budaya, pendidikan bidang pemerintahan dan kemiliteran. Setiap bangunan cagar budaya yang merupakan perkantoran atau fasilitas militer, dapat membuka
kunjungan diluar atau disesuaikan dengan jam kantor. Target wisatawan lebih cenderung pada wisatawan lokal baik umum ataupun pelajar.
Gambar 34. Contoh Bangunan Cagar Budaya di Kelurahan Pabaton.
5.5. Arah Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Kota Bogor
Dalam menentukan arah pengembangan yang diimplementasikan secara teknis melalui program prioritas yang harus dilakukan, maka dibangun sebuah hirarki
tujuan dan variabel yang diidentifikasi melalui persepsi para tokoh kunci tentang prioritas program pengembangan terkait pelestarian dan pengelolaan cagar budaya
melalui metode AHP Analytic Hierarchy Process. Dari kerangka program yang telah dibangun, terdapat empat program utama dalam pengembangan kawasan cagar
budaya menjadi wisata perkotaan yang meliputi:
1. Perlindungan Kawasan, terkait dengan kepastian dan perlindungan secara
hukum, melalui bentuk-bentuk upaya legal yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
2. Sarana Prasarana Pendukung, terkait dengan penyediaan infrastruktur yang
mendukung upaya pengembangan dan pemanfaatan kawasan cagar budaya sehingga memiliki nilai tambah.
3. Pemberdayaan dan Penyadaran Masyarakat, terkait dengan upaya-upaya
yang dilakukan terhadap masyarakat lokal yang berada di kawasan cagar budaya dan masyarakat pada umumnya.
4. Penguatan Citra Kawasan, terkait dengan upaya mengembalikan,
memperbaiki, menambah cagar budaya baik berupa fisik maupun non fisik.
Prioritas pertama dari keempat program yang mendukung pengembangan kawasan cagar budaya menjadi kawasan wisata perkotaan, adalah pemberdayaan dan
penyadaran terhadap masyarakat yang diikuti oleh program perlindungan terhadap kawasan. Dua hal tersebut dinilai sangat penting dilakukan terlebih dahulu sehingga
program pengadaan sarana dan prasarana pendukung serta penguatan citra kawasan dapat dilakukan setelahnya.
Gambar 35. Program Prioritas yang Mendukung Pengembangan Kawasan Wisata Cagar Budaya.
Dalam aspek pemberdayan dan penyadaran masyarakat, terdapat tiga program penting yang menjadi bagian di dalamnya. Ketiga program beserta penjelasan singkat
masing-masing program diuraikan sebagai berikut: a.
Kelembagaan Pelestarian dan pemanfaatan cagar budaya memerlukan keberpihakan dan
keterlibatan berbagai unsur, baik dari pemerintah maupun unsur lain yang ada di masyarakat. Agar upaya tersebut dapat berjalan dengan baik, maka
diperlukan peran-peran antar para pihak yang terorganisir secara baik. Adanya koordinasi harmonis antar lembaga, diharapkan dapat mendukung
pelestarian cagar budaya. Kelembagaan dapat berasal dari lingkungan Pemerintahan Kota Bogor meliputi Dinas teknis di bawahnya seperti Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Bina Marga, serta Dinas Pengawasan Bangunan dan Permukiman. Kelembagaan lain dapat juga dari instansi
vertikal, institusi pendidikan, atau Lembaga Swadaya Masyarakat LSM. Namun salah satu bagian terpenting adalah mendorong mulculnya
kelembagaan lokal yang aktif dalam upaya pelestarian dan pemanfaatan. Munculnya inisiatif-inisiatif lokal sebagai bagian terdekat dari sebuah
kawasan cagar budaya menjadikan upaya pelestarian dan pemanfaatan dapat lebih efektif.
b. Partisipasi Masyarakat
Partispasi masyarakat
merupakan modal
dan kunci
keberhasilan pembangunan baik dari sisi perencanaan, pengawasan maupun pelaksanaan.
Hal tersebut termasuk dalam proses pelestarian dan pengembangan sebuah kawasan cagar budaya. Masyarakat menjadi merasa memiliki atas rencana
yang disusun bersama, kemudian lebih diberdayakan dengan menerima tanggung jawab yang makin bertambah atas pengembangan dan pelaksanaan
rencana. Pembuat keputusan terpusat pada masyarakat, dimana masyarakat mengembangkan rencana tindakan dan mengelola kegiatan mereka berdasar
prioritas dan gagasan mereka sendiri. Bentuk partisipasi untuk pelestarian bangunan cagar budaya melibatkan juga pemilik atau pengelola bangunan
cagar budaya dengan pihak lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan pemilik bangunan dalam usaha pelestarian bangunan cagar budaya. Bentuk
partisipasi yang diterapkan untuk pelestarian bangunan cagar budaya antara lain Titik et al., 2011 berbagi informasi, konsultasi, kolaborasi dan
pemberdayaan.
c. Kampanye
Upaya pelestarian dan pemanfaatan cagar budaya termasuk mendorong kawasan cagar budaya menjadi salah satu potensi wisata kota membutuhkan
gerakan massal yang tidak hanya dilakukan dan dipahami sebagian orang saja. Di tengah massive nya perubahan kota, jika perhatian yang diberikan
hanya sedikit dan oleh sebagian orang saja, maka bukan tidak mungkin keberadaan cagar budaya dapat hilang begitu saja. Oleh karena itu dibutuhkan
tidak hanya sekedar publikasi namun juga upaya mempengaruhi, gerakan penyadaran, pemberian pemahaman, mendorong perhatian, dan pencapaian
dukungan terhadap upaya pelestarian cagar budaya sehingga pemanfaatannya termasuk menjadikannya sebagai potensi wisata perkotaan dapat dilakukan
secara optimal. Hal tersebut dapat dilakukan melalui media, kegiatan-kegiatan pendidikan, workshop, pameran dan sebagainya, dari mulai sasaran
terspesifik seperti pelajar sampai umum.
Prioritas pertama dalam mendukung pemberdayaan dan penyadaran masyarakat, adalah pembentukan dan penguatan kelembagaan yang terkait dengan
pengelolaan dan pelestarian kawasan cagar budaya di Kota Bogor. Setelah itu program yang dilakukan selanjutnya adalah mendorong partisipasi masyarakat secara
umum dan upaya kampanye tentang pentingnya pelestarian dan pengelolaan kawasan cagar budaya.
Gambar 36. Prioritas dalam Pemberdayaan dan Penyadaran Masyarakat
Gambar 37. Prioritas dalam Perlindungan Kawasan
Dalam aspek perlindungan kawasan, terdapat tiga program penting yang menjadi bagian di dalamnya. Ketiga program beserta penjelasan singkat masing-
masing program diuraikan sebagai berikut: a.
Payung Hukum Keberadaan Cagar Budaya telah dilindungi oleh Undang-Undang No. 11
Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan didukung dasar hukum lain seperti yang termuat juga pada Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Namun dalam implementasi di daerah seperti di Kota Bogor, undang- undang tersebut perlu didampingi oleh peraturan daerah sehingga upaya
pelestarian dapat berlangsung secara lebih operasional. Selain keberadaan peraturan daerah perlu didukung pula dalam dokumen lain salah satunya yang
terkait dengan ruang dan kawasan adalah dokumen Rencana Tata Ruang