Karakteristik sosial ekonomi dan budaya

141

7.3.1.2 Penggunaan lahan

Lahan di pantai utara Jakarta yang terletak di ibukota memiliki letak yang strategis, sehingga sangat potensial untuk memicu konflik pemanfaatan ruang, serta pelanggaran tata-ruang. Dengan letaknya yang strategis tersebut maka menjadi daya tarik bagi kaum migran, sehingga timbul berbagai pemukiman kumuh. Hasil analisis penggunaan lahan dalam kurun waktu 1998-2004 menunjukkan adanya perbedaan luas peruntukan lahan, terutama di area dekat pantai Cilincing, semula merupakan lahan tambaksawah dan rawa, pada tahun 2004 telah menjadi fasilitas pelabuhan berupa terminal kontainer. Di area Ancol Timur terdapat penambahan area lahan daratan hasil reklamasi yang semula berupa rawa dan perairan laut. Kegiatan reklamasi pantai ini memunculkan berbagai isu di masyarakat seperti pencemaran perairan hilangnya sempadan pantai dan mangrove, serta rawan banjir. Kondisi perubahan penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar 12.

7.3.2 Karakteristik sosial ekonomi dan budaya

Sebagian besar responden berada pada kelompok usia kurang dari 35 tahun. Ini berarti bahwa sebagian besar dari mereka termasuk kedalam kelompok usia produktif. Jika dilihat berdasarkan ukuran keluarga, hasil analisis menyimpulkan bahwa jumlah tanggungan responden cukup besar, yaitu 42,21 dari responden ternyata memiliki tanggungan keluarga kurang dari empat orang, sementara responden yang memiliki tanggungan keluarga lebih dari enam orang angkanya mencapai 34,02 . Gambaran ini menunjukkan bahwa beban nelayan yang beroperasi di Teluk Jakarta cukup berat. Karena mereka harus menanggung anggota keluarga yang cukup besar Sebagian besar responden memiliki pendapatan kurang dari Rp 200.000,- minggu. Rendahnya pendapatan yang diperoleh terkait dengan jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan di perairan Teluk Jakarta. Pada umumnya ikan yang ditangkap adalah ikan yang kurang memiliki nilai ekonomis. Secara umum, penilaian responden nelayan tangkap terhadap pengelolaan sumberdaya pantai Teluk Jakarta ternyata cukup baik. Hal ini secara tidak 142 langsung berarti pula pemahaman nelayan tangkap tentang pengelolaan sumberdaya pantai cukup baik. Hasil analisis PCA terhadap nelayan tangkap diperoleh gambaran bahwa dengan menggunakan 7 variabel yang telah direduksi, yaitu: Persepsi Terhadap Kondisi Sumberdaya Perikanan KSI, Pentingnya Pengelolaan Sumberdaya Ikan PPI, Partisipasi Masyarakat dalam konservasi PKS, Persepsi nelayan terhadap hasil tangkapan SHT, Partisipasi masyarakat dalam konservasi sumberdaya pantai PKP, Persepsi masyarakat terhadap sumber pencaharian SPN, serta Partisipasi dalam perumusan kebijakan PPK, diperoleh ragam sumbu utama pertama hingga keempat mencapai 76,79 . Hal ini berarti 76,79 dari data hasil analisis dapat diterangkan hingga sumbu utama keempat. Sementara ragam sumbu pertama dan kedua masing-masing sebesar 31,223 dan 19,909. Komponen utama pertama hingga keempat secara berurutan memiliki akar ciri eigenvalue 2,185575; 1,393678; 1,002124 dan 0,793932. Sedangkan untuk nelayan pemandu wisata dengan menggunakan 7 variabel memperlihatkan hasil yang lebih menyebar yaitu ragam pada sumbu utama pertama hingga keempat mencapai 83,09 . Hal ini berarti 83,09 dari data hasil analisis dapat diterangkan hingga sumbu utama keempat. Ragam sumbu utama pertama dan kedua untuk nelayan pemandu wisata, masing-masing adalah: 34,789 dan 17,995 . Komponen utama pertama hingga keempat secara berurutan memiliki akar ciri eigenvalue 2,435283; 1,259687; 1,146587 dan 0,974523

7.3.3 Isu yang berkembang dalam pengelolaan sumberdaya saat ini