Dasar Hukum Lelang. Jenis-jenis Lelang. Tujuan Penelitian. Dasar Hukum Wakaf

78 Setiap penjualan dimuka umum harus dilakukan oleh danatau dihadapan Pejabat Lelang kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan. Sedangkan pejabat lelang adalah orang yang yang khusus diberi wewenang oleh Menteri Keuangan melaksanakan penjualan barang secara lelang.

2. Dasar Hukum Lelang.

Di Indonesia ada beberapa dasar hokum leleng, yaitu: 1 Vendu Reglement Stb. 1908 Nomor 189, yang telah diubah dengan stb. 1840 Nomor 56. 2 Vendu Instructie Stb 1908 Nomor 190, yang telah diubah dengan Stb. 1930 Nomor 85. 3 Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2005 Tentang Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku di Departemen Keuangan. 4 Keputusan Menteri Keuangan Nomor:40KMK.012006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

3. Jenis-jenis Lelang.

Lelang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: a. Lelang eksekusi: a. Lelang Eksekusi Pengadilan. b. Lelang Eksekusi Hak Tanggungan. c. Lelang Eksekusi Pajak. d. Lelang Eksekusi Harta pailit. e. Lelang Eksekusi Piutang. 2 Lelang Non Eksekusi: a. Lelang Saham. b. Lelang Barang-barang Milik BUMNBUMD. c. Lelang Barang-barang Milik Dikuasai Negara. 79 d. Lelang Barang-barang tidak dikuasaiBea Cukai e. Lelang Kayu jati dan Hasil Hutan Lainnya. f. Lelang Barang Rampasan, Sitaan, Temuan. g. Lelang Balai Lelang.

4. Kelebihan-kelebihan Penjualan Lelang

Kelebihan-kelebihan penjualan melalui lelang adalah : 1 Adil, sebab penjualan lelang dilakukan secara terbuka atau transparan dan objektif. 2 Aman, karena proses pelaksanaan lelang disaksikan dan dipimpin oleh pejabat lelang drlsku pejabat umum yang bersifat independent. 3 Cepat dan Efisien, karena pelaksanaan lelang didahului dengan pengumuman sehingga peserta dapat berkumpul pada saat pelaksanaan lelang dengan pembayaran secara kontan. 4 Kepastian Hukum, sebab dalam setiap pelaksanaan lelang pejabat lelang membuat risalah lelang yang merupakan akta otentik. 5 Kompetitif, karena dalam pelaksanaan lelang dapat mewujudkan harga wajar dari penawaran yang diajukan peserta.

C. Tinjauan Tentang Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL.

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah. 80 Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL dipimpin oleh seorang kepala. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan di bidang kekayaan Negara, penilaian piutang Negara dan lelang Pasal 30 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102PMK.012008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Pelayanan Publik sebagaimana yang disebutkan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 63KEPM.PAN72003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelasanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun pejabat pelayanan publik adalah instansi pemerintah, baik sebagai pejabat maupun pegawai, sedangkan penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instamnsi pemerintah, dan badan hukum. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL dalam melaksanakan tugasnya mempunyai sub bagian dan seksi-seksi, antara lain subbagian umum, seksi pengelolaan kekayaan nagara, seksi piutang negara, seksi lelang, seksi hukum dan informasi, dan sebagainya. Seksi pelayanan lelang mempunyai tugas melakukan pemeriksaan dokumen pesyaratan lelang dan dokumen objek lelang, penyiapan dan pelaksanaan lelang, serta penyusunan minuta risalah lelang, pelaksanaan verifikasi dan penatausahaan risalah lelang, pembukuan penerimaan hasil lelang, pembuatan salinan, petikan dan grosse risalah lelang, penggalian potensi lelang, pelaksanaan superintendensi pejabat lelang serta pengawasan Balai Lelang dan Pengawasan lelang pada Perum Pegadaian dan lelang kayu kecil oleh PT. Perhutani Persero, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 33 ayat 5 Peraturan menteri Keuangan Nomor; 81 102PMK.012008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Di seluruh Indonesia Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL ada 89 kantor.

BAB IV TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembeli dalam jual beli lelang oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang telah memperoleh perlindungan hukum?

