203
B. Tinjauan tentang Perjanjian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu
‘credere’, yang berarti kepercayaan Thomas Suyatno, et.all. 1993: 12. Seseorang yang memperoleh
kredit berarti memperoleh kepercayaan. Dengan demikian dasar dari pemberian kredit adalah kepercayaan. Pihak yang memberikan kredit percaya bahwa penerima
kredit akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan, baik mengenai jangka waktunya, bunga, dan biaya-biaya maupun prestasi dan kontra
prestasinya. Hal ini diperlukan karena dana yang berada dalam bank sebagian besar milik masyarakat yang dipercayakan untuk disimpan dan dikelola oleh Bank.
Untuk itu diperlukan kehati-hatian dari bank dalam penyaluran kredit. Pengertian kredit menurut Pasal 1 angka 11 Undang-undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dari berbagai jenis perjanjian yang diatur dalam Bab V sampai dengan Bab
XVIII Buku III KUHPerdata tidak terdapat ketentuan tentang perjanjian kredit. Dalam praktik, bentuk dan materi perjanjian kredit antara satu bank dengan
bank yang lainnya tidak sama, tetapi disesuaikan dengan kebutuhannya masing- masing. Bentuk perjanjian kredit pada umumnya dituangkan dalam bentuk tertulis.
Setiap bank telah menyediakan blangkoformulir perjanjian kredit yang isinya telah
204 dipersiapkan terlebih dahulu. Formulir perjanjian kredit disodorkan kepada setiap
pemohon kredit, isinya tidak diperbincangkan dengan pemohon. Dalam praktiknya, calon pemohon kredit hanya menyetujui saja, karena posisinya lemah yaitu dalam
keadaan membutuhkan dana. Pada dasarnya kewajiban bank hanya berupa penyediaan uang atau tagihan
atau yang dapat dipersamakan dengan itu kepada debiturnya, sebesar berapa yang telah disepakati sebelumnya dalam kontrak perjanjian kredit. Bank sebagai pihak
yang memberikan kredit bertujuan memperoleh keuntungan. Keuntungan ini dapat diperoleh dari bunga yang harus dibayar oleh peminjamnasabah. Menurut
Hasanuddin Rahman 2000: 45, tujuan bank tidak sekedar memperoleh keuntungan, melainkan sebagai agent of development bank masih dituntut untuk
memenuhi kewajibannya yang lain, yaitu antara lain: 1. Melakukan
pembinaan terhadap debiturnya,
baik atas
usaha operasional, manajemen dan keuangan yang dibiayai dengan kredit
tersebut maupun atas penggunaan kredit yang diberikannya; 2. Melakukan pelaporan-pelaporan yang diwajibkan oleh pemerintah
khususnya yang berkenaan dengan pengelolaan perkreditan yang sehat dan pengelolaan operasional perbankan berdasarkan prudential
regulation. Dari pengertian kredit yang diberikan oleh Pasal 1 angka 11 UU Perbankan,
maka pada dasarnya kewajiban peminjam ada 2 dua, yaitu:
205 1. Membayar kembali hutang pokok kepada bank setelah jangka waktu
tertentu yang telah disepakati sebelumnya dalam kontrak perjanjian kredit.
2. Membayar bunga atas hutang pokok tersebut sebesar yang telah disepakati sebelumnya dalam kontrak perjanjian kredit.
3. Kewajiban pembayaran dan penerimaan uang dilakukan melalui rekeningnya di Bank.
Selain itu dalam praktiknya, untuk memperoleh keyakinan bank bahwa peminjam memenuhi kewajiban pembayaran kembali hutang pokok dan bunga
kredit tersebut, peminjam dibebani kewajiban untuk memberikan keterangan kepada bank tentang keadaan perusahaannya pada waktu-waktu yang ditentukan.
Kemudian dalam rangka hubungannya dengan pihak ketiga atau proses pembangunan, peminjamnasabah juga dituntut kewajiban untuk selalu memonitor
usahanya agar tidak merugikan pihak ketiga, misalnya; wajib memperhatikan dan memelihara lingkungan hidup, mematuhi segala peraturan tentang ketenagakerjaan,
serta mematuhi segala kewajiban perpajakan; dan lain-lainnya.
C. Tinjauan tentang Jaminan 1. Pengertian Jaminan