Mengkaji Hirarki Pusat Pertumbuhan Agropolitan dengan

6. Jika dari hasil penjumlahan dan pengurutan ini diperoleh dua daerah dengan jumlah jenis dan jumlah unit fasilitas yang sama, maka pertimbangan ketiga adalah jumlah penduduk. Sub wilayah dengan jumlah penduduk lebih tinggi diletakkan pada posisi atas. Tabel 3 Skalogram Kabupaten X Kec. Populasi Mushola SD Puskesmas SMP Bank Jumlah Jenis Jumlah Unit Barat 2.543 53 20 3 2 1 5 79 Timur 2.500 51 21 2 1 1 5 76 Tengah 2.365 42 20 2 1 0 4 65 Selatan 2.369 32 15 1 1 0 4 49 Utara 2.400 32 20 0 2 52 Jumlah Wilayah 5 5 5 4 4 2 5 5 Jumlah 12.177 210 96 8 5 2 20 321 Analisis skalogram pada penelitian ini menggunakan data Potensi Desa Podes Badan Pusat Statistik BPS Tahun 2006. Variabel yang digunakan sebagai penentu hirarki adalah jumlah jenis fasilitas, jumlah unit fasilitas dan jumlah penduduk. Adapun fasilitas- fasilitas umum yang diidentifikasi berupa fasilitas perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan peribadatan. Disamping cara sebagaimana yang telah dijelaskan pada metode Skalogram tersebut, terdapat metode lain yang merupakan modifikasi dari metode skalogram di atas dengan penentuan indeks sentralitas berdasarkan jumlah penduduk dan jenis fasilitas pelayanan. Tahapan Penyusunan Skalogram dengan Indeks Sentralitas . 1. Pekerjaaan pertama yang dilakukan sama dengan yang dilakukan pada Penyusunan Skalogram I poin 1 dan 2. Jika dari hasil pengurutan dengan metode skalogram I sudah diperoleh, maka selanjutnya melakukan penggantian seluruh nilai fasilitas dengan nilai 1 jika ada fasilitas tersebut di suatu wilayah atau 0 jika tidak ada fasilitas tersebut di suatu wilayah. 2. Disamping data fasilitas umum, maka data yang perlu ditabelkan adalah data populasi. 3. Setelah diperoleh hasil dari penyusunan skalogram I poin 1 dan 2, dihitung nilai standar deviasi dari keseluruhan jumlah penduduk yang ada di total wilayah. Nilai ini akan digunakan untuk menghitung nilai sentralitas dan mengelompokkan unit wilayah dalam kelas-kelas yang dibutuhkan. Kita asumsikan bahwa kelompok yang diperoleh berjumlah 3, yaitu Kelompok I dengan tingkat perkembangan tinggi, Kelompok II dengan tingkat perkembangan sedang, dan Kelompok III dengan tingkat perkembangan rendah. Selanjutnya ditetapkan suatu konsensus misalnya jika nilai rataan kepadatan penduduk adalah lebih besar atau sama dengan 2 x standar deviasi + nilai rata-rata, maka dikategorikan tingkat perkembangan tinggi, kemudian jika tingkat kepadatan penduduk antara nilai rata-rata sampai 2 x standar deviasi + nilai rata-rata maka termasuk tingkat pertumbuhan sedang dan jika nilai kepadatan penduduk ini kurang dari nilai rata-rata maka termasuk dalam nilai pertumbuhan rendah. Secara matematis kelompok tersebut adalah: 1 . 2 Kel Stdev X ≤ + X II Kel dev St X ≥ − + . 2 X III Kelompok . 4. Nilai rata-rata jumlah penduduk setiap kelompok I, II, III dibagi dengan 1000. Selanjutnya dari tabel fasilitas pelayanan yang tersusun, batasi wilayah yang berisi fasilitas untuk tiap kelompoknya. Batas tersebut digunakan sebagai acuan untuk menuliskan indeks setiap kelompok. Fasilitas yang berada di kolom paling kiri otomatis akan diisi dengan indeks terkecil nilai rata-rata polulasi1000 Kelompok III, sedangkan fasilitas yang berada paling kanan akan diisi dengan indeks paling besar nilai rata-rata populasi1000 Kelompok I. 5. Selanjutnya seluruh indeks dari kolom fasilitas yang telah terisi dijumlahkan. Indeks ini bisa digunakan untuk membandingkan dukungan fasilitas terhadap jumlah penduduk di setiap wilayah.

3.6. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis data dari sumber yang berbeda antara lain dari: Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten OKU, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda Kabupaten OKU, dan Badan Pusat Statistik BPS Pusat. Berhubung analisis yang dilakukan menggunakan data yang berbeda sumbernya, sehingga dalam beberapa hal terdapat inkonsistensi data.

IV. GAMBARAN UMUM KAWASAN AGROPOLITAN

BATUMARTA KABUPATEN OKU Agropolitan adalah kawasan yang merupakan sistem fungsional yang terdiri dari satu atau lebih kota-kota pertanian agropolis pada wilayah produksi pertanian tertentu, yang ditunjukkan oleh adanya sistem keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan-satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis, terwujud baik melalui maupun tanpa melalui perencanaan. Agropolis adalah lokasi pusat pelayanan sistem kawasan sentra-sentra aktivitas ekonomi berbasis pertanian Rustiadi, 2006. Menurut Rustiadi 2006, pembangunan agropolitan adalah suatu model pembangunan yang mengandalkan desentralisasi, mengandalkan pembangunan infrastruktur setara kota di wilayah perdesaan, sehingga mendorong urbanisasi pengkotaan dalam arti positif, serta bisa menanggulangi dampak negatif pembangunan migrasi desa kota yang tidak terkendali, polusi, kemacetan lalu lintas, pengkumuhan kota, kehancuran masif sumberdaya, dan pemiskinan desa.

4.1. Lokasi Kawasan Agropolitan

Lokasi Kawasan Agropolitan di Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu ini berdasarkan hasil identifikasi dan usulan Pemerintah Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu serta mengacu pada arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu. Wilayah yang menjadi Kawasan Agropolitan adalah mencakup Wilayah Kecamatan Baturaja Timur, Kecamatan Lubuk Batang, Kecamatan Peninjauan, Kecamatan Lubuk Raja, dan Kecamatan Sinar Peninjauan. Dominasi kegiatan sektor pertanian Kawasan Agropolitan tersebut adalah kegiatan sub-sektor perkebunan rakyat yang utamanya adalah; karet, kopi, kelapa sawit, dan terdapat juga usaha tanaman pangan, peternakan dan perikanan. Kawasan Agropolitan yang terpilih di Wilayah Kecamatan Baturaja Timur meliputi 6 enam DesaKelurahan, Kecamatan Lubuk Batang 8 delapan Desa, Kecamatan Peninjauan 15 limabelas Desa, Kecamatan Lubuk Raja 4 empat Desa, dan Kecamatan Sinar Peninjauan 6 enam Desa.

4.2. Pusat Agropolitan Agropolis

Kota Pertanian agropolis sebagai pusat Kawasan Agropolitan direncanakan lokasinya di di Kecamatan Lubuk Raja meliputi Desa Batumarta I dan Desa Batumarta II. Untuk lebih jelasnya jumlah dan luas kecamatan kawasan agropolitan Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah dan luas kecamatan kawasan agropolitan Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2006 No. Kecamatan Jumlah Desa Luas Wilayah ha Ibukota Kecamatan 1. Baturaja Timur 6 15.390 Baturaja Timur 2. Peninjauan 15 136.770 Peninjauan 3. Lubuk Batang 8 44.006 Lubuk Batang 4. Sinar Peninjauan 6 8.532 Karya Mukti 5. Lubuk Raja 4 6.871 Batumarta II Jumlah 39 211.569 Sumber : Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil, BPS, Biro Hukum Kabupaten OKU Tahun 2005 4.3. Keadaan Fisik dan Penggunaan Lahan 4.3.1. Fisik Dasar

A. Kemiringan Lahan

Kawasan Agropolitan terletak pada kemiringan lahan 0-2, 2-15 dan sebagian antara 15-40. Secara keseluruhan Kawasan Agropolitan didominasi oleh kemiringan lahan 2-5 dengan luas lahan 146.203,74 ha atau 75,89, kemudian disusul oleh kemiringan lahan 0-2 seluas 42.142,56 ha atau 21,17 dan kemiringan lahan 15-40 seluas 5.713,70 ha atau 2,94 dari luas Kawasan Agropolitan. Daerah dataran rendah dengan kemiringan lahan 0-2 pada umumnya berada pada bentangan sekitar aliran sungai. Dataran di Kawasan Agropolitan pada umumnya memiliki ketinggian rata-rata 0-50 meter diatas permukaan laut dpl. Tinggi Kawasan Agropolitan ini untuk Wilayah Kecamatan Baturaja Timur yaitu ± 49 meter dpl, Wilayah Kecamatan