Simpulan Optimazation of Small Islands Utilize Base on Carrying Capacity for Tourism (Case Study Sapeken Archipelago, Sumenep).

12 dari biokapasitas yang ada pada suatu kawasan. Sedangkan pengguna populasi dan komunitas yang dapat didukung oleh barang dan jasa yang diberikan bagi kegiatan wisata yang akan dikembangkan gugus Pulau Sapeken diperoleh dengan membagi total biokapasitas dengan total jejak rekam ekologi Tabel 66. Tabel 66 Komparasi nilai total biokapasitas dan nilai total rekam jejak ekologi Pulau Total Biokapasitas -12 Total rekam jejak ekologi Total BC Total EF capitath Total BC ghacapitath Total EF ghacapitath Pagerungan Besar 2.65 x 10 10 1.56 x 10 06 1.69 x 10 04 Pagerungan Kecil 1.94 x 10 10 1.57 x 10 06 1.24 x 10 04 Paliat 7.68 x 10 11 9.11 x 10 05 2.44 x 10 05 Sapangkur Besar 3.95 x 10 08 1.62 x 10 06 2.44 x 10 02 Sapeken 9.55 x 10 07 1.89 x 10 06 5.05 x 10 01 Saor 2.56 x 10 08 5.36 x 10 05 1.08 x 10 03 Sepanjang 4.81 x 10 11 2.22 x 10 06 2.17 x 10 05 Nilai perbandingan total total biokapasitas dengan total ecological footprint pada Tabel 66, merupakan asumsi kemampuan dari tiap pulau kecil yang ada di gugus Pulau Sapeken untuk menampung dan memenuhi kebutuhan wisatawan dalam melakukan aktifitas wisata. Jumlah wisatawan terbesar berdasarkan penilaian terdapat di Pulau Paliat 244 000 orangtahun dan Sepanjang 217 000 orangtahun dan terkecil ada di Pulau Sapeken 50,5 orangtahun. Nilai daya dukung tersebut diasumsikan sebagai batasan jumlah total wisatawan untuk semua jenis wisata yang akan dikembangkan pada kurun waktu tertentu sekaligus dipenuhi segenap kebutuhan dalam melakukan kegiatan wisata. Jumlah pengunjung atau wisatawan yang dapat ditampung sebagai representasi daya dukung pulau kecil bagi kegiatan wisata sangat dipengaruhi oleh kondisi eksisting yang ada, berupa luas wilayah, jumlah penduduk dan kondisi sumberdaya. Dibandingkan dengan pulau kecil lainnya pada gugus Pulau Sapeken, Pulau Paliat dan Pulau Sepanjang memiliki kondisi eksisting yang baik,ditunjukkan dengan status ketersediaan budgets jasa ekosistem meliputi estetika, biodiversity, budaya, ekonomi, keberlanjutan hidup, pembelajaran, rekreasi dan spiritual Tabel 12 dan 18 masih diatas pemanfaatan yang ada. Kondisi tersebut merupakan indikator bahwasanya natural capital asset yang dimiliki Pulau Paliat dan Pulau Sepanjang masih memungkinkan untuk dimanfaatkan. Dikaitkan dengan perencanaan kegiatan wisata, MacLeod and Cooper, 2005 menjelaskan daya dukung didasarkan atas tiga aspek yaitu : 1 daya dukung fisik, mengacu pada batasan ruang, yaitu jumlah kegiatan pada suatu daerah dapat berlangsung melalui ketersediaan infrastruktur sebelum terjadi perubahan kualitas; 2 daya dukung sosial, mengacu pada kepadatan populasi manusia suatu daerah yang dapat berlanjut sebelum terjadi penurunan karena penuruan kenyamanan secara aktual; 3 kapasitas dukung ekonomi mengacu pada sejauh mana suatu daerah dapat menjadi berubah sebelum barang ekonomi dan jasa terpengaruh. Terkait dengan daya dukung fisik, gugus Pulau Sapeken belum dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan wisata yang menunjang bagi pengembangan kegiatan wisata seperti information centre, tour and travel operations, fasilitas keamanan umum dan transportasi akses dari dan menuju kawasan wisata yang memadai. Untuk daya dukung sosial dan ekonomi, gugus Pulau Sapeken masih memungkinkan untuk dikembangkan kegiatan wisata, berdasarkan kemampuan dalam menyediakan ruang dan sumberdaya bagi masyarakat lokal dan wisata secara berkelanjutan Tabel 63 dan 64. Berdasarkan hal tersebut, dalam mengembangkan kegiatan ekowisata di gugus Pulau Sapeken, masih diperlukan upaya peningkatan daya dukung utamanya daya dukung fisik yang diintegrasikan bersama komponen biofisik. Perencanaan kegiatan ekowisata memiliki perbedaan jika dilakukan pada gugus pulau archipelagos dan pulau single island. Pada gugus pulau kecil, pengembangan kegiatan ekowisata harus mampu mengkolaborasikan perbedaan budaya dan kepentingan serta perbedaan tingkat perkembangan wilayah yang ada di setiap pulau kecil Sheehan and Ritchie 2005. Mengacu pada hal tersebut, perencanaan kegiatan ekowisata di gugus Pulau Sapeken didasarkan kemampuan tiap pulau kecil dalam memenuhi sejumlah parameter tertentu sebagai penentu kesesuaian jenis wisata yang akan dikembangkan Tabel 42 - 50 sekaligus daya dukung yang dimiliki Tabel 63 dan 64 sebagai penanda batas ekologi.

