LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

5

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu akibat dari perkawinan adalah lahirnya seorang anak sehingga menimbulkan hubungan hukum antara orang tua dengan anak. Hak dan kewajiban orang tua terhadap anak disebut kekuasaan orang tua Abdulkadir Muhammad, 1989:95. Kekuasaan orang tua meliputi pribadi anak dan harta benda anak. Menurut Pasal 45 ayat 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan selanjutnya ditulis UUP ditentukan bahwa: ”Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak- anak mereka sebaik-baiknya. ” Selanjutnya menurut Pasal 45 ayat 2 UUP, kewajiban orang tua tersebut berlaku terus sampai anak itu kawin atau berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus. Pasal 47 ayat 1 UUP menentukan anak yang belum mencapai umur 18 delapan belas tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya. Sementara itu dalam Pasal 98 Kompilasi Hukum Islam, kekuasaan orang tua terhadap anak batasannya sampai anak berusia 21 tahun dan sepanjang anak tidak cacat fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan. Adanya kekuasaan orang tua tersebut tidak berarti orang tua dapat berbuat sekehendak hatinya terhadap anak yang berada dalam kekuasaannya tanpa memperhatikan aspek-aspek perlindungan anak. Namun kenyataannya, banyak kejadian yang dapat disaksikan mengenai orang tua yang menyalahgunakan kekuasaannya sebagai orang tua, baik terhadap pribadi anak maupun terhadap harta benda anak. Orang tua memaksa anak untuk mengemis di jalan. Anak disuruh menjadi pembantu rumah tangga, karena di rumah orang tuanya tidak mau bekerja 6 keras untuk menafkahi keluarganya. Hal ini tanpa disadari telah melanggar hak-hak anak, seperti hak untuk bermain, hak memperoleh pendidikan yang telah dijamin undang-undang. Menurut Kurniawan Tri Yunanto 2008: 1 dalam laporan akhir tahun Komnas Perlindungan Anak, sepanjang tahun 2008 jumlah anak yang dilanggar haknya mencapai 26.901.624 orang. Selain itu menurut Seto Mulyadi, ketua Komnas Perlindungan Anak, kekerasan terhadap anak banyak terjadi secara psikologis, baik yang terjadi di keluarga maupun di sekolah, kekerasan yang kerap terjadi tetapi tidak pernah diekpose adalah yang terjadi pada keluarga http: www.vhr media.com. Orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Hal ini sesuai dengan Alquran Surat At Tahrim ayat 6 dan Pasal 110 Kompilasi Hukum Islam. Orang tua yang dimaksud oleh Pasal 9 Undang- undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak selanjutnya ditulis UU Kesejahteraan Anak adalah ayah dan atau ibu kandung. Kewajiban dan tanggungjawab keluarga dan orang tua seperti yang ditentukan dalam Pasal 26 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak selanjutnya ditulis UU Perlindungan Anak sebagai berikut: 1. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak. 2. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya. 3. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak. Anak dalam menjalani masa pertumbuhan secara fisik maupun mental, membutuhkan perawatan, pemeliharaan, pendidikan, serta perlindungan dari kedua orang tuanya. Hal ini dapat dipenuhi apabila anak berada dalam lingkungan keluarga yang penuh tanggung jawab dan kasih sayang, karena keluarga merupakan lingkungan alami bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan pribadi ataupun mental anak. 7 Dalam konsiderans huruf c UU Perlindungan Anak dinyatakan bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran yang strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Jadi kelangsungan bangsa ke depan dapat dikatakan berada di tangan anak-anak Indonesia karena mereka sebagai generasi penerus. Dengan demikian anak-anak Indonesia perlu diselamatkan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang cerdas, tangguh, berakhlak mulia, yang memiliki nasionalisme yang tinggi. Untuk itu kekuasaan orang tua terhadap anak perlu dibatasi agar dapat mewujudkan perlindungan terhadap anak, agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar. Setiap anak tidak pernah minta dilahirkan, tetapi sekali ia lahir ia berhak mendapat perlindungan hukum Bismar Siregar, 1986: 5. Demikian pula secara tegas Paulus Hadisuprapto, anak dalam kehidupannya di masyarakat memiliki hak-hak yang harus dilindungi 1996: 15. Perlindungan anak menurut Pasal 1 butir 2 UU Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak- haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Mengenai hak-hak anak sudah diatur dalam berbagai peraturan perundangan. Dalam Pasal 28 B ayat 2 UUD 1945 perubahan kedua ditentukan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Hak-hak anak menurut UU Kesejahteraan Anak meliputi:

1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan