Tabel 18 Luas areal kesesuaian lahan di kawasan agropolitan Kabupaten OKU
Sesuai S
Tidak Sesuai N
No. Komoditas Kecamatan
Luas Areal
ha Luas
Areal ha
Luas Areal Total
ha I.
Karet
1. Lubuk Batang 61.135,32
99,56 268,14
0,44 61.403,46 2. Peninjauan
50.141,69 93,50
3.485,79 6,50 53.627,48
3. Baturaja Timur 7.078,83
48,35 7.561,47
51,65 14.640,30
II. Kelapa Sawit
1. Lubuk Batang 61.135,32
99,56 268,14
0,44 61.403,46 2. Peninjauan
50.141,69 93,50
3.485,79 6,50 53.627,48
3. Baturaja Timur 7.078,83
48,35 7.561,47
51,65 14.640,30
III. Kelapa
1. Lubuk Batang 61.135,32
99,56 268,14
0,44 61.403,46 2. Peninjauan
50.141,69 93,50
3.485,79 6,50 53.627,48
3. Baturaja Timur 7.078,83
48,35 7.561,47
51,65 14.640,30
IV. Kopi
1. Lubuk Batang 61.028,07
99,39 375,39
0,61 61.403,46 2. Peninjauan
44.146,14 82,32
9.481,34 17,68 53.627,48
3. Baturaja Timur 7.078,83
48,35 7.561,47
51,65 14.640,30 Sumber: Peta Land Systems with Land Suitability and Environmental
Hazards. Adapun pembatas wilayah Kecamatan Peninjauan dan Baturaja
Timur yang memiliki kelas kesesuaian Tidak Sesuai N adalah faktor temperatur dan lereng. Pada sebagian wilayah memiliki suhu minimum dan
suhu maksimum yang tidak sesuai dengan persyaratan keempat komoditas perkebunan tersebut. Selain itu, faktor lereng dengan kemiringan 40 pada
sebagian wilayah menjadi faktor pembatas terhadap potensi budidaya keempat komoditas perkebunan di kawasan Agropolitan Batumarta
Kabupaten OKU tersebut. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman karet, kelapa sawit, kelapa, dan kopi dapat dilihat pada Gambar 4, Gambar 5,
Gambar 6, dan Gambar 7.
5.2. Analisis Location Quotient LQ
Strategi pembangunan pertanian melalui pendekatan sistem usaha agribisnis di Indonesia yang mempunyai potensi sumberdaya yang beragam,
mendorong pengembangan sektor pertanian melalui 3 tiga pendekatan yaitu: optimalisasi sumberdaya lokal, penetapan komoditas unggulan
berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif di setiap wilayah dan perwujudan sentra pengembangan komoditas ungulan atau kawasan sentra
produksi. Pendekatan tersebut menekankan pada konsentrasi wilayah produksi dan pengembangan komoditas unggulan. Komoditas unggulan
adalah komoditas andalan yang memiliki posisi strategis, baik berdasarkan pertimbangan teknis kondisi tanah dan iklim maupun sosial ekonomi dan
kelembagaan penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, dan infrastruktur untuk dikembangkan di suatu wilayah.
Selain itu beberapa kriteria mengenai komoditas unggulan menurut Alkadri et al. 2001 dalam Daryanto 2004 antara lain:
1. Harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan perekonomian, yakni dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan
produksi, pendapatan dan pengeluaran. 2. Mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang baik terhadap sesama
komoditas unggulan maupun komoditas lain. 3. Mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain baik dalam
harga produk, biaya produksi dan kualitas pelayanan. 4. Memiliki keterkaitan dengan wilayah lain dalam hal pasar konsumen
maupun pemasokan bahan baku. 5. Mampu menyerap tenaga kerja secara optimal sesuai dengan skala
produksinya. 6. Dapat bertahan dalam jangka panjang mulai dari fase pemunculan,
pertumbuhan, hingga fase pendewasaan atau penurunan. 7. Tidak rentan terhadap gejolak internal dan eksternal.
8. Pengembangannya mendapat berbagai dukungan, misalnya informasi dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentif, dan lain-lain.
Keberlanjutan pembangunan pertanian dipengaruhi oleh jenis komoditas yang diusahakan. Komoditas unggulan merupakan jenis pilihan
komoditas yang diusahakan pada daerah setempat yang memiliki sifat-sifat unggul bagi daerah tersebut bila dibandingkan dengan daerah lainnya.
Identifikasi potensi komoditas basis di wilayah agropolitan Kabupaten OKU dilakukan dengan menggunakan analisis Location Quotien LQ. Analisis
dengan model LQ ini digunakan untuk melihat sektor basis atau non basis pada suatu wilayah perencanaan dan dapat mengidentifikasi sektor unggulan
atau keunggulan komparatif suatu wilayah. Pada penelitian ini dilakukan analisis LQ terhadap luas areal empat komoditas perkebunan dengan
menggunakan data yang bersumber dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten OKU Tahun 2006.
Berdasarkan hasil analisis LQ terhadap luas areal empat komoditas perkebunan di Kabupaten OKU, menunjukkan komoditas karet merupakan
komoditas basis di lima kecamatan Kawasan Agropolitan Kabupaten OKU dengan nilai LQ 1.
Komoditas kelapa merupakan komoditas basis di Kecamatan Peninjauan dan Kecamatan Lubuk Raja. Berdasarkan hasil analisis LQ
menunjukkan Kecamatan Peninjauan memiliki nilai LQ sebesar 4,57 dan Kecamatan Lubuk Raja memiliki nilai LQ sebesar 2,10. Hal ini disebabkan
oleh luas areal kelapa yang cukup sempit dan hanya terdapat pada dua kecamatan pengembangan agropolitan tersebut, sehingga apabila
dibandingkan dengan luas total komoditas perkebunan lain di Kabupaten OKU menghasilkan nilai LQ yang tinggi. Hal ini merupakan salah satu
kelemahan analisis LQ. Hal yang serupa juga pada komoditas kelapa sawit, dimana hasil analisis LQ tinggi pada Kecamatan Peninjauan yaitu sebesar
2,55 dan Kecamatan Lubuk Batang sebesar 5,28. Pada penelitian ini walaupun terdapat beberapa komoditas yang
merupakan komoditas basis dan memiliki nilai LQ yang lebih besar dari nilai LQ karet, namun tanaman karet merupakan salah satu komoditas basis utama
yang terdapat di kawasan Agropolitan Batumarta. Hal ini dapat dilihat dari luas areal tanaman karet yang lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas