5.2.3. Pertumbuhan Struktural Sektor Industri Kayu Lapis
Hasil analisis menunjukan bahwa sumber pertumbuhan utama gross output industri kayu lapis selama periode 2005-2008 sebagian besar disebabkan oleh
faktor domestic demand. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perkembangan industri kayu lapis Indonesia akhir-akhir ini terus mengalami penurunan karena
daya saing di pasar ekspor yang terus menurun. Akibatnya produksi banyak di jual di pasar domestik.
0.0 10.0
20.0 30.0
40.0 50.0
60.0 DD
EE
IS IO
Gambar 15. Radar Chart Sumber - Sumber Pertumbuhan Sektor Industri Kayu Lapis Tahun 2005 – 2008
Exsport exspansion hanya berkontribusi kecil 7.4 persen terhadap pertumbuhan gross output sektor industri kayu lapis selama periode 2005-2008.
Kayu lapis merupakan salah satu komoditas andalan ekspor industri kehutanan selama ini, namun rendahnya daya saing dalam beberapa tahun terakhir
menyebabkan ekspor kayu lapis terus menurun. Menurut kajian Institut Pertanian Bogor 2007, menurunnya daya saing kayu lapis Indonesia disebabkan oleh
langkanya pasokan bahan baku berkualitas tinggi dan hadirnya negara – negara
produsen kayu lapis dunia seperti Malaysia. Tidak adanya kepastian pasokan bahan baku selama ini menjadi hambatan pemenuhan permintaan pasar ekspor
kayu lapis, akibatnya berdampak terhadap beralihnya konsumen luar negeri ke negara-negara lain.
Dibubarkannya Badan Pemasaran Bersama Joint Market Bodies- APKINDO dalam butir kesepakatan atau Letter of Intent LoI antara pemerintah
Indonesia dengan Badan Moneter Internasional IMF saat krisis ekonomi pada tahun 1998, turut menjadi pemicu turunnya daya saing produk kayu lapis
Indonesia. Dibubarkannya Badan Pemasaran Bersama tersebut, posisi tawar kayu lapis Indonesia menjadi lemah dan tidak adanya pengendalian produksi dan harga.
Sementara itu, faktor import substitution dan technological change menjadi faktor penting dalam pertumbuhan gross output industri kayu lapis
nasional. Kurangnya pasokan bahan baku untuk memproduksi kayu lapis, maka pemenuhan kebutuhan kayu lapis dalam negeri harus dipenuhi melalui impor dari
negara lain seperti China, Malaysia dan Jepang. Faktor teknologi turut mendorong terjadinya produktifitas, sehingga mendorong pertumbuhan output kayu lapis.
Departemen Kehutanan 2007b menyebutkan bahwa perusahaan yang bergerak di sektor industri kayu lapis umumnya adalah perusahaan berskala besar yang
sudah menggunakan teknologi modern, meskipun banyak industri yang masih menggunakan mesin-mesin yang sudah tua.
5.2.4. Pertumbuhan Struktural Sektor Industri Pulp