Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap

114 Kelompok ikan a ß E opt = a2ß trip MSY = a 2 4ß ton Pelagis 8.117120327 0.000516825525 7,852.86 31,871.32 Demersal 0.6533 0.00004190114 7795.29 2546.19 Keterangan: CPUE = a + ßE, a = kanstanta, ß koefisien regresi dari effort E opt = effort optimum trip MSY = Maximum Sustainable Yield ton Hasil analisis potensi lestari untuk ikan demersal diperoleh nilai MSY sebesar 2546.19 ton per tahun, sementara tingkat pemanfaatannya pada tahun 2004 tercatat sebesar 2,350.20 ton atau hanya 80.20 dari produksi lestarinya Tabel 28. Tabel 28 Tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di Teluk Jakarta Kelompok ikan MSY ton C 2004 ton C 2004 terhadap MSY Keterangan Pelagis 31,871.32 51,334.60 161.07 Overfishing Demersal 2546.19 2,350.20 80.20 Underfishing Dengan demikian maka sumberdaya perikanan di Teluk Jakarta untuk ikan pelagis telah terjadi overfishing, sementara sumberdaya ikan masih underfishing.

5.3.2 Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap

Optimalisasi pemanfatan sumberdaya perikanan tangkap ditujukan untuk mengetahui alokasi jumlah penggunaan alat tangkap dan penggunaan sumberdaya yang tersedia dalam rangka menghasilkan pendapatan yang setinggi-tingginya tanpa merusak kelestarian sumberdaya ikan itu sendiri. Solusi optimal untuk penggunaan alat tangkap dan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di Teluk Jakarta yang tersedia menghasilkan pendapatan optimal sebesar Rp.156.219,1 juta pertahun untuk seluruh nelayan pemilik. Pendapatan ini akan diperoleh dengan menggunakan alat tangkap Jaring dan Bubu. Solusi optimal tidak merekomendasikan penggunaan alat payang dan pancing di perairan Teluk Jakarta. Penggunaan alat payang justru akan menurunkan pendapatan optimal. Sementara tidak munculnya pancing dalam solusi optimal disebabkan karena alat tangkap ini memberikan hasil yang paling 115 kecil. Sehingga walaupun alat tangkap ini sangat baik jika dilihat dari sisi konservasi, tetapi alokasi optimal tidak merekomendasikan penggunaan pancing. Perbandingan antara penggunaan alat tangkap pada kondisi optimal dengan saat ini dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29 Alokasi penggunaan alat tangkap dan solusi optimal di Teluk Jakarta Variabel Keputusan Jenis Alat Tangkap Aktual unit Solusi Opt. unit Pengurangan unit JRGIN Jaring Insang 9.108 2361 6.747 PYNG Payang 424 424 PNCG Pancing 1.152 1.152 BUBU Bubu 6.893 337 6.556 Berdasarkan Tabel 29 diatas, jumlah alat tangkap untuk jaring insang harus dikurangi sebesar 6.747 unit., Payang dan pancing tidak digunakan sama sekali, sementara bubu masing-masing dikurangi sebanyak 6.556 unit. Solusi optimal juga menghasilkan nilai sisa untuk fungsi kendala sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 30. Berdasarkan tabel tersebut, jumlah produksi ikan pelagis maupun demersal sudah habis terpakai. Sementara untuk sumberdaya lainnya masih terdapat sisa. Tabel 30 Nilai sisa pemakaian sumberdaya perikanan tangkap menurut solusi basis di Teluk Jakarta No Jenis Sumberdaya Kendala RHS Nilai Sisa 1 Jumlah hari orang kerja HOK 125.936,00 38.318,33 2 MSY Pelagis ton 31.871,32 0.00 3 MSY Demersal ton 2.546,19 0.00 4 Effort Optimum Pelagis trip 670.782,73 33.356,35 5 Effort Optimum Demersal trip 135.144,49 33,296.87 6 Bahan bakarliter 242.080,00 199.123,16 7 Luas Perairan Baik Hektar 23.993,20 347,09 8 Ketersediaan umpan kg 235,00 235 Merujuk pada Tabel 30 diatas, dapat disimpulkan bahwa pada kondisi optimal, produksi dapat ditingkatkan hingga mencapai kondisi lestarinya. Pada kondisi optimal tersebut masih terdapat sisa Hari Orang Kerja HOK sebesar 38.318,33. Demikian juga dengan effort, penggunaan bahan bakar dan pemanfaatan luas perairan dengan kriteria baik. Munculnya