2. Manfaat Penelitian.

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan atau pertimbangan kepada pemerintah khususnya Menteri Keuangan dalam memberi perlindungan hukum pada pembeli dalam perjanjian jual beli lelang oleh KPKNL, selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum perdata pada khususnya. 82 BAB V METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum dengan tipe normatif dan empiris. Tipe penelitian normatif akan mengkaji secara konseptual mengenai asas-asas, norma dan peraturan perundangan yang terkait dengan perlindungan hukum bagi penjual dalam perjanjian jual beli lelang oleh KPKNL. Sedangkan Tipe penelitian empiris akan mengkaji pelaksanaan perjanjian jual beli lelang oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL dan perlindungan hukumnya bagi pembelipeserta lelang.

B. Cara Pengambilan Bahan dan Data Penelitian

a. Penelitian normatif menggunakan bahan hukum, baik bahan hukum primer, sekunder, tersier maupun bahan non hukum yang diambil dengan cara studi pustaka. Adapun uraian mengenai bahan hukum yang akan digunanakan adalah: 1 Bahan hukum primer a. Kitab Undang-undang Hukum Perdata. b Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102PMK.012008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. d Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 63KEPM.PAN72003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. d Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40PMK.072006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. 83 e Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102PMK.012008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. 2 Bahan hukum sekunder yang terdiri dari: b Buku-buku mengenai Hukum Perjanjian, Hukum Perjanjian Jual Beli dan Lelang. c Jurnal-jurnal mengenai Hukum Perjanjian, Hukum Perjanjian Jual Beli dan Lelang. d Makalah-makalah yang berkaitan dengan materi penelitian 3 Bahan hukum tersier berupa kamus C. Penelitian sosiologis akan mencari data primer dan data sekunder. Data primer Data primer akan dicari dengan penelitian lapangan dengan teknik wawancara, dengan uraian sebagai berikut: i. Lokasi penelitian: Kota Yogyakarta ii Cara pengambilan sample dilakukan dengan penunjukan langsung purposive sampling oleh peneliti dari populasi pembeli iii Responden dalam penelitian ini adalah: 1 Pembeli lelang 2 Kepala Kantor Kekayaan Pelayanan Keuangan Negara dan Lelang. 3 Pejabat lelang yang memimpin pelaksanaan lelang.

D. Teknik Pengumpuan Data a Data Primer

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pedoman wawancara. Di dalam melakukan wawancara digunakan pedoman wawancara agar proses wawancara dapat berjalan secara teratur dan sistematis. Pedoman wawancara yang dipergunakan adalah pedoman terstruktur yakni pedoman tersebut disusun secara 84 rinci agar tidak ada hal-hal yang terlewati. Pedoman wawancara dibuat oleh peneliti yang nantinya akan digunakan dalam melakukan wawancara untuk menggali pendapat dan pengalaman responden sehingga diperoleh data yang nantinya akan dipergunakan untuk menjawab perumusan masalah dalam penelitian ini.

b. Data sekunder

Data sekunder akan dicari dengan studi pustaka. Dalam penelitian ini proses pencarian data sekunder dalam penelitian empiris akan dilakukan bersamaan dengan proses studi pustaka dalam penelitian normatif. E. Teknik Analisis Data Teknik analisis untuk penelitian normatif dilakukan dengan metode preskriptif yaitu apa yang benar atau seyogyanya menurut hukum, serta penelitian sosiologis dilakukan dengan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan jalam memaparkan secara mendalam dan menyeluruh berdasarkan data yang diperoleh. 85

BAB VII JADWAL PELAKSANAAN

No . Kegiatan I II III IV V VI A. Persiapan 1. Pembuatan Proporsal. 2. Penggandaan dan Pengumpulan proporsal B. Pengumpulan data: 1. Mempersiapkan menyediakan bahan penelitian 2. Penelusuran literatur dan internet 3. Wawancara dengan narasumber 4. Pengumpulan data C. Penyusunan Laporan 1. Penyusunan draft Laporan penelitian 2. Penyempurnaan laporan 3. Penggandaan laporan 4. Pengumpulan laporan

BAB VIII PERSONALIA PENELITIAN

PERSONALIA PENELITIAN 1. a. Nama : Prihati Yuniarlin,S.H.,M.Hum. b. PangkatGolNIK : PenataIII C153.007 c. Jabatan Fungsional : Lektor 86 d. FakultasProgram Studi : HukumKeperdataan e. Perguruan Tinggi : UMY f. Bidang Keahlian : Hukum Perdata h.Waktu Penelitian : 3 jam perminggu 2. a. Nama : Endang Heriyani,S.H.,M.Hum. b. PangkatGolNIK : PenataIII C NIP: 196501161992032002 c. Jabatan Fungsional : Lektor d. FakultasProgram Studi : HukumKeperdataan e. Perguruan Tinggi : UMY f. Bidang Keahlian : Hukum Perdata h.Waktu Penelitian : 3 jam perminggu

