152 c Mati taqdiry menurut dugaan, adalah kematian yang didasarkan pada
dugaan yang kuat bahwa orang yang bersangkutan telah mati. 2. Ahli Waris
Menurut Pasal 171 butir c KHI, Ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darahnasab atau hubungan perkawinan
dengan pewaris, beragama Islam dan tidak berhalangan karena hukum untuk menjadi ahli waris.
Hidupnya ahli waris merupakan syarat yang harus dipenuhi. Mengenai janin yang masih dalam kandungan ibuanya, apabila dia lahir dalam keadaan hidup
maka dia dapat mewaris, dasarnya hadist riwayat Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad S.A.W. Bersabda yang artinya
’Apabila anak yang dilahirkan itu menangis maka dia diberi warisan
’ Sayyid Sabiq, 2006: 508. 3. Warisan
Kompilasi Hukum Islam membedakan pengertian antara harta peninggalan dengan harta warisan. Menurut Pasal 171 butir d KHI, harta peninggalan adalah
harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa harta benda yang menjadi miliknya maupun hak-haknya. Adapun harta warisan menurut Pasal 171 butir e
KHI adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan
jenazah tajhiz, pembayaran hutang dan pemberian untuk kerabat. Perumusan harta warisan menurut Pasal 171 butir e KHI ini hanya sesuai apabila diterapkan
terhadap pewaris yang berstatus suami atau isteri. Harta warisan adalah harta peninggalan setelah diadakan tindakan
pemurnian Abdul Ghofur Anshori, 2002: 23. Tindakan pemurnian adalah pengambilan harta peninggalan untuk pembayaran biaya-biaya perawatan jenazah,
hutang-hutang, serta penunaian wasiat.
3. Sebab-sebab Mewaris
153 Menurut hukum kewarisan Islam ada tiga sebab mewaris, yaitu: Rachmad
Budiono, 1999: 8: 1. Karena Hubungan Nasab
Hubungan nasab maksudnya adalah hubungan kekerabatan atau hubungan famili, yang akan menimbulkan hak mewaris jika salah satu meninggal dunia.
Misalnya antara anak dengan orang tuanya. Apabila orang tua meninggal dunia, maka anak mewarisi warisan dari orangtuanya, demikian pula sebaliknya. Firman
Allah dalam surat Al-Anfal ayat 75 yang artinya ”Dan orang-orang yang beriman
sesudah itu, kemudian berhijrah dan berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu juga. Orang-orang yang mempunyai hubungan itu
sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya daripada yang bukan kerabat menurut Kitab Allah, sungguh Allah Maha Mengetahui segala sesuatu
”. 2. Karena Hubungan Perkawinan
Perkawinan yang sah menimbulkan hubungan kewarisan. Jika seorang suami meninggal dunia, maka isteri adalah sebagai ahli waris dari suaminya.
Demikian juga sebaliknya, jika isteri meninggal dunia, maka suami menjadi ahli waris dari isterinya. Firman Allah dalam surat An-Nisa
’ ayat 12 yang artinya ”Dan bagianmu suami-suami adalah seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-
isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak, jika mereka isteri-isterimu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang
ditinggalkannya... ”.
3. Karena Agama Hubungan mewaris karena agama ini yang dimaksud adalah apabila
seorang pewaris sama sekali tidak meninggalkan ahli waris, baik karena hubungan nasab maupun hubungan perkawinan. Adapun yang mengelola harta warisan
tersebut adalah baitul mal untuk mewujudkan tujuan pengembangan agama Islam.
4. Penghalang Mewaris
Adanya sebab-sebab mewaris, rukun kewarisan dan syarat kewarisan sudah terpenuhi, belum cukup menjadi alasan adanya hak waris bagi setiap ahli waris,
154 kecuali apabila tidak terdapat penghalang warisan. Dalam hukum kewarisan Islam
di Indonesia ada dua penghalang warisan, yaitu: 1. Pembunuhan
Apabila ahli waris membunuh pewaris maka tidak dapat mewarisi sebagaimana sabda Rasulullah S.A.W. yang diriwayatkan oleh Tirmidzi yang
artinya ’Orang yang membunuh tidak bisa mewarisi’ Sudarsono, 2001: 299.
Menurut Pasal 173 KHI, seseorang terhalang menjadi ahli waris, apabila
dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dihukum karena:
a Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya berat pada pewaris.
b Dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa pewaris telah melakukan suatu kejahatan yang diancam dengan
hukuman 5 tahun penjara atau hukuman yang lebih berat. 2. Perbedaan Agama.
Berbeda agama berarti agama pewaris berbeda dengan agama ahli waris. Misalnya, pewaris beragama Islam sedangkan ahli warisnya beragama non muslim
selain Islam. Seorang muslim tidak mewarisi dari orang kafir dan orang kafir tidak
mewarisi dari seorang muslim, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh empat orang ahli hadist dari Usamah bin Zaid bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda yang
artinya ’Seorang muslim tidak mewarisi dari orang kafir dan orang kafirpun tidak
mewarisi dari orang muslim ’Sayyid Sabiq, 2006: 486.
Menurut Pasal 172 KHI ahli waris dipandang beragama Islam apabila diketahui dari Kartu Identitas atau pengakuan atau amalan atau kesaksian,
sedangkan bagi bayi yang baru lahir atau anak yang belum dewasa, beragama menurut ayahnya atau lingkungannya.
Apabila antara Pewaris dengan ahli waris berbeda agama, apabila salah satunya menghendaki agar diantara mereka ikut menikmati harta peninggalan, maka bisa
155 dilakukan dengan jalan wasiat atau wasiat wajibah, yang bagiannya tidak melebihi
13 bagian harta peninggalan yang siap dibagikan kepada para ahli waris yang lain.
5. Penggolongan Ahli Waris