Kelurahan Babakan Pasar dan Pasar Bogor telah menjadi pusat aktifitas ekonomi bahkan dari masa pemerintahan kolonial. Penamaan jalan yang awalnya
bernama Handelstraat yang berarti jalan perdagangan, kemudian berubah menjadi Jalan Perniagaan pada masa kemerdekaan, dan akhirnya saat ini menjadi Jalan
Suryakencana, telah menjadi bagian yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian Kota Bogor. Keberadaan pasar dengan dampak positif dan negatif
terhadap kawasan, telah menjadi bagian yang sulit untuk dipisahkan. Permasalahan yang identik dengan kawasan ini meliputi sampah, macet, dan tidak berfungsinya
sarana pedestrian. Di sisi lain Kelurahan Babakan Pasar tidak hanya meninggalkan tinggalan cagar budaya berupa fisik seperti bangunan-bangunan yang masih ada,
namun juga masih menyisakan aktifitas budaya yang sampai saat ini masih terjaga.
Kawasan Pecinan Kota Bogor tetap menjadi tema kawasan cagar budaya di Kelurahan Babakan Pasar. Selain menjadi pusat aktifitas keagamaan, Vihara
Dhanagun telah menjadi pusat aktifitas budaya etnis Thionghoa yang masih terjaga dari masa ke masa. Selain itu Vihara Dhanagun dapat didorong menjadi pusat
informasi cagar budaya yang ada di Kelurahan Babakan. Cap Go Meh merupakan sebuah produk budaya yang telah mampu menjaga dan melestarikan budaya dengan
mengkolaborasikan bentuk-bentuk budaya lintas etnis budaya dan lintas masa. Perpaduan seni budaya tradisional dan modern, menjadikan Cap Go Meh menjadi
salah satu street festival terbesar di tingkat nasional. Pagelaran-pagelaran kecil selain Cap Go Meh masih bisa dilakukan baik dalam jangka waktu dua atau empat bulan
sekali, sehingga semarak warna Pecinan dapat menyala sepanjang tahun.
Keberadaan Pulo Geulis sebagai sebuah kawasan yang mencakup dua RW di Kelurahan Babakan Pasar, juga dapat menjadi daya tarik lain yang telah menjadi
bukti akulturasi yang terjadi sekian lama di Kota Bogor. Salah satu bangunan yang ada di Pulo Geulis adalah Vihara Mahabrahma yang tidak hanya menjadi tempat
ibadah saja, namun menjadi sarana sosial bagi warga sekitar. Kelurahan Babakan Pasar juga masih memiliki bangunan rumah tinggal khas yang bergaya etnis seperti
Rumah Luitenant Lie Beng Hok, dan bangunan rumah tinggal lain yang diantaranya ada yang tidak terawat. Bangunan cagar budaya rumah tinggal yang mulai tidak
terawat, dapat dijadikan museum atau galeri produk budaya Thionghoa atau bahkan homestay. Wisata kuliner khas dapat diadakan pada malam hari dengan
memanfaatkan beberapa ruas jalan yang ada.
Gambar 32. Contoh Bangunan Cagar Budaya di Kelurahan Babakan Pasar.
5.4.5. Kelurahan Pabaton
Kelurahan Pabaton merupakan kelurahan yang memiliki jumlah penduduk terkecil dan terpadat diantara kelurahan prioritas lainnya. Dengan jumlah penduduk
mencapai 2,693 jiwa dan luas wilayah sebesar 0.63 km
2
, Kelurahan Pabaton memiliki kepadatan penduduk sebesar 4,275 per km
2
pada tahun 2014. Hal ini mengakibatkan pergerakan orang di Kelurahan Pabaton berada di bawah empat
kelurahan prioritas lain yaitu sejumlah 3,888 orang per hari pada tahun 2011 dan diprediksikan mencapai 4,361 orang per hari atau sekitar 1,591,822 orang per tahun
pada tahun 2016. Ketersediaan fasilitas dan jumlah penduduk mendorong Kelurahan Pabaton memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi di Kota Bogor dan berada pada
Hirarki I dengan nilai indeks pertumbuhan wilayah sebesar 817,5 pada tahun 2014.
