Dasar Hukum Sistem Resi Gudang di Indonesia Kelembagaan dalam Sistem Resi Gudang

211 amanat “terbuka” kepada para perantara yang aktifdi Bursa untuk membeli atau menjual pada saat tercapainya harga tertentu untuk komoditi tertentu yang disimpan di gudang tertentu; b. Semakin besar transparansi dari perbedaan harga dan lokasi, semakin besar peluang memperbaiki hubungan antara tempat dan mutu. Oleh karenanya mereka yang memerlukan komoditi akan dapat membuat pilihan yang lebih rasional mengenai tingkat mutu grade komoditi yang mereka perlukan dan tempat pengambilan barang yang mereka inginkan. Hal yang sama jika terjadi perbedaan yang melebihi harga awalnya, di mana pedagang dan pihak lain akan melakukan transasi arbitrase. Misalnya dengan memindahkan komoditi dari satu gudang ke gudang lainnya. c. Pedagang akan lebih fleksibel dalam melakukan “selling short” menjual komoditi yang belum dimiliki, karena mereka yakin akan adanya pasar yang memberikan akses kepada pasokan Resi Gudang. d. Mendorong aktifnya spekulator, karena mereka akan lenih mudah menyimpan Resi Gudang daripada menyimpan komoditi secara fisik. Keterlibatan seperti ini akan meningkatkan likuiditas pasar, yang pada akhirnya dapat menurunkan biaya transaksi.

3. Dasar Hukum Sistem Resi Gudang di Indonesia

Ada beberapa dasar hukum mengenai sistem resi gudang di Indonesia, yaitu: a. Undang-undang No. 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang 212 b. Undang-undang No. 9 Tahun 2011 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang c. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Undang- undang No. 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang d. Peraturan Menteri Perdagangan No. 26M-DAGPER62007 Tentang Barang Yang Sapat Disimpan Di Gudang Dalam penyelenggaraan Sistem Resi Gudang. e. Peraturan Kepala Bappebti tentang Peraturan Teknis Pelaksanaan Sistem Resi Gudang.

4. Kelembagaan dalam Sistem Resi Gudang

Kelembagaan yang terlibat dalam Sistem Resi Gudang adalah: a. Badan Pengawas adalah Badan Pengawas sistem Resi Gudang, yaitu unit organisasi di bawah menteri Perdagangan yang diberi wewenang untuk melakukan pembinaan pengaturan, dan pengawasan pelaksanaan Sistem Resi Gudang Berdasarkan Ketentuan Peralihan dalam UU No. 92006 tentang Sistem Resi Gudang, sebelum Badan Pengawas dibentuk maka tugas, fungsi dan kewenangan Badan Pengawas dilaksanakan oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi BAPPEBTI. b. Pengelola Gudang adalah badan usaha yang berbadan hukum Perseroan Terbatas atau Koperasi yang melakukan usaha pergudangan dan mendapatkan persetujuan Badan Pengawas untuk melakukan penyimpanan, pemeliharaan, 213 dan pengawasan barang yang disimpan oleh pemilik barang serta berhak menerbitkan Resi Gudang. c. Lembaga Penilaian Kesesuaian adalah lembaga yang telah memperoleh persetujuan Badan Pengawas untuk melakukan serangkaiankegiatan menilai atau membuktikan bahwa persyaratan tertentu yang berkaitan dengan produk proses. Sistem danatau personal terpenuhi. d. Pusat Regrestasi adalah Badan usaha berbadan hukum yang mendapatkan Badan Pengawas untuk melakukan penatausahaan Resi Gudang, yang meliputi pencatatan, penyimpanan, pemindahbukuan, kepemilikan, pembebanan Hak Jaminan, pelaporan serta penyediaan sistem dan jaringan informasi.

5. Persyaratan Komoditi dalam Sistem Resi Gudang