KONDISI SISTEM EKOLOGI SOSIAL GUGUS PULAU SAPEKEN

dampak tergantung pada interaksi pemicu perubahan permintaan lahan dan respon lingkungan resilience. Masyarakat di wilayah gugus Pulau Sapeken pada dasarnya telah memiliki kesadaran akan kondisi lahan yang ada disekitarnya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya permintaan lahan yang berbeda di tiap pulau kecil. Pulau Saor, Pulau Sepanjang dan Pulau Paliat merupakan wilayah yang permintaan lahannya didominasi oleh kegiatan bercocok tanam tanaman pangan, sedangkan di Pulau Pagerungan Besar, Pulau Pagerungan Kecil dan Pulau Sapangkur, pemanfaatan lahan yang ada digunakan untuk tanaman perkebunan seperti kelapa dan lainnya Tabel 19. Keterbatasan lahan di wilayah gugus Pulau Sapeken berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan hidup, terutama kebutuhan pangan. Kebutuhan panganmasyarakat di wilayah gugus Pulau Sapeken banyak dipenuhi oleh wilayah yang ada di sekitarnya seperti Sumenep daratan, Banyuwangi, Probolinggo dan Bali. Ketergantungan akan bahan pangan terhadap wilayah sekitarnya menjadi salah satu ciri kondisi socio-ekonomi di wilayah gugus Pulau Sapeken. Dimana pada saat tertentu masyarakat di wilayah gugus Pulau Sapeken lebih banyak melakukan aktifitas yang tidak terkait dengan laut. 3.3.5 Status Ketersediaan Budget Jasa Ekosistem Status ketersediaan jasa ekosistem dinilai dengan membandingkan antara suplai ekosistem dan permintaan jasa ekosistem. Hasil penilaian menggambarkan dinamika keseimbangan jasa ekosistem di wilayah gugus Pulau Sapeken. Adapun status ketersediaan budget jasa ekosistem yang dihasilkan di tiap pulau – pulau kecil pada wilayah gugus Pulau Sapeken. Tabel 27 Status ketersediaan jasa ekosistem di Pulau Pagerungan Besar Natural Capital Asset Jasa Ekosistem Pulau - Pulau Kecil a b c d e f g h 1 Terumbu Karang 2 2 2 2 2 2 Mangrove 1 2 2 2 3 Tegalam -1 4 Pemukiman -1 -1 5 Tanah Terbuka 6 Vegetasi 1 -1 1 7 Laut 2 2 1 1 1 Keterangan

a. Estetik e. Keberlanjutan Hidup

b. Biodiversitas f. Pembelajaran

c. Budaya g. Rekreasi

d. Ekonomi h. Spiritual