Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat

7 Dalam konsiderans huruf c UU Perlindungan Anak dinyatakan bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran yang strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Jadi kelangsungan bangsa ke depan dapat dikatakan berada di tangan anak-anak Indonesia karena mereka sebagai generasi penerus. Dengan demikian anak-anak Indonesia perlu diselamatkan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang cerdas, tangguh, berakhlak mulia, yang memiliki nasionalisme yang tinggi. Untuk itu kekuasaan orang tua terhadap anak perlu dibatasi agar dapat mewujudkan perlindungan terhadap anak, agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar. Setiap anak tidak pernah minta dilahirkan, tetapi sekali ia lahir ia berhak mendapat perlindungan hukum Bismar Siregar, 1986: 5. Demikian pula secara tegas Paulus Hadisuprapto, anak dalam kehidupannya di masyarakat memiliki hak-hak yang harus dilindungi 1996: 15. Perlindungan anak menurut Pasal 1 butir 2 UU Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak- haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Mengenai hak-hak anak sudah diatur dalam berbagai peraturan perundangan. Dalam Pasal 28 B ayat 2 UUD 1945 perubahan kedua ditentukan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Hak-hak anak menurut UU Kesejahteraan Anak meliputi:

1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan

berdasarkan kasih sayang. 8

2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan

kehidupan sosialnya.

3. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat

membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar. Dalam UU Perlindungan Anak diatur berbagai macam hak anak, yaitu: 1. Hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang. 2. Hak atas nama. 3. Hak untuk beribadah. 4. Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial. 5. Hak memperoleh pendidikan. 6. Hak untuk menyatakan dan didengar pendapatnya. Dalam Al-Quran surat Al-An ’am ayat 151 Allah SWT berfirman yang artinya ‘Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin, Kami akan memberikan rizki kepadamu dan kepada mereka ’. Berdasarkan ayat ini, Al-Quran mengatur hak anak yaitu hak untuk hidup dan Allah yang menjamin rizki seorang anak. Anak dalam pandangan agama fiqh adalah orang yang belum dewasa, sehingga dalam pendekatan ini agama Islam mengenal dua istilah yaitu anak batasannya sebelum baligh dan dewasa adalah yang sudah baligh. Bagi anak laki-laki pencapaian masa baligh ditandai dengan ‘mimpi basah ’ dan bagi anak perempuan ditandai dengan ‘menstruasi’. Orang dewasa dalam pendekatan fiqh sudah dikenakan konsekwensi logis dari kewajiban beragama. Jika seorang anak mengalami baligh pada usia 15 tahun maka dalam perspektif fiqh, sama hak dan kewajibannya dengan orang dewasa Ahmad Azhar Basyir, 2000: 31. Dalam perspektif pendidikan, anak adalah subyek sekaligus obyek pendidikan. Tugas dari pendidik adalah mengantarkan anak menuju proses 9 menjadi manusia dewasa. Pengertian dewasa adalah matang secara psikologis maupun fisiologis. Tugas mendidik anak secara kodrati adalah orang tua, sehingga orang tua memiliki kewajiban utama dalam menuntaskan pendidikan anak. Sekolah dalam hal ini guru adalah pendidik kedua. Maka pendidikan yang diterimakan kepada anak adalah pendidikan yang mengarah pada kematangan mental –psikologis dan jasmaniah– fisiologis. Beberapa ajaran normatif Islam misalnya: Rasulullah SAW bersabda, اوﻣرﻛأ مﻛدﻻوأ اوﻧﺳﺣاو مﮭﺑادآ Artinya:’ Hormatilah anak-anak kalian dan perbaikilah perangainya. ’ Perlu dicatat juga bahwa pendidikan jasmani anak termasuk ke dalam bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan jiwa, mental, dan kepribadian. Bahkan faktor ini bisa disebut sangat penting sehingga Rasulullah sendiri bersabda, اوﻣﻠﻋ مﻛدﻻوأ ﺔﺣﺎﺑﺳﻟا ﺔﯾﺎﻣرﻟاو Artinya: ‘Ajarilah anakmu berenang dan memanah ’. Menurut Abdullah Nasih ’Ulwan Buku: Tarbiyatul Aulad fil Islam, ada lima pendekatan Pendidikan anak dalam Islam yang bisa dilakukan oleh orang tua.Yang pertama adalah melalui Keteladanan atau Qudwah, yang kedua adalah dengan Pembiasaan atau Aadah, yang ketiga adalah melalui Pemberian Nasehat atau Mau ’izhoh, yang keempat dengan melaksanakan Mekanisme Kontrol atau Mulahazhoh, sedangkan yang terakhir dan merupakan pengaman hasil pendidikan adalah Metode Pendidikan melalui Sistem sangsi atau Uqubah. Pada point yang terakhir yaitu sanksi atua hukuman, dalam islam ada hadits : Rasulullah Saw pernah bersabda: “Perintahlah anak-anakmu untuk melaksanakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun. Pukullah mereka jika sampai berusia sepuluh tahun mereka tetap enggan mengerjakan shalat. ” [HR. Abu Dawud dan al-Hakim]. Teks hadits ini kadang sering dipahami penekanannya pada ‘pukullah’ padahal makna mendidik itu menjadi yang lebih diutamakan, dan hukuman yang diberikan harus bersifat mendidik 10 Berbagai hak anak yang tersebar dalam berbagai peraturan perundangan dan metode pendekatan pendidikan yang terdapat dalam agama Islam tersebut pada hakekatnya merupakan upaya perlindungan terhadap anak. Dalam penjelasan UU Perlindungan Anak dinyatakan bahwa anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas maka perumusan masalahnya adalah: 1. Bagaimanakah konsep pembatasan kekuasaan orang tua terhadap anak perspektif hukum Islam dan hukum perdata? 2. Apakah konsep pembatasan kekuasaan orang tua dapat mewujudkan perlindungan terhadap anak?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui konsep pembatasan kekuasaan orang tua terhadap anak menurut hukum Islam dan hukum perdata. 2. Untuk mengetahui apakah konsep pembatasan kekuasaan orang tua tersebut dapat mewujudkan perlindungan terhadap anak.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan Hukum Orang dan Keluarga khususnya dalam bidang Hukum Perlindungan Anak. Selain itu juga untuk memberikan pemahaman dan pedoman praktis bagi masyarakat mengenai pembatasan kekuasaan orang tua terhadap anak dalam upaya mewujudkan perlindungan terhadap 11 anak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Mengenai Kekuasaan Orang Tua

1. Pengertian Kekuasaan Orang Tua.