Kesimpulan Dampak Pembangunan Pantai Utara Jakarta Terhadap Kegiatan Perikanan

96

4.5 Kesimpulan

Dengan membandingkan data tahun 2004 dengan data-data sebelumnya diketahui bahwa kualitas perairan di wilayah Teluk Jakarta Wilayah Jakarta Utara telah menurun tajam dan kurang memadai untuk perikanan. Pembangunan di kawasan pesisir yang hanya berorientasi pada kepentingan di daratan dan mengabaikan kepentingan perikanan di perairan berdampak negatif terhadap penurunan kualitas perairan tersebut, dalam aspek penurunan kualitas menyangkut kandungan senyawa-senyawa kimia yang berpengaruh pada kehidupan biota laut seperti oksigen terlarut, ammonia, nitrat, nitrit, dan fosfor. Di samping itu, pembangunan pesisir tidak mampu mencegah peningkatan pencemaran melalui aliran sungai dalam bentuk pencemaran PCB dan pestisida. Penurunan kualitas perairan dan ekosistem pantai tersebut merupakan dampak dari aktivitas pembangunan dan penduduk di Jakarta pada umumnya dan Jakarta Utara pada Khususnya. Kontribusi sektor industri pengolahan, perdagangan, jasa serta pengangkutan dan komunikasi telah berdampak pada perubahan tata guna lahan yang makin menekan kondisi ekosistem pantai dan perairan. Oleh karenanya diperlukan berbagai upaya untuk menentukan batas optimal penggunaan lahan dan aktifitas ekonomi yang tidak berdampak buruk pada kondisi ekosistem pantai dan perairan. Berdasarkan optimalisasi tersebut dapat dirancang berbagai strategi yang berpihak pada konservasi dan keberlanjutan sustainabilitas sumberdaya perikanan. 5 OPTIMALISASI USAHA PERIKANAN DI TELUK JAKARTA 5.1 Pendahuluan Undang-undang Republik Indonesia nomor UU 322004 mengenai Otonomi Daerah, bahwa wilayah propinsi sebagaimana yang dimaksud, terdiri atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh 12 mil laut yang diukur dari garis pantai ke arah lepas atau ke arah perairan kepulauan. Wilayah pesisir dan pulau dipandang dari segi pembangunan merupakan potensi sumberdaya yang dapat diperbaharui pulih, terdiri atas : perikanan laut tangkap, budidaya, dan pascapanen, hutan mangrove, terumbu karang, industri bioteknologi kelautan dan pulau-pulau kecil Dahuri, 2001. UU No.32 Tahun 2004 menyatakan bahwa kewenangan daerah di wilayah laut sebagaimana di maksud pada pasal 3, meliputi: 1 eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut sebatas wilayah laut tersebut; 2 pengaturan kepentingan administrasi; 3 pengaturan tata ruang; 4 penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah yang dilimpahkan kewenangannya oleh pemerintah; dan 5 bantuan penegak keamanan dan kedaulatan negara. Mengingat kegiatan pemanfaatan sumberdaya produksi ikan terkait dengan kelestarian sumberdaya perikanan, maka semua kebijakan yang ditetapkan mempertimbangkan keberadaan sumberdaya dalam jangka waktu yang relatif lama. Ketentuan umum Undang-Undang No.9 Tahun 1985 tentang perikanan menyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya perikanan adalah semua upaya termasuk kebijakan dan non-kebijakan yang bertujuan agar sumberdaya ini dapat dimanfaatkan secara optimal dan berlangsung secara terus menerus. Konflik dalam pemanfaatan wilayah pantai terkait dengan kompetisi pemanfaatan sumberdaya yang langka disepanjang pantai untuk berbagai kepentingan. Kompetisi ini pada baberapa hal dapat menimbulkan tejadinya eksternalitas. Karena adanya kompetisi kepentingan maka merupakan tantangan tersendiri bagi pengambil kebijakan untuk dapat mengalokasikan lahan pantai dan sumberdaya lainnya yang relevan secara optimal. Dalam kaitannya dengan alokasi 98 pemanfaatan sumberdaya, isu-isu penting yang muncul adalah: tipe lahan apa yang dapat dimanfaatkan, berapa besarnya sumberdaya yang dialokasikan untuk kepentingan tersebut serta pada aktivitas apa sumberdaya tersebut harus dialokasikan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sebenarnya merupakan masalah ekonomi ketimbang masalah teknis, yaitu mencari alternatif yang memberikan ”trade off” yang terbaik untuk diterapkan. Dalam pengertian praktis, alokasi tersebut tidak hanya terkait dengan masalah ekonomi tetapi juga faktor non- ekonomi seperti karakteristik fisik, preferensi sosial, kebijakan dan skema pengelolaan. Masalah alokasi sumberdaya pantai juga dihadapi oleh Pemerintah daerah DKI Jakarta. Dalam konteks ini, alokasi sumberdaya pantai Teluk Jakarta dihadapkan pada empat kepentingan utama, yaitu: industri, pariwisata, konservasi dan budidaya perikanan itu sendiri. Dari segi alokasi lahan, telah terjadi perubahan-perubahan yang cukup mendasar, yaitu meluasnya lahan untuk kepentingan industri dan perumahan termasuk didalamnya fasilitas pelabuhan serta berkurangya alokasi lahan untuk pertanian dan reservoir. Perubahan ini memberikan dampak positif maupun negatif sekaligus. Dampak positifnya adalah berkembangnya aktiv itas ekonomi sebagaimana ditunjukkan dengan pertumbuhan PDRB, sementara dampak negatifnya adalah timbulnya tekanan terhadap kualitas lingkungan sumberdaya pantai dan perikanan. Hasil analisis GIS sebagaimana telah dibahas pada bab terdahulu menunjukkan dampak pada menurunnya kualitas perairan di Teluk Jakarta yang pada akhirnya akan mempengaruhi usaha perikanan. Berangkat dari menurunnya kualitas perairan, serta pentingnya menjaga kesejahteraan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari usaha perikanan, maka optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan saat ini diharapkan mampu memberikan solusi bagi pengelolaan perairan Teluk Jakarta yang berkelanjutan. Tekanan terhadap ekosistem pantai dan perikanan yang merupakan efek eksternalitas dari aktiv itas pembangunan dan ekonomi, jika tidak ditangani dengan baik akan berdampak pada rusaknya sumberdaya itu sendiri. Lebih lanjut, kurang memadainya peraturan konservasi dan pemanfaatan sumberdaya 99 menimbulkan terjadinya konflik penggunaan sumberdaya Hossain dan Lin, 2001. Mengingat dampak yang dapat ditimbulkannya, evaluasi terhadap kondisi eksisting sumberdaya pantai Teluk Jakarta merupakan suatu langkah yang strategis. Salah satu upaya yang dipandang dapat menurunkan potensi konflik pemanfaatan sumberdaya serta sekaligus menurunkan tekanan terhadap ekosistem pantai adalah melalui zonasi sumberdaya itu sendiri. Penelitian ini memfokuskan pada optimalisasi zonasi sumberdaya pantai Teluk Jakarta untuk usaha perikanan. Secara spesifik masalah yang teridentifikasi dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pantai Teluk Jakarta adalah bagaimana kondisi optimal usaha perikanan di Teluk Jakarta ? 5.2 Metodologi Penelitian 5.2.1 Model