yaitu sebesar Rp. 2.500.000,- per tahun dibandingkan dengan jumlah input yang digunakan cukup besar. Selain itu luasan areal kebun yang
cukup sempit terutama komoditas kopi yang memiliki areal dibawah 1 ha. Dengan luasan areal kebun yang sempit sedangkan input cukup
besar, sehingga nilai NPV tidak begitu tinggi. Hasil analisis Net Present Value NPV komoditas perkebunan di Kabupaten OKU
dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Hasis analisis Net Present Value NPV komoditas
perkebunan di Kabupaten OKU
NPV No. Komoditas
DF 12 DF 20
1. Karet
Rp. 30.237.176,- Rp. 14.965.482,-
2. Kelapa Sawit
Rp. 19.147.832,- Rp. 8.252.338,-
3. Kelapa
Rp. 18.974.827,- Rp. 7.618.591,-
4. Kopi
Rp. 6.552.408,- Rp. 2.771.613,-
Sumber: Hasil olahan data primer.
5.4.2. Analisis Net Benefit Cost Ratio Net BC
Alat analisis lain yang dapat digunakan untuk menentukan kriteria layak atau tidaknya usaha untuk dijalankan adalah dengan
menghitung BC ratio. Bila BC ratio 1 maka usaha tersebut dapat dilakukan, sedangkan bila BC ratio 1 maka usaha tersebut
tidak dapat dilaksanakan. Berdasarkan hasil analisis BC ratio terhadap komoditas karet
menghasilkan nilai BC ratio sebesar 6,55. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi karet layak untuk dilaksanakan. Nilai BC
ratio sebesar 6,55 menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,00,- biaya yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 6,55,-. Hal ini
menunjukkan pula bahwa mengusahakan komoditas karet cukup menguntungkan karena penerimaan yang akan diperoleh sebesar 6,55
kali lipat dari modal yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil analisis BC ratio terhadap komoditas kelapa
sawit menghasilkan nilai BC ratio sebesar 6,37. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi kelapa sawit layak untuk dilaksanakan.
Nilai BC ratio sebesar 6,37 menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,00,- biaya yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan sebesar
Rp. 6,37,-. Hal ini menunjukkan pula bahwa mengusahakan komoditas kelapa sawit cukup menguntungkan karena penerimaan
yang akan diperoleh sebesar 6,37 kali lipat dari modal yang dikeluarkan.
Berdasarkan hasil analisis BC ratio terhadap komoditas kelapa menghasilkan nilai BC ratio sebesar 5,87. Hal ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa investasi kelapa layak untuk dilaksanakan. Nilai BC ratio sebesar 5,87 menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,00,- biaya
yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 5,87,-. Hal ini menunjukkan pula bahwa mengusahakan komoditas kelapa cukup
menguntungkan karena penerimaan yang akan diperoleh sebesar 5,87 kali lipat dari modal yang dikeluarkan.
Berdasarkan hasil analisis BC ratio terhadap komoditas kopi menunjukkan bahwa nilai BC ratio sebesar 2,56. Hal ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa investasi kopi masih layak untuk dilaksanakan. Nilai BC ratio sebesar 2,56 menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,00,-
biaya yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 2,56,-. Hal ini menunjukkan pula bahwa mengusahakan
komoditas kopi masih cukup menguntungkan karena penerimaan yang akan diperoleh sebesar 2,56 kali lipat dari modal yang
dikeluarkan. Hasil analisis Net Benefit Cost Ratio Net BC komoditas perkebunan di Kabupaten OKU dapat dilihat pada
Tabel 22. Tabel 22 Hasil analisis Net Benefit Cost Ratio Net BC komoditas
perkebunan di Kabupaten OKU
Analisis BC Ratio No. Komoditas
DF 12 DF 20
1. Karet 11,89
6,55 2. Kelapa
Sawit 14,65
6,37 3. Kelapa
13,59 5,87
4. Kopi 4,56
2,56 Sumber: Hasil olahan data primer.
