76
8. Risiko dalam Perjanjian Jual Beli.
Risiko adalah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan oleh suatu kejadian atau peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak yang
menimpa barang yang menjadi obyek perjanjian Subekti, 1985: 24. Misalnya; barang yang diperjualbelikan musnah di perjalanan karena
terbawa arus banjir bandang. Mengenai risiko dalam perjanjian jual beli diatur dalam tiga Pasal yaitu:
1 Pasal 1460 KUHPdt: jika barang yang dijual berupa barang tertentu, maka sejak saat pembelian risiko ada pada pembeli, meskipun
penyerahannya belum dilakukan dan penjual berhak menuntut pembayaran harga.
Barang tertentu adalah barang yang pada waktu perjanjian dibuat sudah ada dan ditunjuk oleh pembeli Subekti, 1985: 25.
Ketentuan tersebut tidak adil, karena pembeli belum menjadi pemilik, dengan adanya SEMA No. 3 tahun 1963 ketentuan tersebut tidak
diberlakukan lagi. 2 Pasal 1461 KUHPdt: risiko atas barang yang dijual menurut berat,
jumlah atau ukuran dipikul oleh penjual sampai barang itu telah ditimbang, diukur atau dihitung.
Alasan dari ketentuan ini adalah bahwa barang yang belum dihitung, ditimbang atau diukur belum disisihkan untuk pembeli, sehingga masih
merupakan milik penjual sehingga risiko dibebankan kepada penjual. Tetapi setelah barang ditimbang, dihitung atau diukur, risiko dibebankan
kepada pembeli, hal ini dikarenakan barang yang telah ditimbang, dihitung atau diukur telah disisihkan untuk pembeli, sehingga risiko
dibebankan kepada pembeli. 3 Pasal 1462 KUHPdt: risiko atas barang yang dijual menurut tumpukan
dibebankan kepada pembeli.
77 Barang yang dijual menurut tumpukan sudah dari semula disendirikan atau
dipisahkan dari barang milik penjual, sehingga sudah dari semula dalam keadaan siap untuk diserahkan kepada pembeli, sehingga dibebankan
kepada pembeli. Ketentuan tersebut tidak adil, karena menurut sistem
KUHPerdata perjanjian jual beli bersifat konsensuil artinya perjanjian jual beli dianggap lahir sejak tercapainya kata sepakat dan bersifat
konsensuil artinya hak milik baru berpindah sejak adanya penyerahan, jadi selama belum ada penyerahan hak milik masih berada ditangan
penjual, jadi pembeli yang belum menjadi pemilik berdasarkan Pasal 1460. Pasal 1461 dan Pasal 1462 KUHPdt pembeli yang belum
mempunyai hak milik atas barang sudah harus menanggung risik. Kemudian dengan SEMA No. 3 tahun 1963 Mahkamah Agung
menghimbau lepada seluruh ketua Pengadilan Negeri dan Ketua Pengadilan Tinggi di Indonesia, untuk tidak mempergunakan ketentuan
Pasal 1460, Pasal 1461 dan Pasal 1462 KUHPerdata tersebut dalam menjatuhkan putusan.
Pasal tersebut dipengaruhi oleh Code Civil Perancis. Menurut Code Civil Perancis hak milik berpindah sejak
dicapai kata sepakat dalam jual beli, jadi penyerahan benda bukan suatu perbuatan yang berakibat hukum.
B. Tinjauan Tentang Lelang. 1. Pengertian lelang
Pengertian Lelang Menurut pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40PMK.072006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Lelang, yang dimaksud dengan lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis danatau
lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi yang didahului dengan pengumuman lelang.
78 Setiap penjualan dimuka umum harus dilakukan oleh danatau
dihadapan Pejabat Lelang kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan. Sedangkan pejabat lelang adalah orang yang
yang khusus diberi wewenang oleh Menteri Keuangan melaksanakan penjualan barang secara lelang.
2. Dasar Hukum Lelang.