Dalam rencana pola ruang kawasan budidaya yang terdapat pada RTRW Kota Bogor Tahun 2011-2031, wilayah Kelurahan Pabaton diarahkan untuk kawasan
perumahan kepadatan sedang dengan proporsi luas mencapai 38.1, kawasan militer dengan proporsi luas mencapai 21.8, dan kawasan perdagangan dengan proporsi
luas mencapai 17.6 dari seluruh luas wilayah kelurahan. Hal tersebut seperti ditunjukkan pada tabel berikut di bawah ini.
Tabel 35. Proporsi Luas Wilayah Kelurahan Pabaton berdasarkan Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya, RTRW Kota Bogor Tahun 2011-2031.
No Rencana Pola Ruang
Luas km persegi
persen 1
Sempadan Saluran 0.0008
0.12 2
Hutan Kota 0.0000
0.00
3 Militer
0.1387 21.8
4 Pemerintahan
0.0487 7.67
5 RTH Kebun Penelitian
0.0006 0.09
6 RTH
0.0092 1.45
7 Jasa
0.0578 9.09
8 Perdagangan
0.1120 17.6
9 Fasilitas Pendidikan
0.0254 4.00
10 Fasilitas Peribadatan
0.0000 0.01
11 Rumah Sedang
0.2421 38.1
Total 0.6353
100 Keberadaan kawasan militer dengan luas mencapai 0.14 km
2
, menjadi ciri khas Kelurahan Pabaton dibandingkan dengan kelurahan prioritas lain. Keberadaan
berbagai fasilitas militer tersebut tidak lepas dari keberadaan istana sebagai pusat pemerintahan yang membutuhkan jaminan keamanan dalam berjalannya roda
pemerintahan. Kelurahan Pabaton memiliki 33 bangunan cagar budaya yang 90.9 diantaranya berkondisi baik, 6.06 berkondisi sedang, dan 3.03 lainnya berkondisi
kurang baik. Walaupun terdapat 21 bangunan atau sekitar 63.6 bangunan yang kurang memiliki fungsi wisata dan 20 bangunan atau sekitar 60.6 bangunan yang
kurang memiliki akses yang baik untuk aktifitas wisata, namun masih terdapat 33.3 bangunan yang memiliki fungsi sedang dan 39.4 bangunan yang memiliki akses
sedang untuk aktifitas wisata. Upaya peningkatan dan penyesuaian bangunan yang
bernilai sedang terhadap aktifitas wisata, dapat menambah nilai potensi kawasan sebagai kawasan wisata cagar budaya.
Tabel 36. Potensi Wisata Bangunan Cagar Budaya di Kelurahan Pabaton.
Kriteria Kondisi
Fungsi Akses
Jumlah Persen
Jumlah Persen
Jumlah Persen
Baik 30
90.9 1
3.03 0.00
Sedang 2
6.06 11
33.3 13
39.4 Kurang
1 3.03
21 63.6
20 60.6
Jumlah 33
100 33
100 33
100
Gambar 33. Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya dan Sebaran Bangunan Cagar Budaya di Kelurahan Pabaton.
Keberadaan fasilitas pemerintahan seperti Balaikota Bogor, Gedung Karesidenan Bogor BKPP Wilayah I, Dinas Pengawasan Bangunan dan
Pemukiman, dan fasilitas militer seperti Markas KODIM 0606, Monumen dan Museum PETA, Pusdikzi, menjadikan kawasan cagar budaya Kelurahan Pabaton
kental dengan nuansa pusat pemerintahan dan militer jika dibandingkan dengan kelurahan prioritas lainnya. Konsep umum aktifitas wisata yang dapat dilakukan
tidak berbeda jauh seperti pada Kelurahan Paledang. Tema besar kawasan wisata cagar budaya yang dapat ditawarkan adalah dengan memadukan antara wisata
budaya, pendidikan bidang pemerintahan dan kemiliteran. Setiap bangunan cagar budaya yang merupakan perkantoran atau fasilitas militer, dapat membuka
kunjungan diluar atau disesuaikan dengan jam kantor. Target wisatawan lebih cenderung pada wisatawan lokal baik umum ataupun pelajar.
Gambar 34. Contoh Bangunan Cagar Budaya di Kelurahan Pabaton.