1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah pantai memegang peranan penting bagi penduduk Indonesia baik secara ekonomi maupun politik. Ekosistem pantai merupakan peralihan antara
daratan dan lautan, ekosistem ini umumnya dicirikan oleh tingginya keanekaragaman hayati biodiversitas. Lingkungan dan sumberdaya pantai
umumnya dimanfaatkan tidak hanya sebagai sumber pangan dan tambak, tetapi juga pemukiman, aktivitas ekonomi dan jasa. Wilayah ini memiliki potensi yang
sangat besar bila dikelola dengan baik, yaitu sesuai dengan perencanaan pembangunan yang lestari dan berkelanjutan. Akan tetapi ”kemajuan” yang
dihasilkan pembangunan tidak jarang dibarengi oleh kemunduran atau degradasi sumberdaya alam. Salah satu penyebab degradasi tersebut antara lain merupakan
akibat dari produk atau hasil yang tidak diinginkan, yaitu sampah, limbah dan buangan lainnya yang menjadi masalah bagi lingkungan. Fenomena degradasi
biogeofisik lingkungan dan sumberdaya pantai semakin memprihatinkan. Laju kerusakan ekosistem mangrove, terumbu karang dan estuari juga telah mencapai
tingkat yang mengkhawatirkan Fauzi dan Anna, 2002. Pada umumnya kerusakan tersebut akibat pembangunan yang didasarkan atas kepentingan
ekonomis semata tanpa menghiraukan daya dukung dan kelestariannya. Di kawasan Indonesia, praktek pembangunan perikanan yang kurang
memperhatikan kaidah keberlanjutan sustainability lewat destructive fishing practices
telah menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup signifikan. Kerugian yang diderita mencapai lebih kurang US. 386,000 per tahun akibat rusaknya
terumbu karang. Kerugian ini merupakan kerugian yang empat kali lebih besar dari manfaat yang diperoleh dari destructive fishing practices Fauzi dan Buchary,
2002. Di wilayah perairan Indonesia, degradasidepresiasi sumberdaya perikanan terutama terjadi di Selat Malaka, Teluk Jakarta, Pantai Utara Jawa, Makasar dan
sebagian Bali Anna, 1999., Fauzi dan Anna, 2002. Selain itu destructive fishing practices
juga telah berdampak pada kerugian sosial yang berupa hilangnya kesempatan kerja dan timbulnya konflik horizontal diantara pelaku perikanan itu
2 sendiri. Selain itu, manfaat yang seharusnya diperoleh oleh pemerintah dari
pengelolaan sumberdaya perikanan juga tidak didapat secara maksimum. Masalah lain yang berdampak pada keberlanjutan sumberdaya perikanan
adalah aktivitas pembangunan fisik dan non fisik yang tidak terkait dengan perikanan. Aktivitas pembangunan telah mengakibatkan pergeseran pola
pemanfaatan lahan yang tidak sesuai lagi dengan kaidah penataan ruang, daya dukungnya serta kesesuaian lahan. Masalah tersebut semakin berkembang dan
kompleks seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Hal ini akan semakin berdampak negatif terhadap lingkungan tersebut baik dari sisi ekologi, sosial,
ekonomi, budaya dan keamanan. Lebih lanjut, dalam satu abad terakhir, khususnya di pulau Jawa, kota-
kota besar terus berkembang dengan pertumbuhan yang relatif tinggi. Perkembangan yang pesat ini secara langsung maupun tidak langsung berdampak
pada terjadinya tekanan ekosistem pantai Sukardjo, 2002. Bukti-bukti empirik menunjukkan bahwa kerusakan di kawasan lingkungan pesisir dan lautan lebih
disebabkan paradigma dan praktek pembangunan yang selama ini ditetapkan belum sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sustainable
development .
Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang tidak memenuhi kaidah- kaidah pembangunan yang berkelanjutan secara signifikan mempengaruhi
ekosistemnya. Kegiatan pembangunan yang ada di kawasan ini dapat mempengaruhi produktivitas sumberdaya akibat proses produksi dan residu
dimana pemanfaatan yang berbeda dari sumberdaya pesisir sering memberikan konflik yang dapat berdampak timbal balik.
Persoalan umum pengelolaan sumberdaya wilayah pantai tersebut dihadapi juga oleh Jakarta. Wilayah pantai utara Jakarta memiliki peranan sangat
strategis karena sebagai peralihan antara ekosistem darat dan laut, wilayah ini memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang kaya.
Pembangunan pantai utara Jakarta secara ekonomis memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah PAD, baik berupa pelabuhan
Tanjung Priok, taman rekreasi Taman Impian Jaya Ancol, perikanan pelabuhan
3 perikanan Muara Baru dan Muara Angke, prasarana transportasi laut dan
perumahan di sekitar pantai. Wilayah pantai utara Jakarta secara administratif-politis sangat penting
karena merupakan bagian dari ibukota negara, secara ekonomis sangat berharga karena dapat memberikan nilai tambah yang sangat nyata pada perekonomian
masyarakat dan daerah. Jakarta Utara merupakan satu-satunya wilayah administratif yang memiliki pantai panjang pantai lebih kurang 35 km. Dengan
garis pantai yang cukup panjang ini maka sebagian wilayah Jakarta Utara merupakan ekosistem pantai. Ekosistem ini menanggung beban yang cukup berat,
karena berbagai aktivitas baik ekonomi, pembangunan dan aktivitas masyarakat di wilayah hulu akan bermuara ke daerah pantai. Sebagai akibatnya, sebagian
wilayah Jakarta Utara akan menampung beban polusi yang dihasilkan oleh daerah hulunya. Berbagai faktor memberikan kontribusi terhadap polusi dan
tekanan ekosistem pantai. Noronha 2002 mengemukakan bahwa tekanan terhadap ekosistem pantai merupakan fungsi dari perkembangan penduduk,
aktivitas utama masyarakat ekonomi, sosial, kebijakan makro dan sektoral serta globalisasi. Dalam modelnya, Noronha 2002 mengemukakan bahwa semakin
besar perkembangan penduduk, semakin aktif dan variatif aktivitas utama masyarakat, kebijakan makro yang kurang berpihak pada kelestarian lingkungan
serta dampak globalisasi akan meningkatkan tekanan terhadap ekosistem pantai. Kondisi yang sama juga diduga dialami oleh ekosistem pantai di Jakarta
Utara. Pertumbuhan penduduk 2,2 per tahun dan bisnis yang semakin pesat
yang dibarengi dengan pemanfaatan lahan di darat luasan lahan darat 165,793 km
2
dan perairan luasan lahan perairan kurang lebih 452,702 km
2
yang semakin intensif untuk berbagai peruntukan seperti pemukiman, perikanan, pelabuhan,
prasarana, obyek wisata dan lain-lain diduga akan menyebabkan tekanan ekologis terhadap ekosistem perairan, yang semakin meningkat. Pemanfaatan
lahan darat tersebut menghasilkan limbah industri dan limbah rumah tangga, sedangkan pemanfaatan Teluk Jakarta adalah reklamasi pantai dalam rangka
perluasan daerah industri, pemukiman, dan prasarana umum, serta penetapan sebagian perairan Teluk Jakarta untuk peruntukan tertentu, misalnya jalur
pelayaran dan kawasan pariwisata.
4 Dilatar-belakangi oleh hal tersebut, maka dilaksanakan penelitian untuk
mengetahui dampak pembangunan pantai utara Jakarta terhadap kegiatan perikanan.
1.2 Perumusan Masalah