bidang sarana perekonomian, sarana komunikasi dan informasi, sarana kesehatan, sarana pendidikan terhadap jumlah penduduk disetiap kelurahan di Kawasan Cagar
Budaya Kota Bogor. Tahapan kegiatan pada analisis data dengan metode skalogram adalah: 1. Melakukan pemilihan terhadap data yang bersifat kuantitatif; sehingga
hanya data yang relevan saja yang digunakan; 2. Melakukan rasionalisasi data; 3. Melakukan seleksi terhadap data-data hasil rasionalisasi hingga diperoleh variabel
untuk analisis skalogram yang mencirikan tingkat perkembangan masing-masing wilayah; 4. Melakukan standarisasi data terhadap variabel tersebut sebelum
menentukan indeks perkembangan desakelurahan IPD di masing-masing kelurahan menggunakan rumus sebagai berikut:
��� = �′ dimana �′ =
� − � ��
Keterangan : IPD
j
I
ij
=Indeks Perkembangan Desa ke-j I’
ij
=Nilai skor sarana prasarana ke-i desa ke-j I
i
min =Nilai skor sarana prasarana ke-i terkecil minimum SD
i
= Simpangan baku sarana prasarana ke-i Setelah proses pembakuan selesai, kemudian dilakukan penjumlahan nilai baku
tersebut untuk setiap kelurahan. Untuk melihat struktur wilayah dilakukan sortasi data dimana wilayah yang mempunyai nilai yang paling besar diletakkan di barisan
atas dan fasilitas yang paling banyak berada di kolom kiri. Indeks Perkembangan Wilayah dikelompokkan ke dalam tiga kelas hirarki, yaitu; hirarki I tinggi, hirarki
II sedang, hirarkki III rendah. Penentuannya didasarkan pada nilai hasil standar deviasi IPD dan nilai rataannya, sehingga mendapat selang hirarki untuk menentukan
kelas hirarki seperti pada ditunjukkan Tabel 4.
Tabel 4. Penentuan nilai selang kelas hirarki untuk Analisis Skalogram.
No Kelas
Nilai Selang Tingkat Hirarki
1 Hirarki I
X [rataan + St Dev.IPW] Tinggi
2 Hirarki II
rataan X St Dev.IPW Sedang
3 Hirarki III
X rataan Rendah
3.4.3. Analisis Pembobotan Rank Order Centroid ROC
Metode ini disebut dengan pembobotan rank order centroid ROC karena bobot tersebut mencerminkan pusat dari gugus data yang didefinisikan oleh peringkat
kriteria. Dengan kriteria yang lebih banyak, kesalahan untuk peringkat kriteria akan jauh lebih sedikit. Istilah rank order centroid diciptakan oleh F. H. Barron dan B.
E. Barrett, yang juga berpendapat dapat digunakan dalam pembuat keputusan multi- atribut. Idenya adalah untuk mengkonversi peringkat pertama, kedua, ketiga,
keempat ke dalam nilai-nilai yang dinormalisasi pada skala interval 0.0-1.0. Cara yang jelas untuk mencapai ini adalah dengan mengasumsikan setiap peringkat
didistribusikan secara merata dalam interval satuan. Metode ini merupakan cara sederhana dalam memberikan bobot sejumlah peringkat menurut kepentingan. Para
pembuat keputusan biasanya dapat lebih mudah menentukan peringkat daripada memberikan bobot kepada mereka. Metode ini menjadikan peringkat sebagai input
dan mengubahnya menjadi bobot untuk masing-masing kriteria.
Pendekatan metode rank order centroid menghasilkan perkiraan bobot yang meminimalisir
tingkat kesalahan
maksimum setiap
pembobotan dengan
mengidentifikasi pusat dari semua kemungkinan bobot dalam mempertahankan urutan peringkat dari kepentingan tujuan. Barron dan Barrett [1996a] menemukan
bahwa bobot yang diperoleh dengan cara ini ternyata sangat stabil. Jika diketahui urutan peringkat bobot sebenarnya, tetapi informasi kuantitatif lainnya tidak
diketahui, maka dapat diasumsikan bahwa bobot merata pada urutan peringkat bobot secara searah, w
r1
≥ w
r2
≥ … ≥ w
rn
, dimana w
r1
+ w
r2
+ … + w
rn
= 1 dan r
i
adalah posisi peringkat dari w
ri
. Sebagai contoh jika n = 2 dan w
r1
≥ w
r2
hal ini berarti 0.5 ≤ w
r1
≤ 1. Jika pembuat keputusan tidak mengetahui nilai w
r1
, maka dapat diasumsikan probalilitas sebaran w
r1
adalah merata antara 0.5 dan 1. Nilai yang diharapkan adalah Ew
r1
= 0.75 yang berarti Ew
r2
= 0.25. Barron dan Berret 1996 membuat generalisasi pada kondisi n 2, dengan nilai yang diharapkan dari sebuah bobot dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut: � � =
1 1
=
dimana: n : jumlah kriteria
w
j
: bobot untuk kriteria j Contoh lain jika terdapat 4 kriteria, maka kriteria peringkat pertama akan
diperoleh 1 + 12 + 13 + 14 4 = 0,521, kedua akan diperoleh 12 + 13 + 14 4 = 0,271, ketiga 13 + 14 4 = 0,146, dan yang terakhir 14 4 = 0,062.
3.4.4. Analisis AHP Analytical Hierarchy Process
Dalam menentukan arah pengembangan yang diimplementasikan secara teknis melalui program prioritas yang harus dilakukan, maka dibangun sebuah hirarki
tujuan dan variabel yang diidentifikasi melalui persepsi para tokoh kunci tentang prioritas program pengembangan terkait pelestarian dan pengelolaan cagar budaya
melalui metode AHP Analytic Hierarchy Process. Terdapat hirarki empat program utama dan 11 sub-program yang ditawarkan kepada para tokoh kunci seperti
ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 11. Kerangka Hirarki pengembangan Kawasan Cagar Budaya sebagai Potensi Wisata Perkotaan Kota Bogor.