BAB IX RINCIAN BIAYA PENELITIAN

PRAKIRAAN BIAYA PENELITIAN No Uraian Volume Harga Satuan Jumlah Kegunaan dalam penelitian 87 1 Bahan dan Peralatan a. Kertas HVS A4, 80 gram 1 rim Rp.40.000 Rp. 40.000 Penulisan b. Tinta Toner 1 buah Rp.200.000 Rp.200.000 Penulisan bahan 3 Pengumpulan data a. Belanja buku Buku,peratur an Rp300.000 Data sekunder b. Penelusuran melalui internet 4 bulan Rp. 150.000 Rp.200.000 Data sekunder 4 Perjalanan a. Prapen elitian Rp.200.000 b. Pengurusan ijin Rp.100.000 Data primer c. Wawancara dengan responden Rp100.000 Data primer 7 Laporan Penelitian a. Penggandaa n laporan 4 exp Rp.20.000 Rp. 80.000 Laporan b. Publikasi jurnal terakreditasi 1 Rp.200.000 Rp.200.000 Publikasi 8 Lain-lain a. PPH 15 Rp225000 Rp.225000 Pajak b. ZIS 2,5 Rp37.500 Rp.37.500 Zakat Total Rp.1682500 88

BAB X PENUTUP

A. KESIMPULAN.

Pembeli yang membeli barang melalui lelang oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL telah mendapat perlindungan hukum, dalam hal terkait dengan kewajiban penjual untuk menanggung kenikmatan tentram, hal ini terbukti dengan harus diserahkannya dokumen bukti kepemilikan yang asli dan fotocopy sebagai syarat khusus untuk dapat melakukan pelelangan melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL. tetapi pembeli tidak mendapat perlindungan hukum dalam hal barang yang dibeli adalah berang tidak bergerak berupa tanah danatau beserta bangunan. Jika barang ini ada penghuninya, maka . pembeli sendiri yang harus melakukan pengosongan, jika tidak dapat dilakukan pengosongan secara sukarela, maka pembeli dapat meminta bantuan pengadilan negeri setempat. Terkait kewajiban penjual untuk menanggung cacat tersembunyi, maka pembeli yang membeli barang melalui lelang oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan lelang KPKNL telah memperoleh perlindungan hukum. Hal ini dapat terbukti dengan diberikannya hak pada pembeli untuk melihat barang yang akan dibelinya. Perlindungan hukum bagi pembeli juga telah diberikan dengan cara pembeli diberi kesempatan untuk Melihat dokumen syarat lelang yang telah diserahkan oleh penjualpemohon lelang.

