Sifat Perjanjian Jual Beli. Bentuk Perjanjian Jual Beli.

68 barang yang dibeli dibayar dengan benda maka yang terjadi adalah perjanjian tukar menukar, bukan perjanjian jual beli.

2. Sifat Perjanjian Jual Beli.

Perjanjian jual beli bersifat konsensuil, artinya bahwa perjanjian jual beli sudah dianggap lahir sejak saat tercapainya kata sepakat mengenai barang dan harga. Sepakat merupakan pertemuan antara dua kehendak, dimana kehendak orang yang satu saling mengisi dengan apa yang dikehendaki pihak lain Satrio, 1992:128. Hal ini dapat diketahui dari Pasal 1458 KUHPerdata, yang menyebutkan bahwa jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah mereka mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar. Selain bersifat konsensuil, perjanjian jual beli juga mempunyai sifat obligatoir, artinya bahwa lahirnya perjanjian jual beli belum memindahkan hak milik, penyerahan adalah perbuatan hukum yang memindahkan hak milik Subekti, 1996: 27.

3. Bentuk Perjanjian Jual Beli.

Dilihat dari bentuknya, perjanjian dibedakan menjadi 2 yaitu perjanjian lisan dan perjanjian tertulis. Perjanjian tertulis dapat dibedakan lagi menjadi perjanjian tertulis yang dibawah tangan dan perjanjian tertulis yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang yang disebut dengan akta otentik. Pada prinsipnya perjanjian jual beli bentuk nya bebas artinya boleh dibuat dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tertulis, KUHPdt tidak mengharuskan perjanjian jual beli harus dibuat dalam bentuk tertentu, kecuali perjanjian-perjanjian tertentu yang oleh undang- 69 undang ditetapkan harus dibuat dalam bentuk tertentu, seperti perjanjian jual beli tanah. Pasal 37 Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 1997 menentukan bahwa peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan, dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. Artinya bahwa perjanjian jual beli tanah harus dibuat dalam bentuk akta otentik.

4. Obyek Perjanjian Jual Beli