Perhitungan produk rencana perjalanan wisata TEF
Berdasarkan pemahaman
tersebut keberlanjutan
pengembangan ekowisata di gugus Pulau Sapeken masuk dalam kategori rendah ESI 1,
mengindikasikan bahwa kegiatan pemanfaatan ekowisata di gugus Pulau Sapeken bersifat consumer-oriented economy, dengan hanya mengandalkan
kontribusi renewable source dan indegenous renewable source.
Sebuah sistem lingkungan menggunakan source untuk mendukung proses alami, sosial dan ekonomi dan sink untuk menghasilkan produk yang dihasilkan
melalui sejumlah proses. Jika proses sepenuhnya tergantung pada terbarukan sumber daya tanpa input dari luar sistem maka proses tidak akan berkelanjutan
Dang and Liu 2012. Terkait dengan pengembangan ekowisata di gugus Pulau Sapeken jika hanya mengandalkan kontribusi renewable source dan indigenous
renewable source tanpa ada tambahan input, input lokal yang ada tidak akan dapat menghasilkan produk yang dibutuhkan bagi pengembangan ekowisata
sekaligus berpotensi menyebabkan degradasi lingkungan. Degradasi lingkungan akan mempengaruhi terhadap kemampuan lingkungan untuk menyediakan
ecosystem service. Lebih lanjut keberlanjutan pengembangan ekowisata dipengaruhi oleh kebijakan pemanfaatan sumberdaya dan pemahaman terhadap
aliran sumberdaya Lei et al. 2008. Pemanfaatan sumberdaya secara bijak akan mempertahankan fungsi ekosistem dalam menyediakan ecosystem service
sebagai komoditas utama ekowisata. 6.3.3 Skenario pengembangan wisata di gugus Pulau Sapeken
Pengembangan kegiatan wisata pada pulau kecil dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus perlindungan terhadap
segenap proses ekologi yang ada. Namun, terdapat kekhawatiran bahwasanya setiap pemanfaatan memiliki konsekuensi spasial,secara temporal berdampak
negatif terhadap kesejahteraan manusia dan integritas ekosistem Brown dan Ulgiati, 2004. Pemahaman terhadap kawasan pulau kecil sebagai sebuah sistem
akan membantu pengambilan keputusan dalam pengendalian pemanfaatan dan kualitas lingkungan. Berangkat dari pemahaman tersebut dalam skenario
pengembangan wisata di gugus Pulau Sapeken, akuisi terhadap aliran sumberdaya atau materi ke dalam sistem diperlukan untuk mendesain skema
pembangunan berkelanjutan. Pulau kecil memiliki sejumlah keterbatasan. Seperti pulau kecil lainnya,
pulau-pulau kecil yang ada di gugus Pulau Sapeken memiliki keterbatasan berupa ukuran yang kecil smallness, rentan terhadap perubahan dan
keterbatasan sumberdaya sumberdaya lokal terbarukan. Keterbataan tersebut menjadikan upaya pemanfaatan wisata di gugus Pulau Sapeken harus
memperhatikan keterbatasan yang dimiliki. Terkait dengan keterbatasan tersebut dibutuhkan emergy yang digunakan untuk mendukung pengembangan wisata
pada gugus Pulau Sapeken. Emergy yang digunakan tersebut diasumsikan diberikan dalam bentuk fasilitas wisata dan listrik. Lebih lanjut, terkait dengan
kerentanan, pengawasan terhadap jumlah buangan limbah yang dihasilkan dari kegiatan wisata diperlukan untuk tetap menjaga keberlangsungan jasa ekosistem
di gugus Pulau Sapeken. Hasil penilaian terhadap keberlanjutan pemanfaatan gugus Pulau Sapeken
melalui indeks emergy Tabel 2, dapat diketahui indeks keberlanjutan ESI dipengaruhi oleh indeks ELR environmental loading ratio dan indeks EYR
environmental yield ratio. Lebih lanjut skenario pengembangan wisata secara berkelanjutan di gugus Pulau Sapeken dilakukan untuk meningkatkan nilai
keberlanjutan ESI 1. Mengacu pada tingkatan keberlanjutan Brown and Ulgiati 2001 skenario yang dilakukan sebagai berikut :
a. Skenario pertama ESI = 3 Skenario pertama dalam pengembangan wisata di gugus Pulau Sapeken
didasarkan atas upaya peningkatan keberlanjutan ESI = 3.Upaya peningkatan keberlanjutan yang dipresentasikan melalui peningkatan nilai ESI di lakukan
dengan menambahkan nilai input yang berasal dari luar sistem F. Berikut aliran emergy di gugus Pulau Sapeken pada skenario pertama.
Tabel 72 Aliran emergy di gugus Pulau Sapeken untuk skenario pertama ESI = 3
No Pulau
Sumber R
I N
F 1
Pagerungan Besar 2.35 x 10
23
1.12 x 10
21
2.20 x 10
25
9.42 x 10
22