B. SARAN

89 Untuk lebih memberikan perlindungan hukum pada pembeli yang membeli barang melalui lelang oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL, maka sebaiknya pembeli yang membeli barang tidak bergerak yang berupa tanah danatau bangunan mendapat jaminan bahwa barang yang dibeli yang saat pembelian ada penghuninya, maka penghuni akan dengan sukarela mengosongkan rumah telah dibeli pembeli. DAFTAR PUSTAKA Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perdata Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti. --------------------1992, Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti. 90 Hartono Surjopratignjo,1982, Aneka Perjanjian Jual Beli, Jogjakarta, Seksi Notariat Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaya, 2003, Kebendaan pada Umumnya, Jakarta, Kencana Riduan Syahrani, 2006, Seluk-beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, Bandung, Alumni. Mariam Darus Badrulzaman et all, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti. Satrio, J, 1992, Hukum Perjanjian, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti. Subekti, 1985, Aneka Perjanjian, Bandung, PT. Alumni. ______, 1987, Hukum Perjanjian, Jakarta, PT Intermasa. ______, 1996, Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta, PT Pradnya Paramita. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102PMK.012008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 63KEPM.PAN72003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40PMK.072006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102PMK.012008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. 91 INTERNET http: www.geocities.comdmgtomuamalah20hkmjubel.htm . diunduh tanggal 16 92 333333 PEMANFAATAN WAKAF TUNAIUANG SEBAGAI UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TEMA: PENGENTASAN KEMISKINAN DISUSUN OLEH: ENDANG HERIYANI, SH., M.Hum,NIP: 196501161992032002 Penelitian ini dibuat dan memperoleh bantuan dana dari Lembaga Pengembangan, Pendidikan, Penelitian dan Masyarakat LP3M UMY Tahun Anggaran 20102011 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA SEPTEMBER 2011 93 94 HALAMAN PENGESAHAN 1.Judul Penelitian : PEMANFAATAN WAKAF TUNAI UANG SEBAGAI UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap Gelar : Endang Heriyani,S.H.,M.Hum. b. Jenis Kelamin : Perempuan c. NIP NIDN : 196501161992032002 d. PangkatGolongan : PenataIIIC e. Jab. Fungsional : Lektor f. Jabatan Struktural : - g. Program Studi : Ilmu Hukum 3. Lokasi Penelitian : DIY 4. Jangka Waktu Penelitian : 5 bulan 5. Jumlah Biaya : Rp. 3.000.000,- tiga juta rupiah Yogyakarta,5September 2011 Mengetahui Peneliti Dekan Fakultas Hukum M. Endriyo Susila, SH. MCL Endang Heriyani,S.H.,M.Hum NIDN: 050409720 NIP : 196501161992032002 MengetahuiMenyetujui, Ketua LP3M UMY Dr.Mukti Fajar ND, SH., MHum. NIDN: 0529066801 95 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdullillah penulis panjatkan kehadlirat Allah SWT karena atas rahmatNya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan laporan penelitian yang berjudul: PEMANFAATAN WAKAF TUNAI UANG SEBAGAI UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Laporan penelitian ini disusun sebagai hasil penelitian yang dilakukan sejak bulan Mei 2011 sampai Agustus 2011. Penelitian ini mengkaji tentang pemanfaatan wakaf tunaiuang di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini penting dilakukan karena kemiskinan masih menjadi masalah penting di Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu solusi masalah kemiskinan adalah dengan memanfaatkan dana wakaf tuaniuang. Penelitian dan penyusunan laporan ini berhasil penulis susun berkat bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan yang baik ini dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Ketua LP3M Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3. Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 4. Bapak Duddy Roesmara Donna, SE., M.Si. 5. Mas Zaki Ghufron, S.Pd.I 6. Ibu Ahdiana Yuni Lestari, SH.M.Hum, ibu Prihati Yuniarlin SH.,M.Hum, dan Bapak Mukti Fajar ND, SH.M.Hum, yang telah banyak membantu penulis. 7. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini sampai dengan selesainya penulisan laporan. Penulis menyadari laporan penelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu segala saran dan kritik yang sifatnya membangun diucapkan terima kasih. Yogyakarta, September 2011 Ketua Peneliti, 96 Endang Heriyani, SH.,M.Hum. DAFTAR ISI 97 HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN Ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI iv BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 A. Tinjauan Tentang Wakaf 7 B. Tinjauan Tentang Kemiskinan 17 BAB III METODE PENELITIAN 20 A. Jenis Penelitian 20 B. Cara Pengambilan Bahan dan Data Penelitian 20 C. Teknik Analisis Data 22 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 24 A. Pelaksanaan Wakaf TunaiUang di Daerah Istimewa Yogyakarta 24 B. Pemanfaatan Wakaf TunaiUang di Daerah Istimewa Yogyakarta 29 C. Pengaruh Pemanfaatan Wakaf TunaiUang dalam Upaya Mengatasi Kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta 36 BAB V PENUTUP 39 A. Simpulan 39 B. Saran 40 DAFTAR PUSTAKA 98 DAFTAR RIWAYAT HIDUP 99

