Linear programming Linear goal programming

38 Dalam kondisi open access, suatu perikanan akan mencapai titik keseimbangan pada tingkat effort E dimana penerimaan total TR sama dengan biaya total TC. Dalam hal ini, pelaku perikanan hanya menerima rente ekonomi sumberdaya = nol. Tingkat effort pada posisi ini adalah tingkat effort keseimbangan yang oleh Gordon disebut sebagai ”bioeconomic equilibrium of open access fishery” . Pada setiap tingkat effort di bawah E penerimaan total akan melebihi biaya total.

2.5.3 Optimalisasi

Dalam penentuan optimalisasi ada beberapa teori untuk menghitung suatu lahanlingkungan yang mempunyai kualitas untuk menghasilkan nilai kuantitatif. Menurut Snadgrass dan Wallace 1977 , ekonomi merupakan proses pengalokasian sumberdaya yang langka pada pilihan yang kompetitif dengan tujuan untuk maksimalisasi profit atas pilihan tersebut sepanjang waktu dengan tetap menjaga kemungkinan untuk memelihara dan memodifikasi sistem pilihan yang bersangkutan. Dalam pengelolaan wilayah pesisir pilihan-pilihan tersebut menjadi relatif lebih baik sesuai dengan daya dukung cariying capacity sumber daya lahan. Pada prinsipnya optimalisasi pembangunan wilayah pesisir adalah untuk mendapatkan “rente ekonomi” yang maksimal dengan “dampak negatif “ yang minimal dari sumberdaya yang tersedia di wilayah pesisir.

2.5.3.1 Linear programming

Alat untuk melakukan optimalisasi secara kuantitatif adalah Linear Programming dan Goal Programming Heady dan Candler, 1958. Menurut Wagner 1980 setiap permasalahan optimalisasi dapat diselesaikan dengan linear programming sejauh permasalahan tersebut bersifat divisibel dan aditif. Divisibel artinya bahwa penggunaan sumber daya oleh setiap pilihan itu bersifat unik dan dapat dipisahkan atau dibedakan sedangkan aditif artinya hubungan antar perubahnya merupakan penjumlahan aljabar yang bersifat linear. Selanjutnya Wu dan Coppins 1981 menyebutkan asumsi linear, proporsional, aditif, divisibel dan determinan yaitu: 39 1 Linear artinya nisbah ratio antar input maupun nisbah antara input dengan output senantiasa tetap. 2 Proporsional artinya apabila variabel keputusan ditingkatkan 2 kali, maka pengaruhnya terhadap fungsi tujuan maupun terhadap fungsi kendala juga 2 kali lipat, Linear Programming tidak mengakomodasikan increasing d ecreasing return to scale dan set up cost. 3 Aditif artinya bahwa total biaya merupakan penjumlahan dari biaya individual; dan pengaruh total setiap kendala merupakan penjumlahan pengaruh individual setiap kendala yang berikut. 4 Divisible artinya variabel keputusan itu dapat dipilah-pilah menjadi fraksi- fraksi lain. 5 Determinan artinya seluruh parameter dalam model Linear Programming itu dianggap konstan.

2.5.3.2 Linear goal programming

Linear goal programming adalah metode program tujuan ganda yang dapat digunakan untuk masalah-masalah yang dapat diformulasikan dalam bentuk model linear. Goal Programming memiliki peubah deviasi deviational variable yang merupakan selisih perbedaan antara besarnya tujuan yang dicapai dan target yang ditetapkan. Perubahan deviasi ini digunakan dalam formulasi model goal programming, sehingga dapat dimasukkan beberapa tujuan yang hendak dicapai, ke dalam formulasi produk program linier. 2.6 Partisipasi Stakeholder Dalam Pengelolaan Sumberdaya PantaiPesisir Pengelolaan pantaipesisir sebaiknya dilakukan secara terpadu dengan melibatkan banyak pihak stakeholder. Menurut CRMP 2001, pengelolaan wilayah pesisir tidak hanya menyangkut wilayah saja, tetapi juga menyangkut sumberdaya manusia yang mempengaruhi serta sekaligus tergantung pada kondisi sumberdaya pesisir itu sendiri. Sumberdaya manusia memegang peranan penting, karena mereka yang membuat keputusan bagaimana sumberdaya pesisir dimanfaatkan, dan mereka pula yang menerima manfaat dari sumberdaya itu 40 sendiri. Masyarakat akan memperoleh kerugian jika sumberdaya tersebut tidak dikelola dengan baik dan berkelanjutan. Oleh karenanya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir merupakan faktor yang sangat penting. Tidak seperti sumberdaya lahan yang batas-batas pemilikannya jelas, sumberdaya pesisir dan perairan digolongkan sebagai common property dimana semua orang dapat memanfaatkannya. Karena sifat ini maka upaya proteksi dan konservasi sumberdaya pesisir menjadi sangat sulit dilakukan tanpa dukungan dan kerjasama masyarakat. Tujuan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir meliputi penyelesaian konflik penggunaan sumberdaya oleh masyarakat, meningkatkan kapasitas masyarakat, mendorong konservasi lingkungan, serta mendorong pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan. Isu mengenai kesetaraan, seperti kesetaraan jender, dan pemberdayaan sumberdaya lokal juga merupakan aspek yang harus diperhatikan dalam pendekatan berbasis partisipasi masyarakat. Partisipasi mensyaratkan bahwa masyarakat memiliki otoritas dalam pengelolaan sumberdaya pesisir serta yang isu yang menjadi konsern masyarakat lokal terwadahi dalam proses perencanaan pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu. Partisipasi akan mendorong pemberdayaan karena masyarakat belajar mengelola issue pemanfaatan sumberdaya pesisir serta sekaligus terlibat dalam mengimplementasikan rencana pengelolaan yang sudah disusun bersama-sama. Keterlibatan masyarakat tersebut berada dalam satu kontinum partisipasi. Mulai dari yang terendah dalam bentuk passive participation hingga yang tertinggi dalam bentuk self mobilization. Hirarkhi partisipasi itu sendiri yang disusun dari yang terlemah ke yang terkuat adalah sebagai berikut: passive participation, participation by information giving, participation by consultation, participation for materials incentive, functional participation, interactive participation, serta self-mobilization.

2.7 Analisis Karakteristik Sosial, Ekonomi dan Budaya