Mengetahui Potensi Sumberdaya Lahan dan Wilayah

3.5.2. Identifikasi Indikasi Sektor Komoditas Basis dengan

Analisis Location Quotient LQ Analisis dengan model LQ ini digunakan untuk melihat sektor basis atau non basis pada suatu wilayah perencanaan dan dapat mengidentifikasi sektor unggulan atau keunggulan komparatif suatu wilayah. Metode analisis LQ pada penelitian ini menggunakan data luas areal tanam empat komoditas perkebunan karet, kelapa sawit, kelapa, dan kopi yang terdapat di lima kecamatan agropolitan Kabupaten OKU. Data yang digunakan bersumber dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten OKU tahun 2006. Metode LQ dirumuskan sebagai berikut: .. . . X j X Xi Xij LQij = Dimana: LQij : Indeks kuosien lokasi kecamatan i untuk komoditas j. X ij : luas areal masing-masing komoditas j di kecamatan i ha. X i. : luas areal total perkebunan di kecamatan i ha. X .j : luas areal total komoditas j di kabupaten OKU ha. X .. : luas areal total seluruh komoditas perkebunan wilayah Kabupaten OKU ha. Kriteria penilaian dalam penentuan ukuran derajat basis adalah jika nilai indeks LQ lebih besar atau sama dengan satu LQ ≥1, maka sektor tersebut merupakan sektor basis, sedangkan apabila nilainya kurang dari satu LQ1, berarti sektor yang dimaksud termasuk ke dalam sektor non basis pada kegiatan perekonomian wilayah Kabupaten OKU.

3.5.3. Shift Share Analysis SSA

Shift Share Analysis merupakan salah satu dari sekian banyak teknik analisis untuk memahami pergeseran struktur aktivitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi dengan cakupan wilayah lebih luas dalam dua titik waktu. Pemahaman struktur aktivitas dari hasil analisis SSA juga menjelaskan kemampuan berkompetisi competitiveness aktivitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktivitas dalam cakupan wilayah lebih luas. Hasil analisis SSA diperoleh gambaran kinerja aktivitas di suatu wilayah. Gambaran kinerja ini dapat dijelaskan dari 3 komponen hasil analisis, yaitu : 1. Komponen Laju Pertumbuhan Total komponen share. Komponen ini menyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang menunjukkan dinamika total wilayah. 2. Komponen Pergeseran Proporsional komponen proportional shift . Komponen ini menyatakan pertumbuhan total aktivitas tertentu secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah yang menunjukkan dinamika sektoraktivitas total dalam wilayah. 3. Komponen Pergeseran Diferensial komponen differential shift. Ukuran ini menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi competitiveness suatu aktivitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektoraktivitas tersebut dalam wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamika keunggulan ketakunggulan suatu sektoraktivitas tertentu di sub wilayah tertentu terhadap aktivitas tersebut di sub wilayah lain. Persamaan analisis SSA adalah sebagai berikut : ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − + ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − + ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − = X X X X X X X X X X SSA t i t i t ij t ij t t t i t i t t 1 1 1 1 1 .. .. .. .. 1 a b c dimana : a = komponen share b = komponen proportional shift c = komponen differential shift, dan X.. = Nilai total aktivitas dalam total wilayah X.i = Nilai total aktivitas tertentu dalam total wilayah Xij = Nilai aktivitas tertentu dalam unit wilayah tertentu t1 = titik tahun akhir t0 = titik tahun awal Metode analisis SSA pada penelitian ini menggunakan data luas areal tanam empat komoditas perkebunan karet, kelapa sawit, kelapa, dan kopi yang terdapat di lima kecamatan agropolitan Kabupaten OKU. Data yang digunakan bersumber dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten OKU tahun 2005 - 2006. 3.5.4. Analisis untuk Evaluasi Kelayakan Finansial Komoditas Basis Net Present Value NPV Net Present Value NPV atau nilai tambah adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. Metode ini menghitung selisih antara manfaat penerimaan dengan biaya pengeluaran. Perhitungan ini diukur dengan nilai uang sekarang present value dengan rumus Kadariah et al., 1999: ∑ + ∑ + = = = n t t n t t i i Ct Bt 1 1 Dimana: Bt = penerimaan kotor dari komoditas jenis x pada tahun t. Ct = biaya kotor dari komoditas jenis x pada tahun t. n = umur ekonomis. i = discount rate pada tingkat 12 dan 20. Kriteria yang digunakan adalah apabila: a nilai NPV 0, maka pengembangan komoditas layak untuk diusahakan, b nilai NPV 0, maka pengembangan komoditas tidak layak untuk diusahakan, dan c nilai NPV = 0, maka pengembangan komoditas mencapai break event point.