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia sampai sekarang masih menghadapi masalah kemiskinan. Demikian juga kemiskinan juga masih menjadi masalah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta . Jumlah penduduk miskin, yaitu penduduk yang konsumsinya berada di bawah garis kemiskinan pada Maret 2010 di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 577,30 orang, garis kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2010 sebesar Rp. 224.25888,- per kapita per bulan. Tingkat kemiskinan, yaitu prosentase penduduk miskin dari seluruh penduduk Indonesia, di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2010 sebesar16,83 persen http:webcache.googleusercontent.com. Penyebab tingginya angka kemiskinan di DIY, diantaranya adalah karena keterbatasan sumber daya alam SDA, sumber daya manusia, akses mencari kerja dan lainnya www.jogjainfo.net2010. Berbagai program telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kemiskinan. Namun belum menunjukkan hasil yang signifikan. Banyak pihak yang meragukan kalau dikatakan angka kemiskinan sudah menurun. Kemiskinan jika tidak segera diatasi dapat menimbulkan berbagai masalah sosial lainnya. Sesungguhnya pada setiap harta seseorang ada hak orang lain, sebagaimana firman Allah Ta ’alla dalam surat Adz-dzariaat ayat 19: 100 ’ûr Ng9ºqB ,m ¬¡=9 QrsRQr Artinya: Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. Berdasarkan ayat tersebut bagi orang Islam diwajibkan untuk memberikan harta kepada pihak lain, seperti menunaikan zakat, infak, sodaqah maupun wakaf. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah pahala amal perbuatannya kecuali tiga, yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan orang tuanya ” HR Muslim, At Tirmidzi, An Nasa’i dan Abu Daud. Shadaqah jariyah dapat dilakukan dengan memberikan wakaf, yaitu menyerahkan harta untuk dimanfaatkan bagi kepentingan umum. Wakaf yang disyariatkan oleh Islam selain merupakan ibadah yang akan mendapatkan pahala, juga mempunyai aspek sosial ekonomi karena dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan sesama umat manusia. Pengentasan kemiskinan dapat ditempuh dengan menggalakkan wakaf. Wakaf menurut pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan danatau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah danatau kesejahteraan umum menurut syariah. 101 Pada umumnya masyarakat menganggap seolah-olah wakaf hanya diperbolehkan untuk tujuan ibadah keagamaan semata-mata, seperti untuk masjid, pendidikan Islam, atau pesantren saja. Masyarakat hanya mengenal wakaf dalam bentuk tanah dan bangunan. Pada tanggal 11 Mei 2002, MUI mengeluarkan fatwa mengenai wakaf tunaiuang. Dalam fatwa MUI tersebut, ditentukan bahwa wakaf tunaiuang adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. Wakaf tunai bertujuan menghimpun dana abadi yang bersumber dari umat, yang kemudian dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kepentingan dakwah dan masyarakat. Dalam wakaf tunaiuang, dana yang diwakafkan, sepeserpun tidak akan berkurang jumlahnya. Justru sebaliknya, dana itu akan berkembang melalui investasi yang dijamin aman, dengan pengelolaan secara amanah, yakni bertanggung jawab, professional dan transparan. Dana wakaf yang terkumpul ini selanjutnya dapat digulirkan dan diinvestasikan oleh nazhir ke dalam berbagai sektor usaha yang halal dan produktif, sehingga keuntungannya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama masyarakat miskin. Dalam perspektif ekonomi, wakaf merupakan pengalihan dana dari keperluan konsumsi dan menginvestasikannya ke dalam aset produktif yang menghasilkan pendapatan untuk konsumsi di masa yang akan datang baik oleh individual maupun kelompok Farid Wadjdy dan Mursyid, 2007: 30. 102 Menurut Pasal 22 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, harta benda wakaf dapat diperuntukkan bagi bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu dan beasiswa, untuk kemajuan dan peningkatan ekonomi umat, dan untuk kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan. Wakaf tunai uang dapat diberikan minimal Rp.50.000,- lima puluh ribu rupiah. Pihak yang menerima wakaf disebut dengan Nazhir. Nazhir inilah yang akan mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan peruntukannya. Nadzir bertugas mengawasi dan melindungi harta benda wakaf. Uang yang diwakafkan dapat dikembangkan melalui berbagai investasi. Hasil dari investasi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkan seperti masyarakat miskin. Di Indonesia, manfaat wakaf di bidang pendidikan sangat besar, seperti tanah wakaf untuk pendidikan yang dikelola pesantren-pesantren di seluruh pelosok nusantara. Demikian juga wakaf yang dikelola untuk pendidikan dan kesehatan oleh lembaga Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama juga tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu juga terdapat badan hukum yang mengelola wakaf yang diperuntukkan untuk pengelolaan pendidikan, seperti Badan Wakaf Pondok Modern Gontor Ponorogo, Badan Wakaf UII Yogyakarta, Badan Wakaf Universitas Muslim Indonesia. Tanah wakaf yang dikelola badan-badan tersebut ternyata pengelolaannya sangat efektif dan sangat berguna dalam bidang 103 pendidikan Islam khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya serta dapat membantu kepentingan umum Farid Wadjdy dan Mursyid, 2007: 136. Wakaf tunaiuang mempunyai nilai potensial ekonomi yang tinggi, apabila dikelola secara optimal dan profesional oleh nazhir yang amanah dan bertanggung jawab. Hasil dari pemanfaatan wakaf tunai dapat digunakan untuk mengentaskan masyarakat miskin. Dengan demikian pengelolaan wakaf tunaiuang secara optimal dan profesional akan memiliki arti strategis dalam rangka memberdayakan ekonomi umat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas maka perumusan masalahnya adalah: 1. Bagaimanakah pemanfaatan wakaf tunaiuang di Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Bagaimanakah pengaruh pemanfaatan wakaf tunaiuang dalam upaya mengatasi kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan wakaf tunai dan pengaruhnya dalam mengentaskan kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat dalam pelaksanaan wakat tunaiuang, dan memberikan masukan bagi 104 pemerintah mengenai pemanfaatan wakaf tunaiuang dalam mengatasi masalah kemiskinan.

