72 dapat dianggap bahwa pembeli menerima adanya cacad itu, dan
sudah barang tentu harganya sudah disesuaikan dengan adanya cacad pada barang tersebut.
Apabila barang yang dibeli mengandung cacad, maka pembeli dapat memilih dua tuntutan yang dapat diajukan kepada
penjual, yaitu: 1 Actio redhibitoria, yaitu tuntutan pembeli untuk pengembalian
uangnya yang telah dibayarkan dengan mengembalikan barang yang mengandung cacad.
2 Actio quanti minores, yaitu tuntutan pembeli untuk pengembalian sebagian dari uang pembelian. Hal ini dikarenakan pembeli tidak
dapat lagi mengembalikan barang karena telah dipakai sebagian atau seluruhnya.
6. Kewajiban Pembeli.
Berdasarkan Pasal 1513 , Pasal 1514 dan Pasal 1476, kewajiban pembeli adalah:
a Membayar harga barang. Menurut Pasal 1513 KUHPerdata pembayaran harga pembelian
dilakukan pada waktu dan tempat sebagaimana ditetapkan dalam persetujuan. Tetapi apabila tempat dan saat pembayaran tidak
ditentukan dalam perjanjian, maka pembayaran dilakukan di tempat dan pada saat dilakukan penyerahan barang Pasal 1514
KUHPerdata. b Membayar bunga.
Pembeli wajib membayar bunga dari harga pembelian jika barang yang dijual dan diserahkan memberi hasil atau lain pendapatan Pasal
1515 KUHPerdata.
73 Kewajiban pembeli ini hanya berlaku apabila pembeli belum
membayar lunas harga pembelian, tetapi barang yang dijual sudah diserahkan kepada pembeli dan barang itu sudah memberikan hasil
kepada pembeli. c. Melaksanakan pengambilan barang atas biaya sendiri, jika tidak telah
diperjanjikan sebaliknya Pasal 1476 KUHPerdata.
7. Wanprestasi dan akibatnya dalam Perjanjian Jual Beli
Wanprestasi artinya tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan seperti yang telah ditetapkan dalam perikatan Abdulkadir Muhammad,
1990: 203. Wanprestasi seorang debitur dapat berupa empat macam:
RiduanSyahrani, 2006:218 1 Samasekali tidak memenuhi prestasi;
2 Tidak tunai memenuhi prestasi; 3 Terlambat memenuhi prestasi;
4 Keliru memenuhi prestasi. Akibat adanya wanprestasi ada empat, yaitu:
1 Perikatan tetap ada. Kreditur masih dapat menuntut kepada debitur pelaksanaan prestasi,
apabila ia terlambat memenuhi prestasi. Disamping itu, kreditur berhak menuntut
ganti kerugian
akibat keterlambatan
melaksanakan prestasinya. Hal ini disebabkan kreditur akan mendapat keuntungan
apabila debitur melaksanakan prestasi tepat pada waktunya. 2 Debitur harus membayar ganti kerugian kepada kreditur Pasal 1234
KUHPerdata. 3 Beban risiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan itu timbul
setelah debitur wanprestasi, kecuali bila ada kesenjangan atau
74 kesalahan besar dari pihak kreditur. Oleh karena itu, debitur tidak
dibenarkan untuk berpegang pada keadaan memaksa. 4 Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat
membebaskan dari dari kewajibannya memberikan kontra prestasi dengan menggunakan Pasal 1266 KUHPerdata.
Kreditur dapat menuntut kepada debitur yang telah melakukan wanprestasi hal-hal sebagai berikut:
1 Kreditur dapat meminta pemenuhan prestasi saja dari debitur. 2 Kreditur dapat menuntut dan meminta ganti kerugian kepada debitur
Pasal 1267 KUHPerdata. 3 Kreditur dapat meminta dan menuntut ganti kerugian, hanya mungkin
kerugian karena keterlambatan HR 1 November 1918. 4 Kreditur dapat menuntut pembatalan perjanjian.
5 Kreditur dapat menuntut pembatalan disertai ganti kerugian kepada debitur. Ganti kerugian itu berupa pembayaran uang denda.
Mengenai wanprestasi yang dapat terjadi pada perjanjian jual beli antara lain dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1480 KUHPerdata yang
menentukan ’Jika penyerahan karena kelalaian si penjual tidak dapat
dilaksanakan, maka si pembeli dapat menuntut pembatalan pembelian menurut ketentuan-ketentuan Pasal 1266 dan 1267 KUHPerdata.
Adapun wanprestasi yang dilakukan oleh pembeli ditentukan dalam Pasal 1517 KUHPerdata yang menyatakan
’Jika si pembeli tidak membayar harga pembelian, si penjual dapat menuntut pembatalan pembelian
menurut ketentuan-ketentuan Pasal 1266 dan 1267 KUHPerdata. Adapun Pasal 1266 KUHPerdata menentukan:
1 Syarat batal dianggap selalu dicamtumkan dalam persetujuan- persetujuan yang bertimbal balik manakala salah satu pihak
tidak memenuhi kewajibannya. 2 Dalam hal yang demikian persetujuan tidak batal demi hukum,
tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim.
75 3 Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal
mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan dalam persetujuan.
4 Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, hakim adalah leluasa untuk menurut keadaan atas permintaan si
tertugat, memberikan suatu jangka waktu untuk masih juga memenuhi kewajibannya, jangka waktu mana namun itu tidak
boleh lebih dari satu bulan.
Sedangkan dalam Pasal 1267 KUHPerdata ditentukan bahwa pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal
itu masih dapat dilakukan akan memaksa pihak yang lain untuk memenuhi persetujuan ataukah ia akan menuntut pembatalan persetujuan disertai
penggantian biaya, kerugian dan bunga. Menurut Subekti 1987: 47 yang dimaksud biaya adalah segala
pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh satu pihak, rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang
kepunyaan kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian si debitur, sedangkan bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang sudah
dibayangkan atau dihitung kreditur. Di dalam Pasal 1249 KUHPerdata ditentukan bahwa penggantian
kerugian yang disebabkan wanprestasi hanya ditentukan dalam bentuk uang. Hal ini dikarenakan uang merupakan alat yang paling praktis, yang
paling sedikit menimbulkan selisih dalam menyelesaikan suatu sengketa Mariam Darus Badrulzaman, 2001: 23. Namun dalam perkembangannya
menurut para ahli dan yurisprudensi bahwa kerugian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu ganti kerugian materiil, dan ganti kerugian
immateriil. Kerugian materiil adalah suatu kerugian yang diderita kreditur dalam bentuk uangkekayaanbenda. Kerugian immateriil adalah suatu
kerugian yang diderita oleh kreditur yang tidak bernilai uang. seperti rasa sakit, mukanya pucat, tidak berfungsinya salah satu atau beberapa organ
tubuh dan lain-lain.
76
8. Risiko dalam Perjanjian Jual Beli.