Optimasi pemanfaatan gugus Pulau Sapeken bagi peruntukan wisata

c. Penilaian status keseimbangan jasa ekosistem

Penilaian status keseimbangan jasa ekosistem, diperoleh dengan menggabungkan matrik suplai ekosistem supply dengan matrik permintaan demand jasa ekosistem. Setiap bidang dalam matriks penilaian status keseimbangan jasa ekosistem dihitung berdasarkan bidang yang sesuai pada suplai ekosistem supply dan matriks permintaan demand. Skala berkisar dari - 3 sampai 3. Tanda - menunjukkan permintaan demand melebihi pasokan supply; 0 = keseimbangan netral, dan untuk tanda + menunjukkan pasokan supply melebihi permintaan demand. Matrik yang digunakan dalam penilaian status keseimbangan ketersediaanjasa ekosistem gugus Pulau Sapeken sebagai berikut : Natural Capital Asset Jasa Ekosistem Pulau - Pulau Kecil a b c d e f g h 1 Terumbu Karang 2 Mangrove 3 Tegalan 4 Pemukiman 5 Tanah Terbuka 6 Vegetasi 7 Laut Keterangan

a. Estetik e. Keberlanjutan Hidup

b. Biodiversitas f. Pembelajaran

c. Budaya g. Rekreasi

d. Ekonomi h. Spiritual

3.3 Hasil dan Pembahasan 3.3.1 Profil umum gugus Pulau Sapeken Gugus Pulau Sapeken sebagai kumpulan dari sejumlah pulau – pulau kecil, memiliki sejumlah ekosistem laut yang berpotensi untuk dikembangkan. Keberadaan ekosistem terumbu karang, lamun, mangrove dan potensi perairan yang ada, memungkinkan untuk dikembangkan sejumlah kegiatan pemanfaatan Terkait dengan upaya tersebut, pemahaman terhadap kondisi ekologi, ekonomi dan sosial kawasan gugus Pulau Sapeken diperlukan sebagai dasar penilaian awal terhadap potensi wilayah gugus Pulau Sapeken. o Kondisi Ekologi Kondisi ekologi wilayah gugus Pulau Sapeken merupakan hasil penilaian terhadap karakteristik alam dan lingkungan yang dapat memberikan manfaat terhadap kehidupan biota dan kegiatan yang ada. Penilaian terhadap mondisi ekologi tersebut meliputi kondisi iklim, parameter kualitas perairan laut, ekosistem laut pantai, terumbu karang, mangrove dan ikan karang sebagai suatu sistem ekologi yang saling terkait dan mempengaruhi kegiatan ekowisata di gugus Pulau Sapeken. o Iklim Gugus Pulau Sapeken memiliki iklim laut tropis dengan sifat iklim musiman. Kondisi ini ditunjukkan dengan adanya peralihan musim, dimana musim hujan terjadi antara Oktober sampai Maret dan musim kemarau terjadi antara bulan Juni sampai September. Curah hujan yang terjadi di wilayah gugus Pulau Sapeken tidak merata dan fluktuatif tiap bulannya. Berdasarkan data yang diperoleh, rata –rata curah hujan berkisar antara 1.479 mmtahun BMG 2010. o Kualitas Perairan Kualitas perairan wilayah gugus Pulau Sapeken ditunjukkan oleh penilaian sejumlah parameter, yaitu parameter fisik dan kimia perairan laut. Pengamatan terhadap kondisi perairan dilakukan pada dua titik tahun yang berbeda, yaitu pada bulan Agustus 2006, mewakili musim kemarau dan pada bulan Maret 2011, mewakili musim hujan. Kualitas perairan pada musim kemarau mengacu pada hasil pengamatan yang dilakukan Fisheries Diving Club FDC IPB dalam Ekspedisi Zooxanthellae VIII. Untuk pengamatan pada musim hujan dilakukan pada saat penelitian berlangsung. Hasil pengamatan terhadap kondisi kualitas perairan di wilayah gugus Pulau Sapeken ditampilkan pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil pengamatan kualitas perairan pada tahun 2006 dan 2011 No Parameter Kualitas Perairan Hasil Pengamatan Agustus 2006 Maret 2011 Rerata Min Mak Rerata Min Mak 1 Suhu C 26.50 26.00 28.33 25.50 24.50 26.50 2 Salinitas 00 33.60 32.67 35.00 32.30 30.45 34.00 3 Kecepatan arus m det 0.08 0.05 0.14 0.13 0.09 0.20 4 pH 7.40 7.00 8.00 8.00 7.50 8.50 5 Kecerahan m 4.59 1.55 8.30 4.00 1.00 7.50 6 DO ppm 5.31 4.55 5.59 5.93 5.12 6.73 7 TSS 0.81 0.00 7.65 0.86 0.04 7.95  Suhu Distribusi ekosistem dan spesies sangat dipengaruhi oleh suhu. Tiap ekosistem dan spesies memiliki kisaran suhu optimal bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Salah satu ekosistem yang ada di wilayah gugus Pulau Sapeken adalah terumbu karang. Suhu optimal untuk pertumbuhan terumbu karang mempunyai nilai berkisar antara 26 C – 30 C Nybakken, 1988. Kehidupan hewan karang ditentukan oleh kondisi suhu perairan sekitarnya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai di setiap stasiun pengamatan berkisar antara 26 C – 29 C. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwasanya perairan gugus Pulau Sapeken cukup baik untuk pertumbuhan terumbu karang dan biota yang hidup disekitarnya.  Kedalaman perairan Gugus Pulau Sapeken pada umumnya merupakan pulau kecil yang dikelilingi terumbu karang. Kedalaman wilayah gugus Pulau Sapeken berdasarkan hasil pengamatan dan survey cepat yang dilakukan Bakosurtanal tahun 2005 di tiap pulau kecil yang dijadikan subyek penelitian berkisar antara 10 – 20 meter. Pada kedalaman 2 – 10 meter mulai banyak ditemukan terumbu karang. Hal tersebut mengindikasikan bahwasanya wilayah gugus Pulau Sapeken dilihat dari parameter kedalaman, baik untuk pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang sebagai salah satu ekosistem penting di kawasan pulau kecil.  Kecepatan arus Kecepatan arus di wilayah gugus Pulau Sapeken berbeda pada tiap musimnya. Pada tiap musim kecepatan arus tergantung pada kecepatan angin saat musim berlangsung. Kecepatan angin pada saat musim hujan lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan angin pada saat musim kemarau. Kecepatan angin yang lebih tinggi pada waktu musim hujan tentunya akan membangkitkan kecepatan arus yang lebih tinggi pula. Kecepatan arus di wilayah gugus Pulau Sapeken baik pada musim hujan dan kemarau berkisar antara 0.08 – 0.20 m detik Tabel 6. Kondisi tersebut sangat memungkinkan untuk dikembangkan sejumlah wisata semisal wisata selam, snorkeling dan pancing Yulianda et al. 2010.  Kecerahan Kecerahan perairan hasil pengamatan pada dua titik musim berbeda menunjukkan, pada musim hujan kecerahan perairan rata – rata pada kedalaman 4 meter, yang mengindikasikan pada kedalaman tersebut cahaya matahari masih dapat dimanfaatkan untuk proses fotosintesis. Kondisi tersebut menunjukkan bahwasanya ekosistem penting di wilayah gugus Pulau Sapeken yang ditemukan pada kedalaman 4 meter seperti lamun dan terumbu karang masih dapat tumbuh dengan baik , dengan menggunakan cahaya matahari untuk proses fotosintesis.