BAB II TNJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Wakaf 1. Pengertian Wakaf

105 Secara etimologis, waqf adalah mashdar waqafa asy syai ’, artinya sesuatu berhenti, wakaf secara terminologis adalah menahan asal harta pokok dan memberikan manfaatnya Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar, 2009: 437. Wakaf menurut Ahmad Azhar Basyir berarti menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk penggunaan yang mubah, serta dimaksudkan untuk mendapatkan keridhaan Allah S.w.t. 1987: 5. Menurut Hendi Suhendi yang dimaksud wakaf adalah menahan sesuatu benda yang kekal zatnya, dan memungkinkan untuk diambil manfaatnya guna diberikan untuk jalan kebaikan 2002: 240. Wakaf menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan danatau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah danatau kesejahteraan umum menurut syariah.

2. Dasar Hukum Wakaf

Wakaf tidak diatur secara tegas dalam Al-Qur ’an, namun beberapa ayat Al-Qur ’an dapat dijadikan petunjuk sebagai dasar hukum dari wakaf, misalnya; surat Ali Imran ayat 92: `9 q9Y? Ž99 ÓLm qÿZ? JB cq6tB 4 Br qÿZ? `B äÓ« bù ¾m OŠ=æ 106 Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. Wakaf merupakan perbuatan yang disukai dan disunnahkan berdasarkan hadist Rasullullah yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, yang artinya: Dari Ibnu Umar, ia berkata, “Umar mendapatkan tanah di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi Sallallahu ‘alaihi wa salallam meminta saran kepada beliau sehubungan dengan tanah itu, Ia pun berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku medapatkan tanah di Khaibar, yang aku tidak pernah mendapatkan harta sebagus itu. Ia adalah harta yang paling bagus bagiku. Apa yang engkau perintahkan kepadaku berkaitan dengannya? ” Beliau menjawab,”Jika kamu suka, tahanlah tanah itu, dan kamu sadaqahkan hasilnya. ” Ibnu ‘Umar berkata “kemudian ‘Umar mensadaqahkannya dengan syarat tanah itu tidak dijual, tidak dibeli, tidak diwariskan, dan tidak diberikan. ” Ibnu ‘Umar meneruskan ucapannya, “kemudian ‘Umar menshadaqahkannya kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, memerdekakan budak, fisabilillah, ibnu sabil, dan tamu. Tidak mengapa bagi orang yang mengurusinya untuk memakan sebagaiannya dengan baik, atau memberi makan temannya dengan tidak menyimpannya untuk mendapatkan keuntungan. ” Riwayat al-Bukahri dan Muslim. Di Indonesia beberapa peraturan yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatur wakaf antara lain adalah; PP Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik, yang disusul dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 107 Tahun 1977 tentang Cara Pendaftaran Tanah mengenai Perwakafan Tanah Milik. Pada saat Pemerintah mengeluarkan Inpres Nomor 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam juga mengatur mengenai Perwakafan. Selanjutnya pada tanggal 27 Oktober 2004 pemerintah mengeluarkan UU Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Undang-undang ini isinya mengadaptasi Undang-undang Wakaf di Mesir, dilihat dari isinya yang mulai memperkenalkan wakaf uang tunai cash waqt, logam mulia, kendaraan bermotor serta dibentuknya Badan Wakaf Indonesia Herman Hermit, 2007:58. Untuk melaksanakan Undang- undang tentang Wakaf, kemudian dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan UU Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Pada tanggal 11 Mei 2002, MUI mengeluarkan fatwa mengenai wakaf tunaiuang. Selanjutnya dikeluarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 4 Tahun 2009 tentang Administrasi Pendaftaran Wakaf Uang.

3. Rukun atau Unsur wakaf