Perumusan Masalah Berbasis Kehutanan

disebutkan bahwa salah satu upaya untuk lebih meningkatkan peranan sektor tersebut dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan nilai tambah atau output melalui pengelolaan kawasan hutan yang didukung oleh regulasi yang mendorong pengembangan usaha kehutanan dari hulu hingga hilir Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2009. Berdasarkan uraian di atas, untuk mengetahui pertumbuhan output sektor berbasis kehutanan dalam pembangunan ekonomi nasional, maka dilakukan penelitian yang menganalisis pertumbuhan sektor berbasis kehutanan dan dampaknya terhadap distribusi pendapatan dan tenaga kerja di Indonesia dengan menggunakan pendekatan input – output Miyazawa. Sonis dan Hewings 2000, menyatakan bahwa model input-output Miyazawa mampu memotret pembangunan sektoral suatu negara dengan melihat keterkaitan dan kontribusi suatu sektor terhadap perekonomian serta dampak peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap output, penyerapan tenaga kerja dan distribusi pendapatan.

1.2. Perumusan Masalah

Sektor berbasis sumberdaya alam seperti sektor berbasis kehutanan masih menjadi andalan dalam pembangunan ekonomi Indonesia ke depan. Selama ini peran sektor berbasis kehutanan telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menghasilkan devisa, sumber pendapatan masyarakat melalui penyerapan tenaga kerja dan menciptakan pertumbuhan ekonomi. Eksploitasi berlebih terhadap sumberdaya hutan yang berlangsung hampir lebih dari tiga dekade selama ini, berdampak pada degradasi kualitas dan kuantitas sumberdaya hutan. Kondisi tersebut berimplikasi terhadap menurunnya produksi hasil hutan terutama kayu yang merupakan output utama sektor kehutanan. Menurunnya produksi kayu secara langsung tidak hanya berdampak terhadap penurunan output sektor kehutanan tetapi juga berdampak terhadap menurunnya output sektor berbasis kehutanan lainnya seperti industri kayu olahan yang menggunakan kayu sebagai input produksinya. Menurut Departemen Kehutanan 2007b, kebutuhan terhadap kayu bulat untuk memenuhi pasokan bahan baku industri kayu olahan dalam negeri saat ini mencapai 50 - 60 juta m 3 per tahun, sementara pasokan kayu bulat hanya sekitar 25 - 30 m 3 yang artinya terjadi kesenjangan permintaan dan pasokan sekitar 25 - 30 m 3 per tahun. Menurunnya produksi tersebut berimplikasi terhadap menurunnya kontribusi sektor-sektor berbasis kehutanan terhadap PDB nasional selama beberapa tahun terakhir. Pada Tabel 2 terlihat bahwa PDB sektor berbasis kehutanan relatif konstan sejak tahun 2000 hingga tahun 2008 yaitu dari Rp 36.62 trilyun pada tahun 2000 menjadi sebesar Rp 36.16 trilyun pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 hanya sebesar Rp 36.78 trilyun. Berbeda dengan nilai PDB, kontribusi relatif sektor berbasis kehutanan terhadap PDB nasional terus mengalami penurunan setiap tahunnya yaitu rata-rata penurunan sebesar 0.11 persen. Penurunan kontribusi ini diperkirakan akan terus berlanjut apabila tidak ada upaya perbaikan dalam meningkatkan output sektor tersebut. Menurunnya output pada sektor berbasis kehutanan juga berimplikasi secara langsung terhadap penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat terutama yang bekerja di sektor tersebut. Oleh karena itu, analisis terhadap pertumbuhan dan faktor-faktor yang menjadi sumber pertumbuhan output sektor berbasis kehutanan menjadi sangat penting sebagai informasi untuk merumuskan strategi peningkatan output sektor berbasis kehutanan ke depan. Selain itu, dapat diketahui sejauh mana dampak pertumbuhan output sektor berbasis kehutanan terhadap perekonomian makro khususnya dari sisi penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat serta keterkaitannya dengan sektor lainnya. Berdasarkan Triple Track Strategy pembangunan ekonomi nasional, agenda pertumbuhan ekonomi pro-growth di sektor berbasis kehutanan ke depan diarahkan pada peningkatan output seperti pengembangan pasar ekspor dan investasi baru. Sementara itu, agenda penyediaan lapangan kerja pro-job dimaksudkan untuk menggerakkan industri kayu olahan dalam rangka menyerap tenaga kerja. Adapun agenda pengentasan kemiskinan pro-poor diarahkan pada peningkatan pendapatan masyarakat melalui pemberian akses atas usaha pemanfaatan hutan produksi dan kegiatan industri perkayuan Departemen Kehutanan, 2008a. Oleh karena itu, upaya pembangunan sektor berbasis kehutanan ke depan diarahkan untuk mendorong faktor-faktor yang menjadi sumber pertumbuhan output sektor berbasis kehutanan sehingga dalam jangka pendek mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong pertumbuhan sektor lainya, kemudian dalam jangka panjang mampu mengurangi tingkat kemiskinan melalui peningkatan pendapatan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, ada tiga pokok permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini yaitu : 1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi sumber pertumbuhan sektor berbasis kehutanan di Indonesia ? 2. Bagaimanakah dampak pertumbuhan sektor berbasis kehutanan terhadap distribusi pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia ? 3. Seberapa jauh keterkaitan sektor berbasis kehutanan dengan sektor perekonomian lainnya ?

1.3. Tujuan dan Manfaat