SNSE Indonesia Tahun 2005 BPS, 2008c.
Data UMP yang dimaksud adalah rata-rata UMP seluruh Indonesia. Data UMP ini digunakan untuk melakukan klasifikasi rumahtangga pendapatan rendah.
Pada penelitian ini diasumsikan rumahtangga pendapatan rendah baik di perkotaan maupun di perdesaan adalah rumahtangga yang memiliki pendapatan
di bawah UMP. Berdasarkan publikasi Apindo 2009, rata-rata UMP seluruh Indonesia tahun 2008 sebesar Rp 739 263 per bulan.
Sementara itu, data SNSE Indonesia Tahun 2005 digunakan untuk melakukan klasifikasi rumahtangga pendapatan tinggi. Hasil perhitungan
diperoleh bahwa rumahtangga pendapatan tinggi adalah rumahtangga yang memiliki pendapatan rata-rata di atas Rp 1 801 021 per bulan.
Adapun rumahtangga pendapatan sedang adalah rumahtangga yang memiliki pendapatan lebih besar dari rumahtangga pendapatan rendah di atas
UMP dan lebih kecil dari rumahtangga pendapatan tinggi seperti yang terlihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Klasifikasi Rumahtangga Berdasarkan Golongan Pendapatan Golongan Rumahtangga
Pendapatan Rata-Rata Rp bulan Pendapatan Rendah
739 263 Pendapatan Sedang
739 263 pendapatan 1 801 021 Pendapatan Tinggi
1 801 021 Sumber : 1. Badan Pusat Statistik, 2008c diolah
2. Asosiasi Pengusaha Indonesia, 2009 diolah Menurut Sonis dan Hewings 2000, pengisian sel pendapatan
rumahtangga pada sisi baris matriks V dilakukan dengan mengalikan proporsi pendapatan rumahtangga dari setiap sektor dengan total pendapatan rumahtangga
menurut golongan pendapatan. Adapun proses perhitungan pendapatan rumahtangga dari setiap sektor menurut golongan pendapatan adalah sebagai
berikut :
ΣS
j
P = ΣC
i
- ΣW
j
R =
ΣS
j
P ΣS
j
ΣS
j
P = RS
j
I
j
= W
j
+ S
j
P ΣS
j
S = S
j
- S
j
P θ
j
= I
j
ΣI
j
V
jl,m,hU,R
= θ
j
ΣI
l,m,hU,R
dimana : C
i
= konsumsi rumahtangga W
j
= upahgaji S
j
= surplus usaha ΣS
j
P = surplus usaha parsial
ΣS
j
S = surplus usaha sisa
R = rasio surplus usaha parsial dengan surplus usaha
ΣI
j
= total pendapatan rumahtangga θ
j
= proporsi pendapatan rumahtangga V
jl,m,h
= pendapatan rumahtangga pada berbagai golongan pendapatan l,m,h
= rumahtangga pendapatan rendah, sedang, tinggi U,R
= rumahtangga perkotaan dan perdesaan i,j
= sektor ke-i dan j 2.
Penyusunan Matrik Kolom Sonis dan Hewings 2000, pengisian sel pada kolom tabel I-O Miyazawa
tahun 2008 matriks C dilakukan dengan mengalikan proporsi konsumsi rumahtangga setiap sektor dengan total konsumsi rumahtangga menurut golongan
pendapatan. Pada penelitian ini, klasifikasi konsumsi rumahtangga menurut golongan pendapatan didasarkan pada komposisi pengeluaran konsumsi
rumahtangga dalam Sistem Neraca Sosial Ekonomi SNSE Indonesia Tahun 2005 BPS, 2008c.
Hasil perhitungan diperoleh informasi bahwa untuk wilayah perdesaan, konsumsi rata-rata rumahtangga pendapatan rendah sebesar Rp 517 969 per bulan
dan rumahtangga pendapatan tinggi sebesar Rp 1 104 674 per bulan. Sedangkan konsumsi rumahtangga pendapatan sedang adalah rumahtangga yang tingkat
konsumsinya lebih besar dari konsumsi rumahtangga pendapatan rendah dan lebih kecil dari konsumsi rumahtangga pendapatan tinggi.
Sementara itu untuk wilayah perkotaan, konsumsi rata-rata rumahtangga pendapatan rendah sebesar Rp 818 686 per bulan dan rumahtangga pendapatan
tinggi sebesar Rp 1 558 333 per bulan. Sedangkan konsumsi rumahtangga pendapatan sedang adalah rumahtangga yang tingkat konsumsinya lebih besar dari
konsumsi rumahtangga pendapatan rendah dan lebih kecil dari konsumsi rumahtangga pendapatan tinggi.
Klasifikasi konsumsi atau pengeluaran rumahtangga pada berbagai golongan pendapatan rumahtangga pendapatan rendah, sedang dan tinggi baik
di wilayah perkotaan maupun wilayah perdesaan secara lengkap disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Klasifikasi Konsumsi Rumahtangga Berdasarkan Golongan Pendapatan Golongan Rumahtangga
Konsumi Rata-Rata Rp bulan
Desa
Pendapatan Rendah 517 969
Pendapatan Sedang 517 969 konsumsi 1 104 674
Pendapatan Tinggi 1 104 674
Kota
Pendapatan Rendah 818 686
Pendapatan Sedang 818 686 konsumsi 1 558 333
Pendapatan Tinggi 1 558 333
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008c diolah
Proses perhitungan besarnya konsumsi rumahtangga tiap sektor menurut golongan pendapatan adalah sebagai berikut :
ή
i
= C
i
ΣC
i
C
i U,R l,m,h
=
ή
i
ΣC
U,R l,m,h
dimana :
ή
i
= proporsi konsumsi rumahtangga C
i
= konsumsi rumahtangga ΣC
= total konsumsi pada berbagai golongan pendapatan i
= sektor ke-i l,m,h
= rumahtangga pendapatan rendah, sedang, tinggi U,R
= rumahtangga perkotaan dan perdesaan
4.3.4. Rekonsiliasi Data