11 anak.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Mengenai Kekuasaan Orang Tua
1. Pengertian Kekuasaan Orang Tua.
Menurut Abdulkadir Muhammad 1989: 95 kekuasaan orang tua adalah hak dan kewajiban orang tua terhadap anak. Dalam perspektif
hukum Islam istilah kekuasaaan orang tua disebut dengan perwalian. Hal ini bisa disimpulkan dari ketentuan Pasal 107-112 Kompilasi Hukum Islam.
Sejak zaman Romawi anak-anak selalu berada di bawah kekuasaan ayahnya patria potetas, kekuasaan ini bersifat mutlak, artinya baik orang
lain, maupun negara tidak dapat melakukan campur tangan, akan tetapi lambat laun hal tersebut berubah dan kekuasaan tersebut makin lama
makin berkurang Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan 1995: 200. Patria potetas pada asasnya adalah suatu hak dari ayah bahwa ayah
mempunyai purbowaseso selengkap-lengkapnya atas nasib dari anak dan anak sama sekali tunduk pada kekuasaan ayah itu Rachmadi Usman,
2006: 361. Penyiksaan terhadap anak-anak telah dimulai sejak jaman Yunani dan Romawi Kuno, ayah sebagai pemegang kekuasaan absolut
terhadap keluarga yang menentukan mati hidup anak-anaknya, dengan jalan membunuh anak-anak yang dianggap lemah dengan harapan hanya
yang kuatlah yang dapat hidup Andry, 2008:1. Pasal 299 KUHPerdata menentukan sepanjang perkawinan bapak
dan ibu, tiap-tiap anak sampai ia menjadi dewasa, tetap bernaung di bawah kekuasaan mereka, sekedar mereka tidak dibebaskan atau dipecat dari
kekuasaan itu. Dengan demikian menurut KUHPerdata kekuasaan orang tua terhadap anak berada pada kedua orang tua dan tidak hanya di tangan
ayah saja. Hal senada terdapat dalam Pasal 45 ayat 1 UUP yang
12 menentukan bahwa kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-
anak mereka sebaik-baiknya.
2. Ruang Lingkup Kekuasaan Orang Tua Kekuasaan orang tua meliputi dua hal, yaitu:
a Kekuasaan terhadap pribadi anak
Menurut Pasal 298 ayat 2 KUHPerdata bapak dan ibu keduanya wajib memelihara dan mendidik sekalian anak mereka yang belum
dewasa. Kewajiban pemeliharaan adalah pemberian tempat tinggal, makanan, pakaian dan perawatan jika anak sakit, sedangkan pendidikan
yang dimaksud ialah mendidik anak menjadi makhluk sosial, dan menyekolahkan anak agar dapat hidup mandiri di kemudian hari
Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan 1995: 202. Kekuasaan orang tua terhadap pribadi anak menurut Pasal 45
ayat 1 UUP ditentukan yang berbunyi ‘kedua orang tua wajib
memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya ’. Menurut
Pasal 45 ayat 2 UUP kewajiban orang tua yang dimaksud dalam Pasal 45 ayat 1 tersebut berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri
sendiri, kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.
Menurut Pasal 298 ayat 1 KUHPerdata ditentukan bahwa setiap anak dalam umur berapapun juga wajib menaruh kehormatan dan
keseganan terhadap bapak dan ibunya. Demikian juga menurut Pasal 46 ayat 1 UUP ditentukan bahwa anak wajib menghormati orang tua dan
mentaati kehendak mereka yang baik. Jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya, orang tua dan keluarga dalam
garis lurus ke atas, bila mereka itu memerlukan bantuannya Pasal 46 ayat 2 UUP.
13
b Kekuasaan terhadap harta benda anak.
Kekuasaan orang tua terhadap harta benda anak ditentukan dalam Pasal 307 ayat 1 KUHPerdata yang mengatur bahwa pemegang
kekuasaan orang tua terhadap anak yang belum dewasa harus mengurus harta kekayaan anak itu.
Anak merupakan golongan orang yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum. Dengan demikian pengurusan dan tanggung jawab
terhadap harta benda anak diwakili oleh orang tuanya. Dalam Pasal 47 ayat 2 UUP jo Pasal 98 ayat 2 Kompilasi Hukum Islam ditentukan
bahwa orang tua mewakili anak mengenai perbuatan hukum di dalam dan di luar Pengadilan.
Pasal 48 UUP jo Pasal 110 Kompilasi Hukum Islam menentukan bahwa orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak
atau menggadaikan barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan
perkawinan, kecuali apabila kepentingan anak itu menghendakinya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa orang tua tidak boleh menjual,
menghibahkan atau menjaminkan harta-harta milik anaknya kecuali hal itu untuk kepentingan anaknya. Misalnya; menjual harta anaknya untuk
biaya pengobatan anaknya atau untuk biaya sekolah anaknya.
3. Pencabutan Kekuasaan Orang Tua