5.4.3. Analisis Internal Rate of Return IRR
Selanjutnya analisis Internal Rate of Return IRR
menunjukkan persentase keuntungan yang akan diperoleh tiap tahun atau merupakan kemampuan usaha dalam mengembalikan bunga
bank. Hal ini berarti IRR sama dengan tingkat bunga discount factor DF pada waktu NPV = 0. Hasil analisis menunjukkan bahwa IRR
komoditas karet sebesar 27,8. Hal ini berarti bahwa bila dibandingkan dengan tingkat bunga bank sebesar 20 investasi karet
masih menguntungkan. Hasil analisis IRR komoditas kelapa sawit menunjukkan bahwa
IRR sebesar 26,1. Hal ini berarti bahwa bila dibandingkan dengan tingkat bunga bank sebesar 20 investasi kelapa sawit masih
menguntungkan. Hasil analisis IRR terhadap komoditas kelapa menunjukkan
bahwa nilai IRR sebesar 24,8. Hal ini berarti bahwa bila dibandingkan dengan tingkat bunga bank sebesar 20 investasi
kelapa masih menguntungkan Hasil analisis IRR terhadap komoditas kopi menunjukkan
bahwa IRR sebesar 25,6. Hal ini berarti bahwa bila dibandingkan dengan tingkat bunga bank sebesar 20 investasi kopi masih
menguntungkan. Hasil analisis IRR menunjukkan bahwa keempat komoditas
perkebunan di kawasan agropolitan Kabupaten OKU masih menguntungkan apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga
investasi komersial yang berlaku di lokasi penelitian. Hasil analisis Internal Rate of Return IRR komoditas perkebunan di Kabupaten
OKU dapat dilihat pada Tabel 23. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani dilapangan,
sebagian besar petani kelapa dan kopi mempunyai kendala kekurangan modal dalam usaha taninya. Sebagian besar petani
kelapa dan kopi memiliki luas areal kebun di bawah 1 ha. Dengan
input yang cukup tinggi, maka penerimaan petani kelapa dan kopi masih tergolong rendah.
Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, pada kenyataannya peran kelembagaan formal masih kurang berkembang. Sebagian
petani masih kurang memanfaatkan kelompok tani dan Koperasi Unit Desa KUD. Petani lebih suka meminjam uang kepada tengkulak
dengan bunga yang tinggi. Oleh karena itu, perlu dikembangkan kelembagaan di kawasan Agropolitan Batumarta ini. Selain itu,
kegiatan seperti pelatihan dan penyuluhan juga membantu petani dalam peningkatan kapasitas produksi usaha taninya.
Tabel 23 Hasil analisis Internal Rate of Return IRR komoditas perkebunan di Kabupaten OKU
No. Komoditas
Analisis IRR
1. Karet 27,8
2. Kelapa Sawit
26,1 3. Kelapa
24,8 4. Kopi
25,6 Sumber: Hasil olahan data primer.
Berdasarkan hasil analisis finansial beberapa komoditas tersebut yang memiliki nilai manfaat paling besar berturut-turut adalah
komoditas karet dengan nilai manfaat sebesar 6,55; kedua komoditas kelapa sawit dengan nilai manfaat sebesar 6,37; ketiga komoditas
kelapa dengan nilai manfaat sebesar 5,87; dan terakhir komoditas kopi dengan nilai manfaat sebesar 2,56.
Hasil tersebut memperlihatkan bahwa komoditas karet adalah komoditas paling unggul yang memungkinkan usaha yang
berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Batumarta Kabupaten OKU. Tingginya nilai manfaat komoditas karet disebabkan oleh komoditas
karet memiliki potensi pemasaran yang cukup luas yaitu disamping potensi pasar lokal juga memiliki potensi pasar diluar daerah seperti
Palembang dan Jakarta.