2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan Pantai Pesisir
Wilayah pantaipesisir, tempat dimana daratan dan lautan bertemu merupakan kawasan yang didefinisikan sebagai daerah peralihan atau transisi, di
mana berbagai proses yang terjadi tergantung dari interaksi yang sangat intensif dari daratan dan lautan. Sorensen dan Mc.Creary, 1990. Secara ekologis Dahuri
et al . 1996 dan Clark 1996 berpendapat bahwa wilayah pesisir adalah suatu
wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut, ke arah darat mencakup daratan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses kelautan seperti pasang surut,
percikan air gelombang, intrusi air laut dan angin laut, ke arah laut wilayah pesisir meliputi perairan laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alamiah
dan kegiatan manusia di daratan, termasuk air sungai dan aliran air permukaan run off, sedimentasi, pencemaran dan lain-lain merupakan penghubung
channels bagi dampak yang dihasilkan dari kegiatan manusia di daratan ke lingkungan laut Wilson, 1998.
Wilayah pesisirpantai secara umum merupakan kawasan potensial sumberdaya alam, demikian pula kawasan pantai daratan merupakan kawasan
yang potensial akan sumber daya lahan, sehingga dengan berbagai kegiatan dalam pengelolaan sumberdaya lahan secara ekonomi dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat. Pengelolaan sumberdaya lahan sebagai kawasan tambak dapat meningkatkan perekonomian masyarakat melalui peningkatan produktivitas lahan
dan sebagai kawasan pariwisata dengan adanya daya tarik wisata dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta juga kawasan pesisir tempat yang
dihuni penduduk. Dari prospek cerah wilayah pesisir daratan untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat, jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk yang besar di wilayah ini menimbulkan berbagai tekanan terhadap sumberdaya wilayah pesisir perairan,
yang diindikasikan dengan munculnya berbagai masalah, antara lain seperti pencemaran perairan pesisir yang berakibat berkurangnya produksi ikan dan
keindahan pesisir pantai. Dari sekian banyak penyebab kerusakan lingkungan laut dan pesisir, pencemaran merupakan faktor paling penting Dahuri, 1998.
16 Sekitar 80 bahan pencemar yang ditemukan di laut adalah berasal dari kegiatan
manusia di daratan land-based activities UNEP, 1990. Bahan-bahan pencemar ini berasal dari berbagai kegiatan seperti kegiatan industri, pertanian, rumah
tangga dan lain-lain yang berada di kawasan pesisir daratan dan lahan atas, akhirnya dapat menimbulkan dampak negatif bukan saja perairan sungai
penerima, tetapi juga pesisir dan lautan. Menurut Sutamihardja et al. 1982 dan Dahuri 1998, secara garis besar
sumber pencemaran perairan pesisir dan lautan dapat dikelompokan menjadi tujuh kelas, yaitu industri, limbah cair permukiman sewage, limbah cair perkotaan
urban stormwater, pertambangan, pelayaran, pertanian dan perikanan budidaya. Sedangkan salah satu bahan pencemar utama yang terkandung dalam buangan
limbah dari ketujuh sumber tersebut adalah berupa sedimen. Besar kecilnya jumlah pencemaran sedimen dipengaruhi oleh besar kecilnya tingkat yang
dihasilkan dari kegiatan pemanfaatan ruang di wilayah pesisir daratan.
2.2 Pembangunan