Perumusan Masalah Dampak Pembangunan Pantai Utara Jakarta Terhadap Kegiatan Perikanan

4 Dilatar-belakangi oleh hal tersebut, maka dilaksanakan penelitian untuk mengetahui dampak pembangunan pantai utara Jakarta terhadap kegiatan perikanan.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah utama yang berdampak pada keberlanjutan sumberdaya perikanan adalah aktivitas pembangunan fisik dan non fisik yang tidak terkait dengan perikanan. Aktivitas pembangunan telah menyebabkan pergeseran pola pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah penataan ruang, daya dukungnya serta kesesuaian lahan. Masalah tersebut semakin berkembang dan komplek seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Hal ini akan semakin berdampak negatif terhadap lingkungan tersebut baik dari sisi ekologis, sosial, ekonomi, budaya dan keamanan. Pantai Utara Jakarta, seperti kawasan pantai pada umumnya, merupakan wilayah peralihan interface antara ekosistem darat dan laut, sehingga memiliki komponen lingkungan didalamnya memiliki interaksi yang tinggi, termasuk hubungan antara kawasan ini dengan kawasan di pedalaman darat hinterland. Dengan potensi sumberdaya alam dan potensi jasa yang begitu besar, kawasan pantai Jakarta memiliki daya tarik tersendiri bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan kawasan pantai sebagai kawasan kegiatan ekonomi. Di sisi lain sejumlah instansi pemerintah cenderung menerapkan peraturan-peraturan tentang pemanfaatan kawasan pantai Jakarta dengan tujuan pengembangan perekonomian dan kesejahteraan masyarakatnya. Saat ini, pantai utara Jakarta mengakomodasi berbagai aktivitas ekonomi yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan tekanan yang signifikan terhadap menurunnya kualitas ekosistem dan biofisik. Aktivitas tersebut bervariasi dari industri, pelabuhan, pariwisata, perikanan dan pemukiman. Selain dampak biologis, aktivitas tersebut juga telah berdampak secara ekonomi pada sebagian masyarakat, khususnya nelayan yang hidupnya tergantung pada ketersediaan sumberdaya ikan di perairan pantai utara Jakarta. Penurunan daya dukung sumberdaya perikanan menyebabkan sebagian nelayan tidak memperoleh 5 hasil tangkapan yang memadai. Pada akhirnya kelompok masyarakat ini secara berangsur terpaksa beralih mencari sumber penghidupan lain. Lebih lanjut, terjadinya degradasi di wilayah pantai tidak hanya disebabkan oleh aktivitas di wilayah yang bersangkutan, tetapi juga oleh aktivitas di wilayah hinterland, misalnya oleh polusi dari aktivitas industri, penambangan, pertanian dan rumah tangga domestik. Sebaliknya, unsustainable practices yang berlangsung di wilayah pantai juga bisa menimbulkan dampak negatif bagi wilayah di perairan Yunis, 2001. Menurut Yunis 2001 faktor pendorong terjadinya tekanan terhadap ekosistem di wilayah pantai antara lain: aktivitas penduduk di wilayah pantai, kegiatan penangkapan dan budidaya perikanan, lalu lintas kapal shipping, pariwisata, praktek-praktek tata-guna lahan untuk pembangunan industri, pertanian, pemukiman serta perubahan iklim. Tekanan yang disebabkan oleh berbagai faktor tersebut berdampak pada : • Hilangnya sumberdaya perikanan sebagai akibat dari kerusakan terumbu karang, dan overf ishing. • Polusi di wilayah pantai dan sumberdaya air. • Degradasi lahan di dataran tinggi terjadinya desertification • Intrusi air laut sebagai akibat dari penyedotan air tanah yang berlebihan, penggunaan pupuk yang berlebihan serta erosi. • Hilangnya sumberdaya budaya, dan ketegangan sosial. • Hilangnya akses publik. • Kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Kondisi di atas menuntut strategi pembangunan perikanan yang berpihak pada keberlanjutan sustainability di wilayah pantai Jakarta. Charles 1994 menyatakan bahwa pembangunan perikanan pada dasarnya telah mengalami evolusi dari paradigma konservasi biologi ke paradigma rasionalisasi ekonomi dan kemudian ke paradigma sosialkomunitas. Menurut Charles 1994, pembangunan perikanan yang berkelanjutan harus dapat mengakomodasikan ketiga aspek tersebut. Lebih lanjut Alder et al. 2000 mengemukakan bahwa pendekatan yang terintegrasi tersebut harus pula dapat mengakomodasikan berbagai komponen yang menentukan keberlanjutan pembangunan perikanan. Komponen tersebut meliputi aspek ekologi, ekonomi teknologi, sosiologi dan 6 aspek etis. Dari setiap komponen tersebut ada beberapa atribut yang harus dipenuhi yang merupakan indikator keragaan perikanan sekaligus indikator keberlanjutan. Beberapa contoh atribut dari setiap komponen tersebut adalah: 1 Ekologi: tingkat eksploitasi, keragaman rekruitmen, perubahan ukuran tangkap, discard dan by catch serta produktivitas primer. 2 Ekonomi: kontribusi perikanan terhadap GDP, penyerapan tenaga kerja, sifat kepemilikan, tingkat subsidi dan alternatif pendapatan. 3 Sosial: pertumbuhan populasi, status konflik, tingkat pendidikan dan pengetahuan lingkungan environmental awarness. 4 Teknologi: lama trip penangkapan ikan, tempat pendaratan, selektifitas alat, ukuran kapal dan efek samping dari alat tangkap. 5 Etik : kesetaraan para pemanfaat sumberdaya ikan, illegal fishing, mitigasi terhadap habitat, mitigasi terhadap ekosistem dan sikap terhadap limbah dan by catch. Apabila kaidah pembangunan yang berkelanjutan dan holistik ini tidak dipenuhi maka pembangunan perikanan akan mengarah ke degradasi lingkungan, over eksploitasi dan destructive fishing practices. Hal ini dipicu oleh keinginan untuk memenuhi kepentingan sesaat generasi kini sehingga tingkat eksploitasi sumberdaya perikanan diarahkan sedemikian rupa untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya untuk masa kini. Oleh karenanya, menjadi jelas bahwa masalah di wilayah pantai bukan masalah yang sederhana yang membutuhkan skenario komplek untuk menanganinya. Penanganan ini menuntut keterlibatan berbagai stakeholder yang seringkali memiliki tujuan yang berbeda dalam pemanfaatan sumberdaya wilayah pantai, khususnya pantai utara Jakarta. Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka dalam penelitian ini dirumuskan sejumlah pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1 bagaimana dampak pembangunan fisik terhadap lingkungan perikanan di perairan teluk Jakarta; 2 bagaimana mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di Teluk Jakarta; 3 bagaimana persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan; dan 4 bagaimana strategi pengelolaan sumberdaya pantai agar lestari dan berkelanjutan 7

1.3 Tujuan