Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3. Metode Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan metode pengumpulan data sekunder yang diperoleh sumber tertulis dan beberapa instansi terkait. Metode pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

3.3.1. Penentuan Informan Kunci

Penentuan informan kunci merupakan proses penting sebelum dilakukannya proses wawancara mendalam. Informasi yang didapat diharapkan menjadi data yang bisa digunakan dalam kepentingan penelitian. Informan kunci yang ditentukan yaitu tokoh masyarakat, pemerintah setempat, praktisi dan pihak-pihak yang terkait dengan upaya pelestarian dan pengembangan kawasan cagar budaya.

3.3.2. Kuisioner

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pengisian kuisioner dengan beberapa orang informan kunci key informan yang telah ditetapkan sebelumnya. Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulirformulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti Mardalis, 2008. Kuesioer berisikan daftar pertanyaan yang dibuat secara berstruktur dengan bentuk pertanyaan pilihan program menggunakan skala prioritas. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang persepsi pengembangan kawasan cagar budaya dari responden.

3.3.3. Survei GPS

Pengumpulan data koordinat dilakukan dengan melakukan survey objek dan bangunan cagar budaya di enam kecamatan Kota Bogor dengan menggunakan alat GPS Global Positioning System. GPS adalah suatu sistem navigasi yang memanfaatkan satelit. Penerima GPS alat GPS memperoleh sinyal dari beberapa satelit yang mengorbit bumi. GPS dapat memberikan informasi posisi dan waktu dengan ketelitian sangat tinggi. Data-data yang diambil berbentuk titik dari bangunan cagar budaya. Data waypoints bersifat seperti titik yang menginformasikan posisi secara akurat dan tepat mengenai bangunan cagar budaya.

3.4. Teknik Analisis Data

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, teknik analisis data yang digunakan dapat diuraikan sebagai berikut;

3.4.1. Analisis Kepadatan Kernel Density

Keberadaan bangunan cagar budaya Kota Bogor hampir tersebar diseluruh kecamatan dengan kondisi yang berbeda-beda satu sama lain. Konsentrasi bangunan cagar budaya secara spasial atau cagar budaya sebagai sebuah kawasan pada sebuah kota dianggap memiliki daya tarik wisata dibandingkan dengan satu bangunan cagar budaya yang saling terpisah jauh dari bangunan lainnya. Pandangan ini berdasarkan hasil analisa ruang dan waktu, yang mengindikasikan referensi para wisatawan untuk berkunjung dan berkumpul Dietvorst 1995. Untuk itu setelah dilakukan proses inventarisir, proses pengelompokkan bangunan cagar budaya merupakan hal yang perlu dilakukan dalam menilai dan melakukan analisis lebih lanjut. Konsentrasi bangunan cagar budaya secara spasial atau cagar budaya sebagai sebuah kawasan pada sebuah kota dianggap memiliki daya tarik wisata dibandingkan dengan satu bangunan cagar budaya yang saling terpisah jauh dari bangunan lainnya. Dalam mengukur kepadatan sebaran bangunan cagar budaya maka digunakan metode Kernel Density. Kernel Density mengukur kepadatan objek dengan menghitung kedekatan jarak antara satu objek terhadap objek yang lain secara kontinyu. Lingkup analisa Kernel Density bekerja pada titik-titik bangunan cagar budaya secara kontinyu dengan Kota Bogor sebagai batas wilayah analisa dan tidak melakukan analisis berdasarkan wilayah administrasi kelurahan. Hal tersebut membutuhkan proses selanjutnya yaitu dengan melakukan overlay peta jenis kepadatan bangunan cagar budaya dengan batas wilayah administrasi kelurahan di Kota Bogor. Kernel Density menelusuri radius pencarian yang disebut dengan bandwidth dengan persamaan sebagai berikut: Search Radius = 0.9 ∗ min 1 ln 2 ∗ ∗ −0.2 dimana:  SD adalah jarak standar  D m adalah jarak median  n adalah jumlah titik atau jumlah populasi Gambar 10. Ilustrasi Input-Output pada Arcgis Menggunakan Kernel Density.

3.4.2. Analisis Pusat dan Hierarki Pelayanan

Kawasan-kawasan cagar budaya yang terbentuk memiliki keterkaitan dengan wilayah administrasi baik kelurahan maupun kecamatan. Menghitung pertumbuhan wilayah berdasarkan wilayah administrasi dapat dilakukan untuk mengetahui sejauh mana wilayah tersebut dapat mendukung keberadaan kawasan cagar budaya. Perkembangan wilayah diketahui dengan mengukur sejauh mana wilayah tersebut berkembang dengan ciri perkembangan perkotaan yang meliputi jumlah dan jenis fasilitas perkotaan yang telah ada, dengan menggunakan Analisis Skalogram. Analisis skalogram merupakan analisis yang digunakan untuk menentukan hirarki wilayah terhadap jenis dan jumlah sarana dan prasarana yang tersedia. Analisis ini menggunakan data Potensi Desa dengan parameter yang diukur meliputi