160 benda tetap Pasal 200 KHI. Adapun jenis benda yang dapat diwasiatkan harus
memenuhi syarat, yaitu “harus merupakan hak dari pewasiat”.
Syarat ijab dan qabul wasiat yaitu melalui pernyataan, atau isyarat yang dapat dipahami, tetapi jika pemberi wasiat tidak sanggup berbicara maka ijab dapat
dilakukan dengan tulisan.
7. Bentuk Wasiat
Wasiat dapat dilakukan dengan cara lisan maupun tertulis. Berdasarkan Pasal 195 KHI, dapat disimpulkan bahwa wasiat tertulis dapat dibuat dengan akta
di bawah tangan dan akta otentik. Wasiat lisan maupun tertulis harus dilakukan dihadapan dua orang saksi. Apabila wasiat ditujukan kepada ahli waris, maka
persetujuan ahli waris yang lain mutlak diperlukan, baik lisan maupun tertulis dihadapan dua orang saksi atau di hadapan notaris.
8. Besarnya Wasiat
Pemberi wasiat adakalanya mempunyai ahli waris dan adakalanya tidak mempunyai ahli waris. Apabila pemberi wasiat mempunyai ahli waris, maka ia
tidak boleh mewasiatkan lebih dari sepertiga. Hal ini berdasarkan Hadist Rasulullah:
“Rasulullah SAW datang mengunjungi saya pada tahun haji Wada’, waktu saya sakit keras. Lalu saya bertanya: Hai Rasulullah, saya sedang sakit keras, bagaima
pendapat Tuan. Saya ini orang berada, akan tetapi tak ada yang dapat mewarisi hartaku selain seorang anak perempuan, apakah sebaiknya saya wasiatkan dua
pertiga hartaku untuk beramal? Jangan, jawab Rasulullah,. Separoh ya Rasulullah?, sambungku. Jangan jawab Rasulullah. Lalu sepertiga? Sambungku lagi. Rasulullah
menjawab, sepertiga. Sebab sepertiga itu banyak dan besar, karena jika kamu meninggalkan ahli waris dalam keadaan cukup adalah lebih baik daripada kamu
meninggalkan mereka dalam keadaan miskin yang meminta-minta kepada orang banyak HR. Bukhari Muslim.
” Apabila ia mewasiatkan lebih dari sepertiga, maka wasiatnya tidak dapat
dilaksanakan kecuali atas ijin dari para ahli waris. Demikian pula, seandainya
161 pemberi wasiat tidak mempunyai ahli waris, maka iapun tidak boleh mewasiatkan
lebih dari sepertiga Sayyid Sabiq, 1987: 250.
9. Batalnya Wasiat.
Menurut Pasal 197 ayat 1 KHI wasiat menjadi batal apabila calon penerima wasiat berdasarkan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap dihukum karena: 1 Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya
berat pada pewasiat. 2 Dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa
pewasiat telah melakukan kejahatan yang diancam hukuman lima tahun atau hukuman yang lebih berat.dipersalahkan dengan kekerasan atau
ancaman mencegah pewasiat untuk membuat atau mencabut atau mengubah wasiat untuk kepentingan calon penerima wasiat.
3 Dipersalahkan telah menggelapkan atau merusak atau memalsukan surat wasiat dari pewasiat.
Selanjutnya menurut Pasal 197 ayat 2 KHI, wasiat menjadi batal apabila orang yang ditunjuk untuk menerima wasiat itu:
1 Tidak mengetahui adanya wasiat tersebut sampai ia meninggal dunia sebelum pewasiat meninggal.
2 Mengetahui adanya wasiat tersebut, tetapi ia menolak untuk menerimanya. 3 Mengetahui adanya wasiat tersebut, tetapi tidak pernah menyatakan
menerima atau menolak sampai ia meninggal dunia sebelum meninggalnya pewasiat.
10. Pencabutan Wasiat