nilai sisa yang cukup 116 besar pada HOK dan BBM terkait dengan pengurangan jumlah armada penangkapan yang dioperasikan pada kondisi optimal tersebut. Tidak munculnya payang dan pancing pada solusi optimal berdampak pada harus dikuranginya jumlah nelayan yang selama ini mengoperasikan payang dan alat tangkap. Jika kondisi optimal ini akan diambil diwujudkan, maka pengalihan aktifitas nelayan tangkap ke bidang pekerjaan lain menjadi issue penting yang harus ditangani. Kondisi optimal tersebut tidak akan berubah pada selang range tertentu, hasil analisis selang terhadap kendala dapat dilihat pada Tabel 31. Pada kondisi optimal, pengurangan HOK yang diperkenankan sehingga tidak merubah tujuan adalah 66,159 . Sementara potensi ikan pelagis dan demersal peningkatan yang diperobehkan masing-masing adalah 1,470 dan 33,891 . Hal ini memperlihatkan bahwa potensi sumberdaya ikan menjadi kendala utama sementara untuk kendala lainnya tidak memiliki rentang atas, sehingga penambahan berapapun tidak akan merubah kondisi optimal. Tabel 31 Selang range fungsi kendala RHS Peningkatan yang diperbolehkan Pengurangan yang diperbolehkan Peningkatan Pengurangan HOK 125.936 Tak terbatas 83.318,34 Tak terbatas 66,159 MSY Pelagis 31.871,32 468,576 31.871,32 1,470 100,000 MSY Demersal 2.456,.18 832,422 2.546,19 33,891 103,665 Trip Pelagis 670.782,3 Tak terbatas 33.356,35 Tak terbatas 4,973 Trip Demersal 135,144,5 Tak terbatas 33.296,88 Tak terbatas 24,638 BBM 242.080 Tak terbatas 199.123,20 Tak terbatas 82,255 Umpan 235 Tak terbatas 235,00 Tak terbatas 100,000 Luas Perairan 23.993,2 Tak terbatas 347,09 Tak terbatas 1,447 Hasil analisis LGP untuk mengetahui pencapaian tujuan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap menunjukkan bahwa pengalokasian alat tangkap yang direkomendasikan dapat meminimumkan deviasi. Besaran target berdasarkan hasil analisis LGP tersebut dapat dilihat pada Tabel 32. 117 Tabel 32 Pencapaian tujuan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap menurut solusi optimal di Teluk Jakarta No Meminimumkan deviasi tujuan Besaran Target DU dan DO Pencapaian target 1 Pendapatan Maksimum Rp. Juta 156.219,10 155.591,14 2 Penyerapan Tenaga Kerja HOK 125.936,00 119.313,24 94,74 3 Pemanfaatan SumDa Ikan Pelagis ton 31.871,32 29.720,99 93,25 4 Pemanfaatan SumDa Ikan Demersal ton 2.546,19 2.493,15 101,58 5 Memenuhi Permintaan Ekspor ton 29.108,23 29.108,23 100,00 6 Memenuhi Permintaan Konsumsi ton 27.056,77 27.056,77 100,00 Keterangan: DU = pencapaian kurang underachievement dari target DO = pencapaian lebih overachievement dari target Tabel 32 diatas memperlihatkan bahwa pendapatan maksimum nelayan mencapai 155.591,14 juta rupiah pertahun 99,59 tercapai. Penyerapan tenaga kerja yang dicapai dari target awal sebesar 119.313,24 HOK 94,74 yang tercapai. Target permintaan ekspor dan konsumsi seluruhnya dapat tercapai 100 . Sedangkan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis sebesar 29.720.99 ton 93,25 dari target sebesar 31.871,32 ton. Pemanfaatan sumberdaya ikan demersal menurut kondisi optimal adalah 2.493,15 ton 101,05 dari target sebesar 2.546,19 ton. Dengan solusi optimal dapat disimpulkan bahwa pendapatan hampir mencapai maksimum 99,59 dengan melakukan penghematan penggunaan sumberdaya, baik itu tenaga kerja maupun potensi sumberdaya ikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi optimal, pemanfaatan sumberdaya perikanan pelagis dan demersal berada sedikit dibawah tingkat lestarinya. Masalah yang muncul dari solusi optimal adalah perlunya alokasi sumberdaya manusia ke bidang usaha di luar perikanan. Hal ini disebabkan karena pada kondisi optimal, penggunaan sumberdaya manusia harus dikurangi, data dan perhitungan optimalisasi dapat dilihat pada Lampiran 17 sd 19.

5.4 Pembahasan