155 dilakukan dengan jalan wasiat atau wasiat wajibah, yang bagiannya tidak melebihi
13 bagian harta peninggalan yang siap dibagikan kepada para ahli waris yang lain.
5. Penggolongan Ahli Waris
Ahli waris dapat digolongkan menjadi beberapa golongan atas dasar tinjauan dari segi kelamin dan dari segi haknya atas harta warisan. Dari segi
kelaminnya, ahli waris dibagi menjadi dua golongan, yaitu ahli waris laki-laki dan ahli waris perempuan. Sedangkan menurut Hazairin ahli waris yang memperoleh
bagian dari segi haknya adalah ahli waris dzawil Furudl, ashabah, dzawil arkham dan ahli waris penggantian tempat mawali Rachmad Budiono, 1999:22.
1. Ahli Waris Dzawil Furudl Ahli waris dzawil furudl adalah ahli waris yang mempunyai bagian-bagian
tertentu sebagaimana disebutkan dalam Al Qur ’an dan Sunnah. Bagian-bagian
tertentu tersebut ialah: ½,13,14,16,18, dan 23.
2. Ahli Waris Ashabah Ahli waris ashabah adalah ahli waris yang tidak memperoleh bagian
tertentu, tetapi mereka berhak mendapatkan seluruh harta warisan jika tidak ada ahli waris dzawil furudl sama sekali; jika ada ahli waris dzawil furudl, berhak atas
sisanya; dan apabila tidak ada sisa sama sekali, tidak mendapat bagian apapun. Adapun macam-macam ahli waris ashabah adalah:
a Ashabah Bin Nafsi artinya ahli waris ashabah dengan sendirinya, tidak karena ditarik oleh ahli waris lain atau tidak karena bersama-sama dengan ahli waris
lain. b Ashabah Bil Ghairi adalah ahli waris ashabah karena ditarik atau bersama ahli
waris lainnya. Ashabah bil ghairi ini adlah seorang wanita yang menjadi ashabah karena ditarik oleh ahli waris laki-laki.
156 c Ashabah Ma
’al Ghairi adalah ahli waris ashabah karena bersama-sama dengan ahli waris keturunan perempuan.
3. Ahli Waris Dzawil Arkham. Ahli waris dzawil arkham adalah ahli waris yang mempunyai hubungan darah
dengan pewaris melalui anggota keluarga perempuan. 4. Ahli Waris Penggantian Tempat Mawali
Mawali adalah ahli waris yang menggantikan seseorang untuk memperoleh bagian warisan yang tadinya akan diperoleh oleh orang yang digantikan itu
seandainya ia masih hidup. Orang yang digantikan itu ialah penghubung antara ahli waris pengganti dengan pewaris. Contohnya cucu yang orang tuanya meninggal
dunia lebih dahulu daripada kakeknya. Cucu tersebut mewaris dari kakeknya. Orangtua cucu yang meninggal dunia itu merupakan penghubung antara cucu
dengan kakeknya. Pencetus gagasan bahwa hukum kewarisan Islam mengenal penggantian
tempat adalah Prof. Hazairin. Pendapat Beliau berdasarkan ketentuan QS. An Nisa ayat 7, 11 dan ayat 33. Menurut Hazairin, penggantian tempat dapat terjadi bagi
ahli waris dalam garis lurus ke bawah cucu menggantikan orangtuanya yang meninggal terlebih dahulu, ahli waris dalam garis lurus ke samping
kemenakananak dari saudara perempuan, ahli waris dalam garis lurus ke atas kakekayahnya ibu. Menurut Hazairin, garis pokok penggantian tempat adalah
suatu cara untuk menentukan siapa-siapa ahli waris. Tiap-tiap ahli waris berdiri sendiri sebagai ahli waris, dia bukan menggantikan ahli waris yang lain Hazairin
dalam Rachmad Budiono, 1999: 37. Di dalam Kompilasi Hukum Islam juga dikenal mewaris karena
penggantian tempat mawali. Hal ini diatur dalam Pasal 185 KHI yang menentukan:
1 Ahli waris yang meninggal lebih dahulu daripada si pewaris maka kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka yang tersebut
dalam Pasal 173 KHI;
157 2 Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang
sederajat dengan yang diganti.
B. Tinjauan tentang Hibah dan Wasiat dalam Hukum Islam 1. Pengertian Hibah
Menurut Pasal 171 huruf g Kompilasi Hukum Islam, hibah adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang kepada
orang lain yang masih hidup untuk dimiliki.
2. Rukun Hibah