5.3.3 Keberlanjutan Kegiatan Ekowisata di Gugus Pulau Sapeken

Ekowisata memiliki pemahaman sebagai sebagai bentuk penjalanan yang bertanggung jawab pada kawasan alami, yang pelaksanaannya bertujuan untuk perlindungan terhadap lingkungan sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal TIES 2006. Berangkat dari dari pemahaman tersebut, Honey 2006 menjelaskan terdapat 3 hal utama dalam pelaksanaan ekowisata yaitu : 1 perlindungan dan peningkatan kualitas lingkungan; 2 menghargai keberadaan budaya lokal sekaligus memberikan manfaat nyata kepada masyarakat sekitar; dan 3 memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi wisatawan. Pada penjelasan diatas dapat dikatakan, ekowisata merupakan social-economic-environmental complex system yang dalam perencanaannya tidak hanya fokus bagaimana mempertahankan kualitas ekosistem tetapi juga harus tetap mempertimbangkan kebutuhan masyarakat lokal dan wisatawan untuk mewujudkan kegiatan wisata yang berlanjutan. Berdasarkan pemahaman ekowisata sebagai social economic environmental complex system, penilaian terhadap keberlanjutan kegiatan ekowisata di gugus Pulau Sapeken didasarkan atas nilai daya dukung pemanfaatan DDP yang mempresentasikan daya dukung ekologi lingkungan sebagai loading capacity dan nilai agregat jejak rekam ekologi EF yang mempresentasikan daya dukung socio-economic sebagai supporting capacity. Nilai daya dukung pemanfaatan DDP dan nilai agregat jejak rekam ekologi EF dikomparasi untuk mendapatkan status keberlanjutan kegiatan ekowisata di gugus Pulau Sapeken. Lebih lanjut Zhao et al. 2005 menjelaskan daya dukung dan jejak rekam ekologi diukur dalam satuan yang sama sehingga dapat dibandingkan secara langsung. Status keberlanjutan didasarkan atas hasil komparasi keduanya, dimana jika nilai jejak rekam ekologi EF lebih kecil dari nilai daya dukung, maka kegiatan ekowisata akan berkelanjutan demikian juga sebaliknya. Adapun hasil komparasi nilai daya dukung pemanfaatan DDP dan nilai jejak rekam ekologi EF di gugus Pulau Sapeken Tabel 67. Tabel 67 Daya dukung pemanfaatan orangtahun gugus Pulau Sapeken untuk kegiatan ekowisata No Pulau Daya Dukung Pemanfaatan Selam Snorkeling Pancing

1 Pagerungan Besar

5.53 x 10 04 5.31 x 10 04 6.77 x 10 04

2 Pagerungan Kecil

1.29 x 10 04 1.24 x 10 04 2.44 x 10 05

3 Paliat

4.83 x 10 04 - 6.09 x 10 04 4 Sapangkur Besar 3.98 x 10 04 3.93 x 10 04 3.33 x 10 04

5 Sapeken

2.68 x 10 03 - 9.31 x 10 03

6 Saor

2.88 x 10 04 1.09 x 10 04 6.35 x 10 04

7 Sepanjang

6.73 x 10 04 1.51 x 10 05 6.61 x 10 04 Tabel 67 Daya dukung pemanfaatan orangtahun gugus Pulau Sapeken untuk kegiatan ekowisata lanjutan No Pulau Daya Dukung Pemanfaatan Total orangth Mangrove Pantai 1 Pagerungan Besar - 6.50 x 10 04 2.41 x 10 05

2 Pagerungan Kecil

- 8.66 x 10 03 2.78 x 10 05

3 Paliat

1.90 x 10 04 1.08 x 10 03 2.99 x 10 05 4 Sapangkur Besar - 6.16 x 10 03 1.19 x 10 05

5 Sapeken

- - 1.20 x 10 04

6 Saor

- 1.94 x 10 04 1.23 x 10 05

7 Sepanjang

9.81 x 10 04 3.85 x 10 04 4.21 x 10 05